Setelah menginjak bangku kuliah kehidupan Dasha berubah. Lebih tepatnya pola pikirnya dia dituntut untuk dewasa, dituntut sedikit-sedikit saat akan melakukan sesuatu tidak langsung dilakukan melainkan berpikir kiranya hal yang akan dia lakukan tersebut memiliki efek fatal atau tidak.
Sekali lagi Dasha bersyukur bahwa dia bisa bertemu dengan seseorang yang seperti Jae. Hidup Dasha berubah ketika cowok itu masuk ke dalam kehidupannya contohnya saja dulu Dasha sangat tidak suka dengan organisasi dan bertemu banyak orang.
Semenjak dia bertemu Jae, dan cowok itu juga yang menyeret Dasha untuk masuk ke dalam sebuah organisasi yang sebelumnya Dasha tak pernah menyangka akan bisa melakukan hal itu hal yang dituntut untuk menghabiskan waktunya di luar zona nyamannya. Bertemu banyak teman dengan bisa berteman dengan kakak senior dari fakultas lain yang menurut Dasha itu suatu hal tidak mungkin.
Satu hal lagi Jae lebih sering mengajak Dasha keluar, bukan passion Dasha rasanya karena dia sangat anak rumahan sekali. Kali ini Jae mengajak Dasha untuk pergi jalan keluar.
Dasha memandang ke arah Jae. Laki-laki itu yang dapat merasakan dari ekor matanya bahwa ia tengah menjadi pusat perhatian dari perempuan di sebelahnya lantas dia menoleh.
"Kenapa?"
Dasha memandang ke arah luar jendela mobil, terlihat raut ragu. "Izinkan aku menyetir kali ini."
Jae terdiam dia tampak bingung. Melihat raut wajah laki-laki tersebut yang seketika berubah sudah bisa di pastikan bahwa laki-laki itu tak akan mengizinkan Dasha.
"Nggak boleh?" Dasha memastikan.
"Bukan tidak boleh tapi alangkah lebih baik kalau.."
Dengan cepat Dasha menyela Jae. "Aku sudah punya izin mengemudi kamu ngeraguin aku?"
"Bukan begitu, aku cuma nggak mau cewek yang menyetir." Jae yang berhati-hati dalam berbicara tak ingin membuat suasana hati pacarnya buruk.
"Kalau begitu izinkan aku."
Jae menarik napas dalam seolah dia kelimpungan menghadapi sikap Dasha jika sudah begini. Jae membuka sabuk pengamannya yang sudah dia pakai dengan rapi lantas bertukar tempat duduk dengan Dasha.
Ketika mereka sudah berada di posisi masing-masing Jae tiba-tiba bergerak memajukan tubuhnya ke arah depan tubuh Dasha. Dasha dibuat bingung dengan tingkah Jae, pipinya perlahan memerah dan jantungnya berdegup kencang.
Jae yang bertingkah aneh juga ikut gugup karena tingkahnya sendiri. Matanya memandang lekat ke arah wajah Dasha yang kini jarak pandang keduanya hanya tersisa lima centimeter.
Pandangan Jae turun melihat bibir merah muda kepemilikan Dasha. Sedangkan wanita yang ditatapkan malah mengalihkan netranya ke arah luar.
Jae yang sadar akan tindakannya yang tidak seharusnya dia lakukan, apalagi pandangan matanya yang melihat ke arah tak seharusnya. "Maaf."
Laki-laki itu meminta maaf tiba-tiba karena menyebabkan suasana menjadi canggung. Tangannya sibuk memasangkan sabuk pengaman Dasha.
Dasha yang menyadari bahwa sebenarnya laki-laki itu ingin membantunya untuk memakaikan sabuk pengaman merasa lega. Otaknya dari tadi malah berpikiran yang lain atas tingkah Jae.
"Kita berangkat sekarang?" Tanya Dasha dengan tangannya yang berusaha menaikkan suhu AC karena tiba-tiba dirinya merasa gerah.
Jae terbatuk, dia berusaha menetralkan suaranya yang berubah serak karena gugup. "Let's go."
Mobil yang ditumpangi keduanya melaju dengan di temani musik dari band rock Paramore. Tidak ada obrolan di antara keduanya. Dasha yang menikmati jalanan sambil menyetir, dan Jae memilih kalut dengan pikirannya sambil bisa merasakan bahwa perempuan yang lebih muda darinya ini juga lihai mengendarai mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Rasa | Jung Jaehyun (END)
FanfictionJae Hyuno Pradipta merupakan primadona dari anak FK. Dia cowok yang dingin namun itulah pesonanya yang membuat semua wanita menyukainya. Aktif di salah satu organisasi dan juga seorang asdos adalah nilai plus bagi Jae, yang merupakan sapaan akrabnya...