32 🤍

1.9K 133 7
                                    

Darel sukses mengerutkan alisnya untuk menutupi rasa malunya yang berlebihan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Darel sukses mengerutkan alisnya untuk menutupi rasa malunya yang berlebihan ini.

"Bukankah kamu terlalu kecil untuk melihat itu semua?" Tanya Darel membuat Elden berhasil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku tidak sengaja melihatnya" Jawabnya kembali memejamkan matanya. Dia sudah malas berdebat dengan Kakaknya lagi, buang-buang tenaga.

Darel hanya menggelengkan kepalanya, dia memanggil suster atau dokter supaya bisa memeriksa Elden yang baru saja siuman.

Suster segera memeriksa keadaan Elden, dan syukurnya hanya tinggal menungguw waktu saja untuk anak itu beneran pulih. Mungkin harus rawat inap di rumah sakit selama kurang lebih 3 hari, karena itu normalnya.

Mendengar suara orang berbicara membuat Hazel terbangun dari tidurnya, sudah dini hari. Dia hanya terbangun dari tidurnya dan duduk diam melamun di sofa itu.

Elden menoleh ke arah Hazel yang baru saja bangun dan sedang mengumpulkan nyawanya. Melihat kecanggungan antara kakaknya dan Hazel membuat bocah itu geram dengan dua orang aneh ini.

"Kak kau pergilah, aku mau sama Kak Hazel disini" Ujar Elden mengusir Darel dari kamar itu. Sedangkan Darel hanya menuruti bocah itu dan pergi dari sana entah kemana.

Hazel berjalan mendekat ke arah Elden dan mengambil duduk di kursi yang berada di dekat bankar rumah sakit itu.
"Ada yang sakit?" Tanya Hazel.

Elden menggelengkan kepalanya, "Aku hanya tidak ingin melihat Kak Darel" Jawabnya sambil memejamkan matanya.

Hazel hanya tersenyum tipis, "Kenapa harus lari ke jalan raya? Kakakmu itu mengkhawatirkanmu, jadi jangan membuatnya merasa bersalah. Aku tau dia sangat ingin menangis sekarang" Ujar Hazel menasehati.

Elden menggelengkan kepalanya lagi, "Aku hanya ingin berjalan ke trotoar tapi kakiku tidak bisa berhenti alhasil mobil menabrakku. Kakak juga sangat berlebihan kepadaku" Jawabnya merasa sangat kesal kepada Darel.

Hazel menghela nafasnya panjang, "Aku tidak pernah mempunyai saudara yang selalu mempedulikan ku. Mempunyai Kakak yang selalu memperhatikan hal kecil yang Elden punya itu hal yang langkah. Kalau memang Kakakmu ada salah, sebaiknya di bicarakan baik-baik. Jangan semua dibuat emosi, Kakakmu emosi, kamu juga ikut emosi, lalu kapan selesainya masalah itu? Lain kali Elden nurut aja ya? Kalau Kak Darel ada salah dimaafin aja, kalau memang perilakunya membuat Darel tidak nyaman dikasih tau Kak Darel secara baik-baik bukan pake emosi dan lari ke arah jalan raya" Ujar Hazel menasehati.

Elden menghela nafasnya panjang, "Pingin tau ngga kenapa Kak Darel protektif banget ke Elden?" Tanya Hazel.

Elden menggelengkan kepalanya, "Dia tidak mau kehilangan Elden, dia sangat sayang sama adeknya jadi melakukan segala cara supaya Elden merasa tercukupi, merasa aman, dan nyaman. Coba kalau Kak Darel bersikap acuh tak acuh sama Elden, emang Elden bisa ngerasain yang namanya kasih sayang Kakak?"

I Think I'm In Love || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang