Setelah kejadian di depan gerbang, sungguh Rey rasanya ingin menghilang dari dunia ini. Kalau bukan karena terpaksa, tak sudi dia melakukan ini. Seorang Rey disamain sama penunggu pohon. Apa kata dunia?
Kini gadis itu tengah menlungkupkan kepalanya di meja. Sekarang adalah kelas Bu Dewi. Sungguh ia sangat frustasi ditambah dongeng dari Bu Dewi yang membuat kepalanya ingin pecah. Bagaimana jika ia bertemu dengan inti The Lion? Jatuh sudah harga dirinya.
Bel pulang menggema. Semua murid bersorak gembira.
"Ibu akhiri pertemuan kita, jangan lupa pelajari materi yang ibu jelaskan"
"Iya bu!"
Nayla mengemasi barang barangnya lalu menoleh kearah Rey. Alis gadis itu bertaut. Apakah Rey tidur?
"Rey?"
"Hm" gumam Rey dengan kepala yang masih terlungkup.
"Lo gakpapa?" Tanya Nayla.
Rey sontak mengadahkan kepalanya menatap Nayla. Ekspresi Nayla bertambah terkejut.
"Lo pernah malu gak?" Tanya Rey tiba tiba.
"Hah?" Tanya Nayla linglung.
"Dia mah gak pernah malu yang ada malu maluin" ucap Mela yang mendekat ke meja Rey.
"Main nyambung aja lo!!"
"Kenapa lo tanya kek gitu?" Tanya Nayla pada Rey.
Rey hanya menggeleng pelan. Tangan kirinya menahan dagunya. Tatapan matanya kosong. Pikirannya berkecamuk.
"Kita jadi kan kerja kelompok di cafe dekat sini?" Tanya Mela yang diangguki keduanya.
"Tapi kita kesananya naik apa?"
"Mobil gue" kata Rey lalu bangkit dan melangkah pergi.
Mela dan Nayla masih dalam mode bingungnya. Mereka masih berdiam di posisi mereka. Rey menghentikan langkahnya ketika sampai di ambang pintu lalu menoleh kebelakang.
"Jadi gak?" Tanya Rey yang disambut senyum hangat dari mereka berdua.
Sementara di kelas IPA 1 kelima inti The Lion sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Kondisi kelas hanya tinggal beberapa murid saja. Rafa dan Bian yang sedang termenung di tempatnya, Galang dan Farel yang sibuk berdebat soal buku, dan Zidan yang tetap tenang sembari memasukkan barang barangnya.
"Tadi gue taroh buku gue disini, gimana coba bukunya bisa ngilang?!" Ucap Galang kesal.
"Ya mana gue tau, orang lo sendiri yang naruh" balas Farel. Lelaki itu kesal karena sedari tadi Galang terus menuduhnya mengambil buku miliknya.
"Tapi lo kan di samping gue, lo pasti tau"
"Gue bilang gue gak tau, Galang Anggara. Ya mungkin aja bukunya lari gara gara gak pernah lo pake" kata Farel yang dihadiahi sentilan di dahi lelaki itu.
"Mana ada buku bisa lari!"
"Kalian bisa diem gak?" Ucap Bian dengan nada datar.
Galang dan Farel sontak menoleh kearah Bian yang sedang menangkup dagunya menggunakan tangannya. Lalu pandangan mereka bergilir ke Rafa yang meletakkan kepalanya di meja sambil menatap lurus dengan tatapan kosong.
"Kalian kenapa sih?" Tanya mereka berdua kompak.
"Gapapa" jawab Rafa dan Bian kompak.
Galang dan Farel saling melempar pandangan. Lalu Farel menggeplak kepala Bian menggunakan buku setebal 250 halaman miliknya yang berada di mejanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rey's Story [END]
Teen Fiction[End/Proses Revisi] FOLLOW JAN LUPA GES🙏🙏 CERITA INI ONLY DI WP #Start 15 Juli 2021 #Finish 2 Febuari 2022 Bagaimana rasanya jika kamu kehilangan dua orang yang kamu sayang di waktu yang bersamaan? Reyna Sylvania Atmadja. Gadis cantik sejuta miste...