Part 43

827 79 0
                                    

"Bahkan orang yang lo sebut sahabat bisa aja suatu saat ngehianatin lo"

Rey

Victor

The Lion

Sahabat

Hanya itu yang berputar putar di otak Rafa selama perjalanan menuju Apartemen Rey.

Yap, tujuan lelaki itu adalah Apart milik Rey. Entahlah, tapi dia rasa mungkin Rey berada di sana.

Saat ini, lelaki itu sudah sampai. Setelah memarkirkan motornya, Rafa masuk lalu menuju meja resepsionis.

"Permisi"

"Ya, ada yang bisa saya bantu?"

"Kamar atas nama Reyna dimana yah?" Tanya Rafa.

"Maaf mas, saya tidak bisa memberi tahu"

"Ck, tinggal kasih tahu apa susahnya sih?!" Kesal Rafa.

"Maaf mas, saya benar benar tidak bisa memberitahu karena pemilik kamar tidak mengizinkan ka-"

Perkataan sang resepsionis wanita terhenti kala Rafa mengeluarkan sebuah cek.

"Tulis berapa pun yang lo mau, kasih tahu sekarang" ujar lelaki itu dingin.

Resepsionis itu pun bingung, namun dirinya juga tak akan menolak jika di suruh mengambil berapa pun uang itu. Wanita itu melirik CCTV yang terpasang di pojok ruangan. Rafa yang mengerti pun mengikuti arah pandangan sang resepsionis.

"Gak akan ngaruh, mereka bakal mikir gue ngasih alamat. Jadi?"

"Kamar no **** "

Rafa pun segera melangkah terburu buru. Lelaki itu memasuki lift dan memencet tombol lift tersebut.

Setelah menunggu sesaat, pintu lift terbuka dan lelaki itu segera melangkah menuju kamar Rey. Kini, lelaki itu sudah berada di depan sebuah pintu. Memencet beberapa kali tombol bel.

Setelah menunggu, pintu itu terbuka dan menampilkan seorang gadis dengan penampilan yang terlihat acak acakan. Masih memakai piyama, rambut acak acak, dan kool fever yang tertempel di dahinya.

"Rafa?" Gumam Rey sedikit terkejut akan kehadiran lelaki itu. Apalagi aura yang di keluarkan Rafa cukup mencekik.

Rafa sendiri bingung kenapa Rey memakai Kool Fever. Apakah gadis itu demam? Astaga dia melupakan tujuannya untuk jauh jauh kemari.

"Gue mau tanya sama lo" ujarnya dingin.

"What is it?"

"Sebenernya banyak. Tapi yang terpenting..." Rafa menunjukkan layar ponselnya pada gadis itu.

Alis Rey terangkat satu ketika membaca pesan yang tertera di layar ponsel. Kemudian berdecih pelan.

"Jadi lo mau gue jujur sebelum saatnya?"

"Ya, gue capek" jawab Rafa.

Rey menepuk pelan bahu Rafa. Lalu memasang wajah sok peduli. Rafa yang melihat itu pun mengerutkan keningnya.

"Fighting bro, gue tau lo gak akan semudah itu buat percaya sama omongan gue" ujar Rey dengan senyum miring di akhir kalimat.

"So, selamat menanti pertunjukan" lanjut gadis itu sembari mengerlingkan matanya. Tak lupa senyum miring masih tercetak di bibir gadis itu yang nampak sedikit pucat.

Brak!

Pintu tertutup dengan keras meninggalkan Rafa yang masih diam di tempatnya dan tak mau bergeming.

Rey's Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang