25

5 0 0
                                    


🍒🍒🍒


"Berapa mas?"

"Delapan puluh ribu, mas kasep."

Alfin mengeluarkan lembaran merah dari dompetnya, "Nama saya Alfin mas, bukan kasep. Kembaliannya simpen aja atau donasiin. Makasih. Sayang, yuk."

Alfin menggandeng Nata berkeliling lagi. Setelah menghabiskan sore di ragunan featuring teriakan Nata setiap liat monyet atau rusa yang mendekati mobil mereka untuk meminta makan. Kemudian dilanjut menghabiskan waktu dengan berkeliling dari gambir ke cikini kemudian kembali lagi ke pusat naik KRL dan berakhir makan di angkringan.

Kebahagiaan Nata begitu sederhana. Sampai Alfin sendiri terheran dengan pacarnya. Karena pada ekspektasinya, si model cover majalah ini adalah tipikal orang yang setiap nge-date minimal harus fine dining atau shopping barang branded di mall. Tapi rupanya tidak.

Nata lebih berbinar melihat sate kulit dibandingkan daging steak. Lebih senang ketika dihadiahkan stationery karakter we bare bears dibandingkan tas dior. Padahal kalau Nata minta, Alfin dengan senang hati membelikannya. Sayangnya, Nata-nya bukan tipikal yang seperti itu.

"Kamu tau kue cantik manis nggak? Aku dari dulu penasaran rasanya kayak gimana, beli yuk?"

Kan, dia ini ada-ada saja.

"Ha? Emang ada kue namanya cantik manis?" Alfin sampai terheran.

"Kata Risa ada, makanya aku penasaran kuenya secantik apa." jawab Nata.

"Yang aku tau sih cuman Nata cantik manis." Gombal Alfin mengulum senyumnya.

Nata mengalihkan wajahnya yang tersipu, membuat Alfin puas tertawa geli karena melihat wajah malu-malu pacarnya.

Dan ternyata, kue cantik manis itu hanya terdiri dari warna hijau dan putih dengan bentuk yang biasa.

Alfin dan Nata saling tatap.

"Oh, mungkin kalau kamu makan langsung jadi cantik manis, coba deh." Alfin berusaha menghibur Nata yang sudah tak bersemangat.

"Kamu yah yang abisin." Nata menampakkan cengiran paling manisnya.

Kan, sudah Alfin duga kalau ujung-ujungnya ia yang jadi korban. Selalu jadi sasaran empuk kalau Nata sudah tidak bisa menampung makanannya.

"Lain kali nggak usah penasaran aneh-aneh yah sayang." untung Alfin sayang, kalau tidak sudah ia hantam dengan kecupan mesra bertubi-tubi. "Mau kemana lagi?" tanya Alfin.

Nata nampak berpikir sejenak.

Seharian ini mereka sudah mengunjungi banyak tempat. Akhir pekan mereka habiskan waktu berdua sebelum ujian nasional menyerang.

Karena tidak ada planning, jadilah mereka hanya menebak-nebak tempat tertentu.

"Pulang aja deh yuk." ajak Nata mengulurkan tangannya yang langsung diraih Alfin, "Aku mau belajar."

"Belajar mulu sayang, otak kamu berasep lama-lama."

"Ya daripada nilai aku dikalahin sama orang yang suka bolos, kan heran. Lagian nggak lama lagi kita UN." ujar Nata sarkas.

Alfin mencubit pipi Nata gemas, "Yeeeeu, selama pacaran sama kamu, emang pernah aku bolos?"

"Pernah tuh—"

Tangan Alfin naik merangkulnya, "Nggak. Apaansih." ia menyela dengan cepat, "Sebelum UN mau ke pulau seribu nggak?"

Nata mendongak menatap Alfin dengan mata menyipit, "Kok akhir-akhir ini kamu sering banget yah ngajakin aku jalan tiba-tiba?"

Dark but Shine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang