Malam hampir berlalu dan pagi akan segera datang. Namun Jimin yang harusnya masih terlelap seperti halnya orang lain justru baru tiba di rumahnya. Dia terlalu menikmati waktu bersama sahabatnya hingga dia lupa jika waktu telah lama berlalu.
Cklekk..
Jimin membuka pintu rumahnya perlahan. Sekarang sudah jam 2.47 pagi. Jadi dia pikir semua orang di rumahnya masih berada dalam dunia mimpi mereka. Sepanjang perjalanan ke rumahnya senyum terus mengembang di bibirnya. Dia masih merasa bahagia karena baru saja membagi sedikit beban di pundaknya.
"Darimana saja kau Jimin-ah ?" Tanya seseorang yang sedang berdiri tidak jauh dari pintu dengan tangan bersilang dada
“H-hyung? Kenapa hyung ada disini ?" Tanya Jimin yang terkejut melihat Yoongi yang sedang berdiri di depannya dengan ekspresi yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Ekspresi penuh kemarahan.
“Jadi ini yang kau lakukan selama ini ? Di saat semua orang termasuk adikmu bekerja keras di luar sana. Kau malah seenaknya keluyuran malam dan bersenang-senang.”
Yoongi masih ingat dengan jelas gurat kebahagiaan di wajah Jimin saat dia memasuki kediamannya.
"B-bukan begitu, kau salah paham hyung." Jimin tau dia salah kali ini tapi semua yang dipikirkan Yoongi tidaklah benar
“Jimin-ah, kau tau ? Selama ini hyung selalu percaya padamu. Bahkan saat dulu Appa pernah bilang jika kau sering keluar malam dan bergaul dengan orang tidak baik, hyung tetap percaya jika kau tidak mungkin melakukan semua itu. Tapi sekarang, hyung akhirnya tau jika yang dikatakan Appa itu benar. Padahal seharian ini hyung khawatir dan bermaksud untuk meminta maaf padamu tapi sepertinya kau tidak memerlukan semua itu. " ujar Yoongi penuh kekecewaan
"Hyung aku bisa jelaskan semuanya. Jadi tolong dengarkan aku!" Jimin berusaha mendekati sang kakak
"Apalagi yang mau kau jelaskan ? Tanpa kau jelaskan pun semuanya sudah terlihat jelas Jimin-ah. Jika kau punya waktu untuk bicara omong kosong, lebih baik kau gunakan itu untuk introspeksi diri seperti yang kau katakan kemarin! " Balas Yoongi sebelum akhirnya beranjak pergi
"Hyung tunggu-" Jimin berusaha menghentikan Yoongi
"Siang ini hyung akan pergi ke Daegu untuk menyelidiki kasus yang hyung tangani selama beberapa hari. Jadi selama itu tolong instropeksi dirimu dan juga jaga Jihyun selama hyung tidak ada!" Ucap Yoongi dingin lalu melenggang pergi begitu saja
Sepeninggal Yoongi, Jimin hanya diam membatu di tempatnya. Dia tidak menyangka kebahagiaan yang baru saja dirasakannya lagi-lagi berubah menjadi rasa sakit dalam waktu yang begitu singkatnya.
"Kenapa semua orang tidak pernah mau mendengarkan penjelasan ku ? Kenapa semua orang selalu menarik kesimpulan tanpa persetujuan dariku ? Kenapa selalu kata Salah yang melekat pada diriku ?" Jerit Jimin dalam hati
"Sungjae-ya, mianhae. Pada akhirnya beban yang sudah kau ambil dari pundakku malah berganti menjadi beban yang lebih berat sekarang." Gumam Jimin seraya mengepalkan erat tangannya dengan senyum sendu yang terlukis di wajahnya
.
.
.
.
.
.
Setelah hari itu, Jimin tidak masuk kuliah selama 2 hari. Jimin butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Selama 2 hari itu juga Sungjae terus menghubungi Jimin dan bertanya keadaanya tapi Jimin berusaha meyakinkannya jika dia baik-baik saja. Walaupun tidaklah mudah, akhirnya dia bisa meyakinkan Sungjae.
