Dasha menagih janjinya kepada Jae, agar Jae sekarang meluangkan waktunya untuk pergi bersamanya. Nana masuk ke kamar Dasha tanpa mengetuk pintu.
"Lo yakin?" tanya Nana yang langsung tidur di atas kasur Dasha.
Dasha yang sedang mencatok rambutnya fokus, "ya mau gimana lagi."
"Gue salut sama lo."
"Kan itu juga saran dari lo." Dasha mengoleskan vitamin rambut di rambutnya secara merata.
Nana bangkit dari tidurnya, "nggak semua hal yang gue saranin bisa lo lakuin."
Dasha merapikan kembali lipstick nya, "gue hari ini pergi naik mobil online."
"Tumben nggak di jemput." Balas Nana.
Dasha yang sudah siap di ambang pintu berdiri, "gue berangkat dulu ya?" dia melambaikan tangannya ke arah Dasha.
"Sha tunggu!" teriak Nana.
Dasha menoleh, "ada apa?"
"Ini pintu kamar lo nggak lo kunci."
"Gue buru-buru, lo kunci dan bawa aja kuncinya gue minta tolong." setelah menyampaikan hal itu Dasha segera pergi.
Sementara itu Nana hanya bisa geleng-geleng kepala melihat temannya tersebut. Walaupun begitu, Dasha juga berhak bahagia batin Nana.
***
Seperti yang sudah di rencanakan Dasha sudah bersiap duduk di restoran bergaya klasik. Makanan yang di jual pun tidaklah murah.
Laki-laki itu datang, lagi-lagi Dasha merasa terpesona untuk yang kesekian kalinya. Entah pelet apa yang berhasil cowok tersebut gunakan hingga membuat dia luluh.
Cowok tersebut menarik kursinya dan duduk di depan Dasha, "lo udah lama nyampainya?"
"Hm lumayan." Dasha membenarkan posisi duduknya.
"Lo pasti sengaja."
"Sengaja apa?"
"Restoran ini mahal, lo mau porotin gue."
"Pede banget kalau gue mau dibayarin." Dasha membalik menu-menu makanan.
Dalam hati Dasha dia merasa senang, karena akhirnya cowok di depan ini sadar juga bahwa tak perlu repot-repot untuk mengkode dia sudah sadar sendiri. Pelayanan datang untuk mencatat pesanan mereka berdua.
Jae cowok di hadapan Dasha memesan satu set makanan mahal yang ada di restoran tersebut. Dasha membelak tak percaya.
"Ya.. Kamu gila!" Ucapnya secara kasar namun lirih.
"Kenapa?" tanya cowok tersebut enteng.
"Satu set makan satu juta?" Dasha menunjukkan harga di buku menu tersebut.
"Why? Itu yang lo mau kan." Jae bersikap seperti layaknya anak sultan, yang menggampangkan uang satu juta yang bagi anak mahasiswa itu sangat banyak.
"Oke, nanti patungan lo 500 gue 500." Dasha menutup buku menu kembali dengan lesu.
"Oke." Jae meminum air mineral didepannya.
Ingin sekali Dasha berteriak sekeras-kerasnya. Bagaimana bisa Jae meng-iya-kan, tapi meskipun begitu bagaimanapun juga kasihan jika Jae harus membayar satu juta rupiah. Lagipula Dasha juga mampu membayar, tapi dia harus hemat seminggu kedepan.
Pelayanan kembali datang, dan menyajikan makanan mahal. Makanan apaan ini mahal amat tapi isinya cuma sedikit mana daging sebiji doang, umpat Dasha dalam hati.
Jae memandang lamat-lamat perempuan di hadapannya tersebut. Wajah perempuan itu sangat kentara sekali bahwa ia amat terkejut, mukanya pun terlihat lucu membuat Jae tersenyum singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Rasa | Jung Jaehyun (END)
FanfictionJae Hyuno Pradipta merupakan primadona dari anak FK. Dia cowok yang dingin namun itulah pesonanya yang membuat semua wanita menyukainya. Aktif di salah satu organisasi dan juga seorang asdos adalah nilai plus bagi Jae, yang merupakan sapaan akrabnya...