Rey's Story [END]

Part 3

Jika di tanya apa ketakutan yang mendalam di hidupku. Aku takut kamu akan menjadi bintang dan menghilang. Dan aku takkan pernah bisa menggapaimu.
~Rey

♡♡♡

Kini seorang gadis tengah berdiri di bawah shower air. Dia masih memakai seragam sekolahnya. Kepalanya mendongak merasakan air yang terus mengalir mengenai wajahnya.

Dirinya terduduk lemas. Air matanya mengalir deras. Dia tidak terlihat seperti menangis karena air yang terjatuh di wajahnya.

"Sean, Bunda" sedari tadi hanya itu yang digumamkan gadis itu.

Flashback on
"Vania" panggil seorang lelaki.

"Sean? Kamu dimana?" Tanya Rey sambil celingukan.

"Diatas"

Rey mendongak keatas dan seorang lelaki tengah duduk di dahan pohon mangga sambil melambaikkan tangannya. Wajahnya sangat tampan dengan senyuman manisnya.

Rey mencebikkan bibirnya.
"Turun, ngapain di situ?"

"Gimana kalo kamu yang naik?" Tawar Sean. Ya, dia Sean. Pacar Rey, Sean lebih suka memanggil Rey dengan 'Vania'.

"Gak mau" tolak Rey sambil menggelengkan kepalanya.

"Ayo, seru loh"

"Gak, bahaya"

"Gak bahaya, ayo cepetan. Aku bantu deh"

"Enggak"

"Kalo kamu bisa manjat kesini, aku bakal kasih ini deh" ujarnya sambil menunjukkan yogurt stroberi kesukaan Rey.

"Gimana?"
Rey sedikit menimang namun akhirnya dia mengiyakan.

Hari sudah mulai sore. Matahari perlahan mulai terbenam.

"Udah sore. Pulang yuk" ajak Sean yang disngguki Rey.

"Tapi Sean, aku gak bisa turunnya"

"Aku turun dulu deh. Ntar biar kalo kamu jatuh aku tangkep"

"Oke"

Sean sudah turun dari pohon, kini giliran Rey yang turun.
"Awas, hati hati"

Dan di pijakan terakhir Rey terpeleset dan hampir terjatuh. Untung dengan sigap Sean menangkap tubuh Rey.

Rey meringis sambil mengelap tangannya.

"Ada yang sakit gak?" Tanya Sean cemas

"Nggak kok" jawabnya sambil tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Kalo kamu bisa turun dengan baik, aku kasih apa pun yang kamu mau"

"Beneran?"

"Beneran" jawabnya sambil menganggukkan kepala.

"Everything?"