CHAPTER 18: BALAS DENDAM TERBAIK

51 12 4
                                    

Kelas pagi berakhir dengan ceria, karena Professor Angga tidak memberikan tugas pada mahasiswa dan mahasiswi. Hendery pun tidak bisa menyembunyikan raut kebahagian itu.

"Lo kenapa sih senyum-senyum begitu?" Winwin menatap Jae aneh karena senyumnya.

"Lo nggak denger?"

"Apaan?"

"Kita bebas dari tugas kali ini." Hendery menggoyangkan tangannya ke kanan dan ke kiri tanda dia sangat senang.

"Oh iya ke cafetaria aja yuk." Ajak Winwin pada kedua temannya.

"Kalian berdua aja, gue mau ke organisasi sudah janjian soalnya sama Mark."

"Taeil sekarang masuk kelas siapa?" tanya Jae pada Winwin.

"Dia lagi free hari ini, tapi dia ikut olimpiade sains." Jawab Hendery yang sedang membenarkan arah rambutnya "Kalau gitu gue duluan ya?"

"Oke." Jawab Jae dan Winwin kompak.

Hendery langsung menancap gas menggunakan motor matic nya. Dilanjutkan dengan Jae yang berboncengan dengan Winwin menuju ke cafetaria.

Suasana cafetaria cukup lenggang daripada biasanya. Matcha adalah minuman langgangan yang di beli oleh Jae, namun Jae sekarang merasa aneh karena Winwin.

"Ada apa Jae kenapa lo lihatnya kayak gitu?" Winwin yang menyadari Jae sedari tadi menatap minuman miliknya.

"Lo beli rasa apa itu?" tanya Jae dengan tatapan aneh.

"Red velvet." Jawab Winwin lalu meneguk kembali minumannya.

"Aneh!"

"What? Apanya yang aneh?"

"Lo beli minuman rasa kayak gitu."

"Eih ini mah nggak aneh, wajar aja gue pingin nyoba rasa baru. Daripada lo dari jaman jamet sampai sekarang belinya rasa itu mulu."

"Terus kenapa?"

"Ya nggak kenapa-kenapa lagi."

Setelah berdebat soal rasa minuman, mereka berdua terdiam sibuk dengan ponsel masing-masing. Dari arah lain Winwin melihat Dasha bersama temannya yaitu Nana berjalan entah kemana.

"Oh iya lo waktu itu ngapain sama Dasha di perpustakaan?"

Jae mencoba mengingat kejadian yang dibicarakan Winwin saat dirinya bersama Dasha, karena memang banyak sekali hal menyangkut buku saat dia bersama Dasha.

"Lo lupa? Itu yang waktu gue di panggil Dasha."

Jae dapat menemukan memori di otaknya saat Dasha mencoba menghindari dia kala itu, "ah waktu itu kebetulan aja gue juga ke perpustakaan."

"Gue nggak tahu bener apa nggak gue cerita ini sama lo. Tapi gue rasa lo juga harus tahu hal ini."

Jae menaruh ponsel ke meja meninggalkan urusannya untuk mengecek jadwalnya saat Winwin terlihat berbicara serius. "Ada apa?"

"Ini tentang Dasha."

Jae yang seakan tertarik tentang cewek tersebut berusaha menetralkan ekspresinya. Tangannya dia lipat di dada dan badannya dia senderkan di senderan kursi.

Winwin mulai bercerita tentang hal yang mengganggu pikiran Dasha akhir-akhir ini. Tentang keresahan Dasha terkait omongan orang lain, dan juga karena Dasha yang tidak bisa hadir saat kala krisis melakukan kegiatan sosial.

"Jadi seperti itu, gue pikir dengan gue cerita ini lo nggak salah paham kenapa dia nggak ikut. Ya emang awalnya dia pulang karena dia nggak ingin ikut." Winwin menyudahi ceritanya dengan menyeruput minuman berwarna merah pada gelas di hadapannya.

Titik Rasa | Jung Jaehyun (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang