"ALFIN!!"
"Hei yang di sana, jangan teriak!! Ini perpustakaan, bukan hutan!!" Tegur seorang penjaga perpustakaan yang terkenal galak.
"Iya, maaf mbak"
Penjaga perpustakaan lebih sering di panggil 'mbak' dari pada 'bu'. Karena gak tau, emang dari dulu sukanya manggilnya 'mbak'.
Suara seseorang yang mampu membuat Rey panik setengah mati. Entah Alfin yang orang itu maksud adalah Alfin yang ia hindari atau bukan tapi yang sekarang harus ia lakukan adalah bersembunyi.
Gadis itu dengan cepat bersembunyi di bawah kolong meja. Hal tersebut membuat Rafa kebingungan. Ada apa gadis itu grusak grusuk di bawah kolong meja.
"Lo ngapain anjir?" Tanya Rafa sedikit memelankan suaranya.
Lelaki itu melihat kebawah dimana Rey sedang celingukan. Rafa semakin dibuat bingung oleh gadis itu.
Rey meletakkan jari telunjuknya tepat di bibirnya. Mengisyaratkan lelaki itu untuk tetap diam. Lelaki itu hanya mengernyit bingung.
"Ap-"
"Diem! Kalo ada yang tanya gue jangan bilang gue disini" ucap Rey sangat pelan.
"Siapa yang nyari lo?"
"Berisik lo!! Udah sana! hush! hush!" Ujar Rey sambil memundurkan wajah Rafa menggunakan telapak tangannya.
Rafa pun menegakkan kembali badannya. Mencebikkan bibirnya pelan. Astaga,,, mengapa lelaki itu khawatir akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Seorang lelaki berjalan menuju rak buku yang didekat Rafa. Diikuti seorang perempuan di belakangnya.
"Fin, tungguin dong" rengek perempuan itu, Lea.
"Lo malui maluin, Lea. Ngapain sih pake teriak segala?" Kesal Alfin pada Lea.
"Sorry" cicitnya.
Alfin menghela nafasnya pelan. Lalu memilih buku yang tersusun di rak besar.
Sementara di bawah sana, Rey merangkak menuju kolong ujung meja sebrang karena posisi Alfin bersebrangan dengan posisi Rafa yang di ujung meja sebelah barat.
Bukannya nyari mati, namun dia hanya penasaran apa yang di ucapkan oleh Alfin. Dan dia berdoa tujuan Alfin kesini bukan karena melihat Rey memasuki perpustakaan.
"Fin, dia itu..." Ujar Lea dengan nada pelan menggantung.
Arah pandangannya menuju kearah Rafa yang sibuk membaca buku. Namun sebenarnya, lelaki itu kadang mencuri pandang ke dua sejoli itu.
"Leader The Lion" sambung Alfin pelan.
"Lo gak akan berantem sama dia kan?"
Dahi Alfin berkerut.
"Maksud lo?""Y-ya, biasanya kan kalo gue baca novel novel, biasanya dua geng motor itu ribut, nanti lo berantem lagi sama dia. Gue gak mau lo berantem di perpustakaan gini"
"Ngapain harus berantem? Orang bukan musuh"
"Seriusan?"
"Gak semua geng motor itu saling musuhan kali" ujarnya pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari buku buku. Dan tangannya masih memilih satu persatu buku. Sementara Lea hanya ber'oh ria.
"Makanya kalo gak tau jangan sok tau" cibir lelaki itu pelan.
"Yee,, gue kan gak tau soal begituan. Lagian gue bilang gue tahu dari novel" ujar Lea sembari mengerucutkan bibirnya.
"Makanya jangan kebanyakan baca novel yang isinya cuma fiksi. Ngapain lo haluin yang fiksi sementara disini ada yang nyata"
Lea refleks mencubit pelan perut Alfin sehingga membuat lelaki itu meringis pelan namun kemudian terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rey's Story [END]
Genç Kurgu[End/Proses Revisi] FOLLOW JAN LUPA GES🙏🙏 CERITA INI ONLY DI WP #Start 15 Juli 2021 #Finish 2 Febuari 2022 Bagaimana rasanya jika kamu kehilangan dua orang yang kamu sayang di waktu yang bersamaan? Reyna Sylvania Atmadja. Gadis cantik sejuta miste...