Chapter 22

2.6K 273 30
                                        

Jimin Pov

Saat kecil aku selalu merasa beruntung karena terlahir dalam keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang. Aku memiliki sosok ayah yang hebat, ibu yang baik, dan dua saudara yang sangat menyayangiku. Aku pikir hidupku sesempurna itu. Sampai aku tau jika keberuntunganku itu adalah hasil dari kemalangan orang lain. Aku sedih, aku terluka, aku merasa sangat frustasi saat itu. Di umurku yang bahkan belum menginjak usia remaja, aku harus mengetahui fakta yang sangat menyakitkan itu.

Sejak saat itu, aku mulai memakai topeng sandiwara ku. Berpura-pura bersikap seperti biasa dan berusaha keras untuk menyembunyikan fakta itu. Saat pertama kali Appa melakukan kekerasan fisik padaku, aku merasa sangat terluka. Tapi karena Appa langsung meminta maaf setelahnya, aku pikir Appa memang tidak bermaksud melakukannya. Tapi ternyata aku salah. Dari waktu ke waktu Appa semakin sering melukaiku. Bukan hanya itu, dia menyuruhku untuk menyembunyikan semua lukaku itu. Aku bisa menyembunyikan rasa sakitku, tapi sangat sulit untuk aku menyembunyikan jejak lukaku. Beberapa kali aku bahkan harus berbohong tentang luka itu saat ada anggota keluarga ku tidak sengaja melihatnya. Aku bisa saja memberitahu mereka apa yang sebenarnya terjadi tapi aku tidak bisa melanggar janjiku dengan Appa.

Selama ini aku tidak pernah mempermasalahkan semua yang dilakukan Appa padaku. Aku tau Appa melakukan semua itu karena dia perlu sesuatu untuk dijadikan objek pelampiasan kemarahan dan kesedihannya. Aku tidak apa-apa. Selama itu semua bisa meringankan beban dihatinya aku tidak masalah.

Tapi sekarang aku sudah tidak bisa melakukan itu lagi. Tubuh dan hatiku sudah terlalu rapuh untuk menerima semua luka itu. Aku sudah benar-benar lelah. Aku sudah terlalu sakit dengan semua luka ini.

Aku tau akan datang masa dimana aku harus pergi dari keluarga ini. Aku tau itu, tapi aku tidak menyangka jika semua akan terjadi secepat ini. Aku terlalu larut dengan kebahagiaanku sampai aku lupa jika aku tidak berhak atas semua itu. Aku tau aku egois, tapi aku berharap bisa terus menjadi bagian keluarga ini. Tapi aku juga sadar, kehadiranku telah menjadi sumber penderitaan bagi Appa selama ini. Walaupun Appa tidak pernah mengatakannya, tapi aku tau. Appa selalu menyesali keputusannya untuk membawaku masuk dalam keluarga ini.

Eomma! Jihyun-ah! Yoongi hyung! Sudah waktunya kalian menemui Jimin yang asli. Aku yakin Jimin sudah menunggu lama untuk kedatangan kalian. Maaf karena sudah membohongi kalian selama ini. Maaf karena aku tidak bisa melihat kalian untuk terakhir kalinya. Aku harap kalian selalu berbahagia untuk seterusnya. Selamat tinggal..

Jimin Pov End

.

.

.

.

.

.

.

Namjoon Pov

Malam ini aku baru saja pulang kerja seperti biasanya. Semua berjalan seperti biasa sampai tiba-tiba seseorang meneleponku saat aku baru saja memasuki mobilku. Dan dia adalah Jimin.

"Aneh, tumben dia menelepon malam-malam begini." Gumamku pelan

"Yeoboseyo!"

"Jimin-ah ? Ada apa ? Tumben kau menelepon hyung malam-malam begini."

"Hyung!"

I'm Not Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang