Pagi ini seperti biasa ada pemeriksaan rutin Jimin. Namun berbeda dari biasanya, Seokjin datang memeriksa Jimin saat tidak ada siapapun disana. Jimin sengaja menyuruh ibunya, Yoongi dan Jihyun untuk datang lebih siang hari ini. Dia beralasan ingin tidur lebih lama hari ini, padahal dia memang sedang ingin sendiri karena ada yang ingin dia bicarakan berdua saja dengan Seokjin.
"Bagaimana perasaanmu hari ini Jimin-ah ? Apa ada keluhan sakit ?" tanya Seokjin yang sedang menyuntikkan obat ke infusan Jimin
"Aku baik-baik saja hyung. Hanya saja__" Jimin menghentikan ucapannya tiba-tiba
"Hanya saja ? Ada apa ?" tanya Seokjin yang sudah selesai memberikan obatnya
"Aku sempat muntah darah." gumam Jimin tidak berani menatap Seokjin
"Nde ? Sejak kapan ? Kenapa kau tidak memberitahu hyung sebelumnya ?" tanya Seokjin panik
"Aku sempat muntah darah beberapa hari lalu. Dan perutku juga mulai sering sakit belakangan ini. Maaf karena aku tidak memberitahu hyung sebelumnya. Aku hanya tidak mau membuat semua orang khawatir jika mereka tau soal ini." jawab Jimin sejujurnya
"Harusnya kau segera memberitahu hyung Jimin-ah. Jadi, hyung bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut padamu." ucap Seokjin khawatir
Dia tiba-tiba merasa bersalah karena tidak menyadari kondisi Jimin. Padahal dia tau jika Jimin adalah anak yang pandai menyembunyikan rasa sakitnya.
"Hyung! Berapa lama lagi ?" tanya Jimin tiba-tiba
"Nde ?"
"Berapa lama lagi waktu yang ku punya tanpa transplantasi hati itu ?" tanyanya dengan tatapan yang sulit diartikan
"Satu bulan ?"
"Dua minggu ?"
"Satu minggu ?"
"Atau lebih singkat dari itu ?"
Mendengar pertanyaan itu Seokjin hanya bisa terdiam tanpa menjawab. Tapi karena diam nya itu Jimin justru seperti menemukan jawaban yang dicarinya.
"Begitu ya, itu artinya waktu ku memang tidak banyak." gumam Jimin tersenyum sendu
"Jimin-ah! Hyung tau apa yang ada dipikiran mu saat ini. Tapi tolong bersabarlah sedikit lagi. Hyung janji akan segera mendapatkan donor hati untukmu dan hyung janji akan segera menyembuhkan mu. Jadi sampai saat itu tiba, tolong jangan menyerah, oke!" ujar Seokjin seraya menggenggam tangan Jimin dengan mata yang sudah berkaca-kaca
"Hyung! Jika itu terlalu sulit, hyung boleh berhenti. Aku tau hyung dan semua orang sudah bekerja keras untukku selama ini. Aku tau kalian sudah berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan donor untukku. Jadi, tolong jangan memaksakan diri kalian! Aku baik-baik saja. Sungguh. Hyung tau sendiri kan, aku ini kuat. Aku sudah bertahan dengan baik selama ini. Jadi, jika pada akhirnya aku tidak mendapatkan donor itu, aku akan tetap berusaha agar bisa bertahan selama mungkin." ujar Jimin dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya
Grepp..
"Tolong jangan berkata seperti itu Jimin-ah! Hyung pasti akan menyembuhkan mu. Jadi, kau harus bertahan sampai saat itu tiba!" Seokjin merengkuh Jimin
Jimin pun membalas pelukan Seokjin itu. Tanpa dia sadari tangannya meremas erat pakaian dokternya itu. Dan tubuhnya sedikit gemetar. Seokjin yang menyadari itu bisa langsung tau jika Jimin sedang berpura-pura baik-baik saja saat ini.
"Hyung! Bolehkah aku pulang ke rumah mulai besok ?" tanya Jimin sedikit ragu
Seokjin yang sedikit terkejut dengan pertanyaan Jimin itu langsung melepaskan perlahan rengkuhan nya.
