Part 9

1K 95 2
                                        

Jam pulang sudah tiba. Rafa bergegas mengemasi barangnya. Lalu dengan cepat melangkahkan kakinya keluar kelas.

"Woi serep!! Mau kemana lo?!" Teriak Farel.

"Tugas negara!!!"

Lelaki itu melangkahkan kakinya menuju kelas IPA 3. Ia tersenyum senang saat melihat gadis yang akan ia temui keluar dari kelas.

"Rey" panggil Rafa.

"Apa?"

"Inget tiga permintaan gue gak?" Tanya Rafa yang diangguki malas oleh gadis itu.

"Permintaan pertama gue, ntar malem ikut gue ke acara keluarga gue"

"Acara keluarga?" Cicit Rey.

"Iya, mau yah? Kalo gak gue bisa mati"

"Lebih baik lo mati"

"Rey pliss" pinta Rafa memohon. Gadis itu menghela nafas pelan.

"Oke"

Lelaki itu tersenyum senang lalu meraih ponsel di sakunya dan di sodorkan kearah Rey. Gadis itu hanya mengangkat satu alisnya.

"No hp lo, buat kasih tau gue dimana gue jemput lo"

Rey hanya memandangi ponsel Rafa yang menggantung di udara. Lalu menatap Rafa penuh selidik. Tangannya akhirnya meraih ponsel itu dan mengetikkan beberapa angka.

Kemudian menyerahkan kembali pada Rafa. Lelaki itu terus tersenyum sembari memandangi wajah Rey. Entah kenapa menurutnya wajah gadis itu sedikit berbeda hari ini.

Rafa memencet tombol panggil di ponselnya dan terhubung dengan ponsel Rey yang sedari tadi gadis itu pegang.

"Ntar gue sharelok"

"Oke"

"Satu lagi, jangan kasih siapa pun nomor hp gue. Apapun alasannya" kata Rey datar.

"Lo bisa percaya sama gue" ucap Rafa.

"Gue gak bisa percaya sembarang orang"

"Tapi gue bukan orang sembarangan"

"Jangan percaya sama siapa pun" ujarnya lalu melangkah pergi meninggalkan Rafa yang termenung.

"Kenapa dia selalu ngomong apa yang gak gue pahami" gumamnya pelan.

《~_~》

Malam hari pun tiba. Seorang perempuan sedang sibuk memoleskan liptin ke bibirnya. Sedari tadi gadis itu merutuki lelaki yang terus mengirimnya pesan dan beberapa kali meneleponnya.

Kini ponselnya kembali berdering. Gadis itu berdecak sebal.
Rafa is calling..

"Apa?! Udah gue bilang sabar!!"

'Lo belum sharelok dimana gue harus jemput lo'

Tut!

Panggilan diputus sepihak olehnya. Lalu ia mengutak atik ponselnya. Setelah selesai di lemparnya begitu saja ke meja rias yang juga merupakan meja belajar.

"Arrgghh.. gue kutuk jadi kodok tau rasa lo!!!"

Sedari tadi Rey tak berhenti mengumpat Rafa. Bagaimana tidak? Karena dirinya harus mengobrak abrik lemari untuk mencari gaun lamanya.

Sementara untuk memoles wajahnya dia hanya mengoleskan liptin dan bedak tipis. Masa bodo bagaimana penampilannya nanti.

Dirinya keluar dari apartemen miliknya. Rey mengenakan gaun berwarna abu abu sementara rambutnya di cepol diatas dan menyisaka beberapa anak rambut dan dia membawa tas kecil dengan warna senada dengan gaunnya. Gadis itu berdiri di lobi apartemen menunggu seseorang yang sedari tadi sangat mengganggunya.

Rey's Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang