Pagi ini matahari pagi mengusik tidur gadis cantik. Alarm di ponsel gadis itu berbunyi.
Rey mengerjapkan matanya perlahan. Lalu mengambil ponsel yang berada di atas nakas.
Anniversary 3 tahun
Gadis itu menghela nafas pelan. Lalu segera beranjak ke kamar mandi dan melakukan ritual mandinya.
Semalam ia memutuskan untuk pulang dari rumah Rafa. Meski lelaki itu terus memaksanya. Keduanya memang keras kepala sampe akhirnya Rafa lah yang mengalah dan membiarkan Rey pulang setelah diantar olehnya.
Gadis itu keluar dengan memakai seragam sekolahnya rapi. Dia mengikat rambutnya kuncir kuda. Lalu meraih tasnya dan langsung melangkah keluar apartemen.
Rey mengendarai mobilnya menuju sekolah. Membelah jalanan ibu kota yang mulai ramai. Lalu mobilnya sampai di SMA ARTESA.
Gadis itu turun dari mobilnya dan melangkah memasuki kelas. Saat menyusuri koridor, instingnya mengatakan bahwa akan ada sesuatu di belakangnya.
Dan benar saja kini ada sebuah tangan di bahu kanannya. Dengan cepat dia memutar lengan pelaku itu.
Krek
"Awshh, sakit bege!!"
Semua siswa yang berada di koridor pun memekik histeris. Seorang ketua The Lion kini tangannya di pelintir oleh gadis yang mereka anggap misterius.
Gadis itu melepaskan tangannya dari lengan Rafa. Lalu menatap malas lelaki yang sedang meringis itu.
"Tega bener lo pagi pagi udah main fisik aja" kesal Rafa.
"Lo gak punya kemampuan?" Tanya Rey yang lebih terlihat seperti meremehkan Rafa. Apalagi sekarang gadis itu tersenyum smirk.
"Lo kalo pake skincare di mulut yah? Mulus amat. Sembarangan lo ngomongin gue gak punya kemampuan. Gini gini kemampuan gue sabilah tanding sama lo. Tadi gue cuma gak siap aja tiba tiba lo langsung hajar gue" cerocos Rafa. Sementara Rey hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Lawan gak nunggu lo siap"
"Kapan aja lo bisa di serang dan siapa aja bisa nyerang lo" lanjutnya.
'Bahkan orang yang selama ini lo anggap sahabat itu bisa aja suatu saat hianatin lo' batin Rey.
"Tau ah gue gak ngerti. Nyoh" ucap Rafa sembari menyerahkan sebuah paperbag. Gadis itu mengernyitkan dahinya.
"Kemarin lo masih sakit tapi langsung pulang jadi mama khawatir lo makan makanan sembarangan. Jadi mama buat bekel buat lo"
Rey meraih paperbag itu dan membukanya sedikit. Satu kotak bekal terdapat di dalam paperbag itu.
Lelaki itu menempelkan punggung tangannya di dahi gadis itu. Dengan cepat Rey menepisnya.
"Apaansih?"
"Udah gak panas. Dimakan itu"
"Hm"
"Udah? Hm doang?" Tanya Rafa jengah.
"Ya terus?"
"Makasih nya mana. Sama Fara aja lo bilang makasih masa sama gue gak. Seenggaknya buat ma-"
"Makasih" potong Rey.
Rafa tersenyum manis lalu lelaki itu mengacak pelan rambut Rey. Semua siswi yang berada di koridor yang menyaksikan kejadian itu lantas memekik kaget. Rasa ingin berada di posisi Rey.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rey's Story [END]
Jugendliteratur[End/Proses Revisi] FOLLOW JAN LUPA GES🙏🙏 CERITA INI ONLY DI WP #Start 15 Juli 2021 #Finish 2 Febuari 2022 Bagaimana rasanya jika kamu kehilangan dua orang yang kamu sayang di waktu yang bersamaan? Reyna Sylvania Atmadja. Gadis cantik sejuta miste...