Part 35

806 76 4
                                        

"Gue cuma cewek lemah yang selalu berharap dia kembali"

Terlihat dari sorot matanya, dia sangat terluka. Seorang gadis yang tak siap atas kehilangan kedua orang yang dia sayang.

Gadis yang menyimpan lukanya dibalik wajah dingin nan datarnya.

Gadis yang mencoba tertawa ketika ia merasakan perihnya kehidupan. Namun dibungkam oleh kenyataan.

Tak pernah ada luka yang sesakit ini. Luka yang selalu membekapnya untuk tetap bungkam dan tak membiarkan dirinya mengeluarkan isak tangis.

Sementara itu, Jordan hanya menatap prihatin Rey yang menatap lurus dengan pandangan kosong.

Selama menceritakannya, tak ada raut atau pun nada bicara yang berubah dari gadis itu.

Hanya kesan datar dan dingin yang melengkapi setiap kata yang keluar dari mulut gadis itu.

Cinta, memang nyatanya bisa mengubah seseorang. Tak hanya mengubahnya menjadi baik, namun juga hancur.

Namun, ini bukan alasan mengapa dirinya memilih untuk memperjuangkan keadilan.

Nyatanya kasus kematian Sean harus disusut secara tuntas. Semua bukti sudah ia korek.

Salah satunya video Sean yang tersimpan di memory card nya.

"Tiba tiba gue jadi kangen Sean" kata itu terlontar begitu saja dari mulut Kaylo.

"Dulu, gue heran kenapa bocah kek dia bisa jadi pemimpin Victor. Tapi gue yakin setelah denger sudut pandang Jordan, dan cerita lo tadi" lanjut lelaki itu diakhiri dengan kekehan.

"Gue milih Sean karena jiwa pemimpin dia ada. Seseorang yang berdiri karena luka, dikuatkan oleh luka, dan pastinya dia bisa sama sama rasain luka sesama anggotanya" timpal Jordan.

Entah kenapa Kaylo baru menyadari bahwa dua kulkas dan tembok di hadapannya bisa berbicara panjang kali lebar.

Hanya dengan menceritakan seseorang yang berarti, mereka bisa berucap panjang.

"Seandainya Sean disini, pasti semuanya bakal baik baika aja" ucap Kaylo.

"Seandainya Sean masih ada, gak akan ada luka yang begitu dalam" sambung Jordan.

"Seandainya gak ada cinta, kehilangannya tak akan sesakit ini" tambah Rey.

"Dan seandainya gue gak mulai pembicaraan ini, tak akan ada luka yang terbuka kembali" lanjut Kaylo.

Kaylo menatap Rey penuh rasa bersalah. "Sorry"

"It's okay. Gue lega bisa cerita sama kalian"

Tiba tiba sebuah ide terlintas di otak lelaki yang memiliki iris mata coklat itu.

"Ikut gue" ucap Kaylo sembari menarik Rey menuju panggung di cafe tersebut.

"Lo mau ngapain?" Tanya Rey.

"Kita nanyi"

Mata Rey membola seketika. What the fuck?! Nanyi?!

Rey's Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang