🎶 : Too Love Somebody – Bee Gees
💡💡💡
Jika hari Senin biasanya gadis berambut hitam ini akan pergi ke sekolah bahkan sebelum matahari benar-benar nampak. Maka kali ini tidak. Ia bermalas-malasan di kasur dengan rasa hampanya. Sampai malam tiba pun Nata belum meninggalkan kasur. Beberapa guru menelepon Nata untuk beristirahat saja sampai pulih. Jadi jangan tanyakan mengapa gadis itu seperti mayat hidup di kasur ini sejak tadi.
Benar-benar hampa.
Meski setiap hari ia memang diselimuti dengan kesendirian, tapi kali ini ia merasa seperti kehampaan itu mencekiknya.
Ada yang hilang dari dirinya. Entah apa itu.
Tapi yang jelas, sesuatu itu hilang semenjak Alfin juga tidak lagi menjahilinya.
Mungkin karena ia belum terbiasa? Iya bukan? Itulah yang membuat Nata merasa hari-harinya berbeda dengan hari biasanya.
"Bodo ah, ngapain gue mikirin dia!" Ia memukul kepalanya sendiri.
Nata menghela napas panjang, berguling ke kiri serta ke kanan. Kemudian kembali terlentang membentuk bintang.
Kemarin, saat ia sudah dibolehkan pulang oleh dokter, Alfin tidak muncul.
Hei, Nata juga tidak berharap cowok itu muncul, ya!
Ia hanya...
Entahlah.
Nata lagi-lagi menghembuskan napas.
Kemarin ia di antar oleh Dani yang mengemudi. Juga Risa dan Olif yang melengkapi perjalanan dari Bandung ke Jakarta dengan celotehan mereka berdua.
Nata tidak membiarkan tiga orang itu mengantarnya sampai apartemen. Dengan beribu alasan, akhirnya Olif dan Risa mengalah dan membiarkan Nata mengantar mereka terlebih dahulu untuk pulang, disusul Dani. Kemudian ia menyetir sendiri ke Apartemennya meski dengan kaki yang masih nyeri.
Jalan Nata pun belum begitu baik. Ia sedikit terpincang.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam saat Nata menyadari perutnya mulai keroncongan.
Menuju dapur, membuka laci pantri dan kulkas yang ternyata sama hampanya dengan dirinya.
Mungkin Nata harus mulai berbelanja. Di lantai bawah apartemen ini kebetulan terdapat supermarket.
Andainya saja Alfin berada disini, mungkin lelaki itulah yang melakukannya sekarang. Seperti berbelanja dan memasak. Tidak membiarkan Nata melakukan pekerjaan apapun.
Ah... Kenapa isi kepala Nata dipenuhi dengan sosok menyebalkan itu, sih!?
Harusnya dia senang dong, karena sekarang hidupnya menjadi lebih sedikit tentram dan damai karena tidak lagi direcoki makhluk bernama Alfin.
Nata menghela napas. Saat ini ia berada di dalam supermarket. Mendorong troli sebagai tumpuannya berjalan. Meskipun sedikit terpincang, tapi seperti biasa, Nata bisa melakukan hal apapun sendirian.
Ia mulai mengambil roti, beberapa minuman, buah, dan bahan pokok lain yang dirasa ia butuhkan.
Ia juga mengambil beberapa kopi meski tidak suka dengan minuman kafein itu. Alasannya adalah siapa tahu saat Alfin mampir, ia ingin minum kopi, jadi Nata tinggal menyetok saja.
Tunggu sebentar.
Biar Nata memukul kepalanya yang bermasalah untuk kesekian kalinya.
"Gue sebenarnya kenapa sih?" Ia merutuki dirinya sendiri dan memukul kepala beberapa kali. Mengacuhkan pandangan aneh orang-orang di sekitarnya dan melanjutkan langkahnya menyusuri barisan rak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark but Shine [END]
Teen FictionIni hanyalah segelintir dari kisah cinta anak remaja. Yang agak sedikit... Berat. Berlawanan seperti kompas utara dan selatan. Tapi saling melengkapi layaknya gelap yang butuh terang. "Gue nggak pernah pacaran." ucap si cuek yang selalu menolak. "...