27

4 0 0
                                    

👩‍🎓👩‍🎓👩‍🎓



"Kamu lagi dimana?"

"Di ruangan."

"Oke."

Nata meletakkan ponselnya dan kembali berbenah. Mengemasi barang-barangnya di ruangan pemangku adat yang menyimpan begitu banyak kenangan untuk Nata. Dan Alfin tentu saja.

Tak lama setelahnya, Alfin muncul. Dengan sekotak makanan yang ia dapatkan entah dari mana.

"Kamu belum makan daritadi, biar aku aja yang beresin barang kamu." Ucap Alfin dan menuntun Nata untuk duduk, "Makan yah sayang? Aku ngerasa bego ngeliat kamu makin kurus gini."

Nata memaksakan senyumnya terbit, "Aku udah okay kok."

Bohong. Dengan berat badan yang turun drastis, mata yang sering menatap kosong dan setiap pagi ke sekolah dengan keadaan sembab apa bisa dikatakan baik-baik saja?

Sebenarnya, ia masih dalam keadaan berduka. Tapi karena Ujian Nasional sudah dimulai, mana mungkin ia berlarut dalam kesedihannya.

Tapi untungnya ini adalah hari terakhir Ujian, yang artinya angkatan Nata tinggal menunggu pengumuman kelulusan mereka saja untuk lanjut ke perguruan tinggi.

"Gimana hotelnya, mereka udah ready?" Nata menanyakan hotel yang Alfin urus untuk keperluan Prom night sekolahnya.

Alfin mengangguk, "Udah aku booking. Itu yang kamu makan signature dish disana katanya."

Nata terkekeh, "Pasti kamu kecantol bujukan mbak-mbak sales hotel kan makanya terpengaruh belinya?"

Cengiran Alfin seketika terbit, "Yang penting nggak kecantol kebohaian mba nya kan sayang?"

"Serah kamu deh."

"Oh ya, kamu udah ketemu pengacaranya Soraya?" tanya Alfin.

Nata terdiam sebentar, "Iya, dan ternyata kepemilikan butik sama warisan Mama atas nama aku semua."

Lelaki itu terkesiap sejenak, "Terus, rencana kamu?"

"Aku belum tau. Tapi untuk sementara semua cabang butik Mama aku freeze karena sebetulnya aku nggak punya banyak pengalaman dalam dunia bisnis. Apalagi butik mama terbilang besar."

Alfin mengangguk paham. Itu lebih baik daripada butiknya dipegang oleh oknum tak bertanggung jawab nantinya.

Ponsel Alfin berdenting, menandakan ada pesan masuk.

+628176455850xx : cewek lo boleh juga.

Anjing.

Cowok itu meremas ponselnya marah. Masih berusaha mengontrol ekspresinya karena masih ada Nata di ruangan ini.

Alfin tidak tahu siapa pengirim pesan tersebut, tapi firasatnya berkata bahwa pesan ini dikirim bukan tanpa alasan.

👒👒👒


Sore ini, langit begitu mendung.

Kesialan terbesar sebenarnya. Karena ini adalah pengalaman pertama dalam hidup Nata berkeliling kota dengan motor. Ia yang pertama kali mengusulkan ide ini yang langsung disetujui Alfin. Alhasil, pacarnya itu sibuk bertanya ke orang terdekatnya siapa saja yang punya motor dan berakhir dengan meminjam motor adiknya Dani.

Nata begitu bahagia. Bahkan tertawa lepas saat angin sore menerpa rambutnya. Naik motor ternyata tidak seburuk yang ia bayangkan.

Sayangnya, gerimis manja datang disaat-saat Alfin dan Nata baru pertama kali jalan-jalan dengan sepeda motor sehingga mereka harus menepi ke minimarket terdekat.

Dark but Shine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang