06. Secret of Darkness

10 1 0
                                    

Song for today:
1.Blackpink - You never know
2.Coldplay - Fix you



🌿🌿🌿

"Katanya sih si Rio dikeluarin dari tim inti," Ujar Olif setelah menyeruput jusnya, "Waktu bikin lo pingsan hari itu, dia langsung disidang sama si Alfin."

Ketiganya terdiam.

Olif, Nata dan Risa sedang menikmati hari libur mereka di salah satu cafe pusat perbelanjaan.

Berhubung ini adalah libur semester mereka, ketiganya akhirnya menyempatkan diri untuk menghabiskan waktu bersama.

Sebenarnya, Nata tadi menyusul. Dia baru saja menyelesaikan beberapa pemotretan brand yang bekerja sama dengan agensinya. Maka dari itu, Nata datang dengan crop top dan becycle pants bekas pemotretan yang tidak sempat ia ganti karena terlanjur diseret oleh Olif dan Risa yang menjemputnya langsung.

Berbeda dengan dua gadis remaja yang terlihat girly itu, Nata nampak edgy dan mencolok.

Gadis itu bodo amat saja, toh orang-orang yang menatapnya tidak mengenalinya. Lagipun, di kota besar seperti ini, sudah tidak lazim lagi gaya fashion yang hampir mirip dengan orang luar.

"Tapi emang harus dikasih pelajaran sih, dia udah keterlaluan." Timpal Risa menggebu-gebu.

"Iya, jidat Nata aja jadi benjol gara-gara dia." Seru Olif.

"Jadi, gimana cara lo photoshoot kalau jidat benjol gitu, Nat?"tanya Risa menatap benjolan Nata yang sebenarnya tidak separah kemarin.

Nata hanya memperlihatkan bucket hat yang ia pakai saat pemotretan tadi dan dibalas anggukan paham keduanya.

"Orang cakep mah, benjol-pun ya tetep cakep." Sahut Risa dibalas Olif yang cekikikan.

"Coba kalau gue, langsung cocok di posting dijalinan kasih." Ujar Olif.

Olif dan Risa terbahak. Selera humor mereka benar-benar anjlok.

"Gue duluan." Nata beranjak.

"Lho, kok cepet banget?" Tanya Olif tak terima, "Ini weekend lho Nat, nggak usah buru-buru gitu lah!"

"Tau nih, kita juga belum ke salon tau!" Timpal Risa.

"Kalian berdua aja, gue-" kalimat Nata terpotong saat ponselnya berbunyi, menampilkan kontak sang Mama, "Ada urusan."

Ia berlalu dari sana. Menutupi setengah wajahnya dengan bucket hat kemudian memencet tombol jawab, "Halo, ma?"

Nata masih berusaha bersikap sopan.

"Kamu dimana? Kok kedengeran ramai?"

"Mall."

"Besok malam kamu jadi datang kan di acara grand opening butik Mama?" Tanya wanita dengan suara anggun itu.

"Nggak bisa, Nata sibuk."

"Mama tau kamu nggak sibuk. Ini libur semester."

Nata diam.

"Atau kamu mau Mama berhenti suntikin dana untuk perawatan si beban yang penyakitan itu?" Ancam sang Mama dibalik telepon.

Langkah Nata berhenti. Ia memejamkan mata dan mengepalkan tangannya geram. Ibu macam apa dia ini?

Ah... Andai saja bayaran pemotretan Nata sanggup untuk membayar biaya pengobatan saudaranya, ia pasti tidak akan bergantung kepada sang Mama lagi hingga membuat biaya Rumah Sakit saudaranya menjadi ancaman dan kelemahan bagi Nata.

Dark but Shine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang