19. Gone

2 0 0
                                    


🎶 : ROSÉ – Gone





🐅🐅🐅


Tiga hari.

Yup. Sudah tiga hari setelah hari dimana Alfin tiba-tiba pamit dengan kalimat misterius di depan apartemen Nata. Serta sudah tiga hari pula kabar tentang Alfin dan Nata resmi berpacaran tersebar ke seluruh penjuru sekolah membuat Nata diserbu habis-habisan dengan para manusia kepo.

Dan...

Sudah tiga hari pula Alfin dan tiga kawannya tidak menampakkan batang hidungnya di Sekolah. Benar-benar tidak hadir. Rapat penting dilewatkan. Pekerjaan pemangku adat dibiarkannya menumpuk. Bahkan saat Nata memberanikan diri menghubunginya untuk sekedar menanyakan dokumen, lelaki itu tidak mengangkat telponnya.

"Jadi cewek gue ya Nat, biar gue punya alasan buat tetap bertahan."

"Bertahan apaan?"

"Bertahan hidup. Doain aja biar gue selamat."

Percakapan terakhir mereka di koridor apartemen begitu terngiang-ngiang di kepala Nata sampai ia pusing sendiri memikirkannya.

Ada apa dengan lelaki itu?

Kenapa ia jadi menghilang begini?

Apa... Dia pergi lagi untuk menyelesaikan sebuah 'misi' berbahaya lainnya?

Gadis itu mengusap wajahnya risau.

Entah sejak kapan Nata merasa gamang dan khawatir seperti ini. Entah saat mengetahui pekerjaan rahasia Alfin, atau saat lelaki itu mengucapkan kalimat terakhir sebelum ia menghilang.

Nata tidak bisa membayangkan misi apa yang sedang dijalankan oleh empat lelaki itu. Mengingat markas mereka yang dipenuhi senjata dan teknologi canggih membuat Nata bisa menebak bahwa ini bukanlah pekerjaan yang mudah.

"Gue salut banget sama Alfin, Nat. Gue kira dia cuman bercanda pas bilang jatuh cinta sama cewek, soalnya anaknya bodo amat banget perihal cinta-cintaan. Tapi ternyata dia nggak patah semangat kalau soal ngejar cinta dari lo. Dan gue tau, lo juga pasti punya perasaan buat Alfin, even itu secuil. Jadi... Sebelum semakin dalam, gue peringatin yah, cinta sama orang-orang kayak Alfin itu berbahaya dan... Beresiko."

Berikut ucapan Dani tempo hari yang masih berputar di kepala Nata.

Cinta sama Alfin berbahaya. Beresiko.

Tapi...

Entah mengapa, mengkhawatirkan keselamatan Alfin lebih terbayang sekarang.

Ia lebih peduli akan kabar dari lelaki itu.

Dimana ia sekarang? atau bagaimana kondisinya?

Nata memejamkan mata. Tangannya terangkat mengusap bandul berlapis mutiara berinisial N. Kalung pemberian Alfin yang membuat heboh satu sekolah tempo hari.

Memang benar Nata memakai kalung tersebut. Meski saat didepan banyak orang ia harus menyembunyikannya di balik kerah kemeja sekolah karena pasti mereka tahu dari mana asalnya kalung tersebut.

Mata Nata terbuka saat pintu ruangannya di dorong. Menampilkan dua manusia dengan sekantung kresek di gengamannya.

"Yaampun dari tadi pagi nggak nyentuh makanan loh ya perut lo!"

"hm."

"Ham hem ham hem. Nih makan!" Olif menyodorkan kresek tersebut yang seketika menguarkan aroma sedap.

Dua temannya itu duduk di depan meja kerja Nata. Menyelidiki gadis itu dengan seksama.

"Tadi gue lewat di depan ruang kepsek. Nggak sengaja dengar dia ngomong ama bu Ratih, katanya Alfin belum tau sekarang lagi dimana. Orangtuanya juga panik."

Dark but Shine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang