🎶 : Colbie Caillat - I Never Told You
🎍🎍🎍🎍
Nata terlelap.
Badannya seolah remuk karena tidur dengan posisi duduk. Ia terbangun saat mencium aroma yang berhasil membuat perutnya keroncongan.
Dia mengusap mata sebelum akhirnya menoleh ke dapur. Disana berdiri siluet tubuh proporsional menjulang, sedang sibuk bergelut di dapur tanpa sadar Nata sudah bangun.
Nata menepuk jidatnya, "yaampun!" Ia bergumam sendiri menyadari bahwa ia juga ikut-ikutan ketiduran saat Alfin tertidur di bahunya.
Malu! malu! maluuu!
Seketika wajahnya berubah seperti tomat. Mengapa ia bisa sebodoh membiarkan Alfin tidur di bahunya dan ditambah ia juga ikut ketiduran.
Salahnya sendiri karena insomnia akibat kebanyakan pikiran.
Alfin memang datang ke apartemennya pagi-pagi sekali, meretas password Nata dengan alat yang entah itu apa karena Nata pun tidak paham, ditambah kepanikan gadis itu akibat luka Alfin yang benar-benar parah dan dibiarkan begitu saja oleh cowok itu. Alhasil, Nata mengobati luka tersebut karena terlalu ngilu melihat Alfin sesantai itu.
Dan sekarang, sudah jam dua siang. Bisa dibayangkan selama apa Nata tertidur.
Ia segera mengendap-endap menuju kamarnya, berusaha agar Alfin tidak menyadari keterbangunannya. Bisa-bisa cowok itu kembali meledek wajah merah padam Nata sekarang. Lagipun, gadis itu harus mandi karena merasa gerah.
"Eh, mama. Udah bangun?" Cowok itu bersuara. Sialan.
Nata yang merasa usahanya gagal mengulum bibirnya dan langsung berhenti di depan pintu kamar. Memutar badan menghadap Alfin kemudian memperlihatkan kepalan tangan.
"Bacot lu!" Sentaknya.
Cowok itu tergelak. Membiarkan Nata kali ini terbebas dari kejahilannya. Ia sedang sibuk memasak sesuatu karena terbangun dengan perut kelaparan.
Sesaat sebelum memasak tadi, ia terdiam dulu menatap paras Nata saat terlelap.
Cantik.
Saat matanya terpejam, tidak akan ada yang menyangka bahwa gadis mungil itu adalah jelmaan medusa apabila sudah mengamuk. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa wajah Nata tetaplah menyenangkan dalam situasi apapun.
Sekitar dua puluh menit, Alfin sudah selesai dengan urusan dapurnya. Dia menata hidangan di meja, menunggu Nata keluar sembari memilih saluran tv.
"Masak apa lo?" Suara gadis itu tiba-tiba mengintrupsinya.
Alfin menoleh tersenyum dan menepuk-nepuk tempat disampingnya, "sini makan."
Nata mendekat, perutnya yang sejak tadi kelaparan kian meronta melihat hasil tangan Alfin. Nata tidak bisa pungkiri bahwa kali pertama Alfin memasak untuknya tempo hari, rasanya sangat enak.
Alfin tersenyum saat Nata benar-benar lahap, "Kalo lo udah makan masakan gue, berarti lo udah berhasil gue santet."
Gadis itu jadi melotot dan menjatuhkan sendoknya.
Respon tersebut membuat Alfin ngakak, "bercanda."
Nata mendumel jengkel sedangkan Alfin tetap mesem-mesem bahagia. Nata baru saja mandi dan langsung makan satu meja bersamanya. Meskipun perannya kelihatan terbalik, tapi tidak apa selama ia senang.
Ah... Rasanya sudah seperti sedang berumah tangga saja.
🌅🌅🌅
![](https://img.wattpad.com/cover/275009264-288-k989364.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark but Shine [END]
Teen FictionIni hanyalah segelintir dari kisah cinta anak remaja. Yang agak sedikit... Berat. Berlawanan seperti kompas utara dan selatan. Tapi saling melengkapi layaknya gelap yang butuh terang. "Gue nggak pernah pacaran." ucap si cuek yang selalu menolak. "...