14 🤍

2.3K 159 8
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepulang mereka dari Bali, Darel dan Elden langsung pulang ke rumahnya. Sedangkan Hazel masih mengurus beberapa hal begitu juga Rai.

"Wah Nona Hazel sudah besar ya, sudah bisa mengatasi ini sendiri. Bahkan gue nggak berfungsi loh disana" Ujar Rai menjahili Hazel supaya dia kesal. Karena Hazel itu mudah emosi dan kalau emosi itu lucu, jadi sejak kecil menggoda dan menjahili Hazel adalah hobi Rai.

Hazel hanya menatapnya sinis sambil menandatangani dokumen yang pihak polisi berikan sebagai tanda dia telah membantu untuk menyelesaikan kasus besar ini.

"Ya masa harus kecil lagi?"Tanya Hazel kesal dengan topik pembicaraan Rai.

"Dia temanmu?"Tanya Rai mengalihkan topik dan membuat Hazel kebingungan, dia siapa yang dia maksud?

"Dia?Darel maksud lo?"Tanya Hazel menanyakan maksud Rai. Dia mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Hazel.

"Kok lo tau?"Tanya Hazel.

"Hei aku hanya membutuhkan nama untuk mendapatkan informasi sampai kakek buyutnya, itu sangat mudah kalau hanya untuk mengetahui asal sekolahnya saja" Jawab Rai dengan percaya diri membuat Hazel mendengus karena tidak tahan dengan wajah tengilnya itu. Kalau kalian menganggap Hazel itu menjengkelkan maka ada yang lebih menjengkelkan daripada dirinya adalah Rai Putra.

Sejak kecil mereka tumbuh dan sering bermain bersama. Membuat Hazel mau nggak mau harus menghadapi ketengilan seorang Rai Putra. Dia memang tampan dan tinggi, tapi yang Hazel tidak suka adalah dia suka tebar pesona kepada siapapun. Perempuan, laki-laki, kakek, nenek, bahkan bapak-bapak parkir pun dia berikan senyuman manis yang menampilkan lesung pipinya itu. Alhasil banyak yang menyukainya karena Rai sendiri adalah pribadi yang friendly juga, jadi siapapun juga nyaman berada didekatnya meskipun dia tengil.

Sedangkan Hazel cenderung dingin, cuek, dan suka emosi, jadi jarang ada yang tahan berteman dengan Hazel. Hanya Rai itupun karena terpaksa, begitulah curhatan seorang Rai. Sahabatan sama Hazel itu harus kuat dengerin omelannya tiap hari, dan harus kuat diomeli setiap hari. Tidak lupa tatapan sinis yang selalu dia berikan kepada siapapun yang menurutnya mengganggu kehidupannya.

"Iya temen sekelas"Jawab Hazel malas.

Rai lupa untuk menanyakan soal ini dari tadi, padahal sudah mengganggu pikirannya. "Ini luka lo kenapa?"Tanya Rai sambil menyentuh ujung bibir Hazel. Hazel langsung memukulnya karena dia tidak suka disentuh tanpa izin.

"Kebiasaan"

"Ya maap reflek"Ujar Rai sambil cengengesan, "Habisnya itu luka udah ada sejak di pelabuhan tadi, kan dipelabuhan lo ngga berantem sama sekali"Ujar Rai.

"Pertikaian antar pelajar"Jawab Hazel singkat meninggalkan Rai dan memilih masuk mobilnya. Sedangkan Rai mengikutinya bahkan dia ikut duduk di kursi penumpang.

I Think I'm In Love || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang