CHAPTER 17: SENIOR JUNIOR

44 11 2
                                    

Rooftop asrama merupakan tempat ternyaman para mahasiswi untuk nongkrong di sore hari. Melepas penat seusai kuliah dengan semilir angin. Menikmati pemandangan dari atas, dan juga menikmati sunset berwarna orange.

Kalau untuk Dasha rooftop terkadang menjadi tempat ternyaman untuk dia yang sedang banyak pikiran atau kalau tidak digunakan untuk bertelpon dengan sang mama seperti saat ini. Ponsel yang dia tempel di telinga sambil dirinya memandang ke arah timur.

'Ada barang yang ketinggalan lagi? Biar nanti mama kirim'

'Ma, aku telpon mama bukan karena aku minta kirim sesuatu'

'Uangnya masih ada? Nanti deh mama transfer'

'Jangan dulu ma, nanti kalau sudah mepet, pasti aku bilang sama mama. Oh iya ma kemarin baju aku ketinggalan'

'Baju kaos lengan panjang yang warna tosca itu?'

'Iya ma'

'Sudah mama kirim tadi pagi'

'Peka amat sih mama oh iya hanya ngirim baju aja ya ma? Makanan disini sudah banyak'

'Jadi mama ya harus gini nak'

'Oh iya awas aja sampai nanti aku di bawain indomie yang rasa-rasa dari sabang sampai merauke sama makanan yang lain'

'Gimana udah dapat kabar dari kakak?'

'Belum ma, kalau memang Dasha sudah ada kabar pasti Dasha langsung bilang ke mama'

'Iya sayangku, karena mama juga rindu kakak'

Panggilan telepon berakhir setelah sang mama menanyakan apa Dasha sudah mendengar keberadaan sang kakak. Jujur Dasha juga sangat merindukan kakaknya.

Jembatan bunga dengan bentuk melengkung yang terbuat dari kayu merupakan salah satu tempat yang rutin Dasha kunjungi dan menjadi tempat ter-favorit. Masih melekat di benak Dasha bagaimana dia menanti kehadiran sang kakak atau di saat menatap dari jauh dikala sang kakak tengah menunggunya.

Kenapa disebut jembatan bunga karena disepanjang jembatan banyak disuguhi berbagai bunga yang bermekaran dan bermacam-macam warna. Banyak orang yang memakai akses jembatan tersebut, karena memang letaknya di pusat kota.

Masih teringat dengan jelas saat Dasha memberikan sekotak besar bekal makanan hasil masakan mamanya untuk sang kakak, dan bagaimana saat kakak memberi uang ataupun barang dari sang papa. Barang pemberian Papa Dasha yang masih dia simpan walaupun barang tersebut sudah tua dan tidak muat lagi.

Rutinitas yang selalu mereka lakukan saat bertemu adalah mengunjungi tempat terkenal dan tempat yang sedang menjadi buah bibir kala itu. Waktu dari pagi hingga menjelang sore seperti angin lewat bagi mereka berdua, karena memang mereka dua bersaudara apalagi sama-sama perempuan menghabiskan waktu bersama adalah hal yang sangat menyenangkan.

Tepukan di bahu Dasha membuat lamunannya buyar, "Hei ngapain lo disini?"

Dasha berbalik menemukan Nana yang sudah berada di sebelahnya ikut memandang matahari yang akan terbenam, "Enggak kok lagi cari angin aja."

"Nanti malam kosong nggak lo?"

"Iya kosong lah, lo tahu sendiri kalau udah malam gue pasti stay di kamar aja."

Nana tersenyum mendengar penuturan Dasha, "Lele ajak kita ke cafe?"

Dasha menoleh ke arah Nana, "Ha? Ngapain?"

"Nggak tahu itu anak, tapi nanti waktu di cafe katanya dia yang traktir."

"Ah gitu, ya sudah deh ayo aja, aku juga lagi nggak ada kegiatan. Jam berapa emangnya?"

Titik Rasa | Jung Jaehyun (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang