Part 24

900 92 4
                                        

Pagi hari Rey berangkat sekolah seperti biasa. Dirinya memasuki kelas yang sudah mulai ramai.

Lalu dia duduk di kursinya. Kepalanya ia telungkupkan di meja.

Ini bukan akhirnya kan?

Semua akan baik baik saja kan?

Semoga saja.

Ia menginginkan ruang untuk melepas semua apa yang ia rasakan.

Tapi disaat ia runtuh, dirinya dipaksa untuk tetap tegar dan terus menjalani semuanya. Walau dengan luka yang masih basah.

"Eh Mel, gue baru beli liptin baru loh. Ini tuh merek baru. Cantik gak?" Tanya Nayla pada Mela.

Mela menyipitkan matanya lalu sedetik kemudian dia merubah wajahnya menjadi datar.

"B aja"

Nayla yang mendengarnya pun mencebikkan bibirnya kesal.

"Ah lo mah gitu. Gak like gue" ucap Nayla lalu memutar tubuhnya kebelakang menghadap Rey.

"Rey, Rey.." panggil Nayla namun tak dihiraukan sama sekali oleh Rey.

"Rey.. are you okay?" Tanya Nayla ketika merasa ada yang aneh dengan gadis itu.

"I'm fine" jawab Rey tanpa mengubah posisinya.

"Eh Rey,-"

Kring!!

Suara bel masuk menggema dan seorang guru wanita memasuki kelas yang membuat Nayla mengerucutkan bibirnya.

"Selamat pagi anak anak!!"

"Gak like aku tuh" gerutu Nayla.

《~_~》

Bel istirahat berbunyi. Tapi Rey sedang sangat malas untuk pergi ke kantin.

"Rey ikut gak?" Tanya Mela.

"Duluan aja"

"Yaudah kalo gitu kita ke kantin dulu yah" pamit Nayla.

"Hm"

Nayla dan Mela pun pergi keluar kelas untuk menuju ke kantin. Mereka tidak ingin memaksa Rey karena sepertinya mood gadis itu sedang kurang baik.

Setelah kepergian Mela dan Nayla, Rey memutuskan untuk beranjak pergi ke perpus. Dari pada ia suntuk di kelas.

Di persimpangan koridor, dia menabrak seseorang yang sangat ia kenal.

"Sorry" ucap Rafa lalu segera melangkah.

"Raf" panggil Rey.

Lelaki itu pun menghentikan langkahnya. Lalu membalikkan badannya dengan alis yang terangkat satu.

Rey menyodorkan sebuah coklat dengan pita. Tidak, Rey tidak memberikannya pada Rafa. Melainkan tadi coklat itu jatuh dari jaket lelaki itu.

"Jatuh"

Rafa dengan cepat mengambil coklat itu dari tangan gadis itu.

Sebelum Rey kembali melangkah, Rafa berucap yang membuat Rey tidak jadi melangkahkan kakinya.

"Lo bener bener gak bisa ngomong sama gue?" Tanya Rafa dingin.

"Seandainya gue ngomong tentang apa yang gue rasain, apa lo bakal ngerti?" Tanya Rey balik.

"Semua cuma butuh waktu Raf. Mungkin nanti bukan gue yang jelasin. Tapi orang, seperti teka teki yang kemarin gue kirim ke lo"

Ditempatnya, Rey menghembuskan nafasnya. Ia cukup penasaran, apakah teman teman Rafa yang lain sudah tahu tentang ini atau belum. Termasuk dia.

Rey's Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang