Hening malam terasa lebih hening bagi dua orang yang sedang sibuk dalam diamnya masing-masing. Setelah Jihyun tenang dan berhenti menangis, baik Jihyun maupun Jimin sama-sama terdiam tanpa berucap. Mereka hanya duduk bersebelahan di ranjang Jimin tanpa melakukan apapun.
“Maaf.” ucap Jihyun untuk kesekian kali
“Hahh.. Yak! Apa tidak ada hal lain yang bisa kau katakan selain itu. Kau sudah mengucapkan itu berulang kali. Aku benar-benar bosan mendengarnya Hyun-ah. Sudah kubilang, tidak ada alasan untukmu minta maaf padaku.” balas Jimin menghela nafas karena sedikit jengah
Jihyun sedikit tersentak saat Jimin menaikkan suaranya.
“Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu. Aku sedang benar-benar lelah hari ini, jadi aku tidak bisa mengontrol emosiku.” Lanjut Jimin saat melihat keterkejutan saudara kembarnya itu
“Aniya, kau tidak perlu minta maaf. Ini salahku, aku benar-benar payah untuk membaca situasi. Harusnya aku tahu apa yang saat ini kau rasakan. Karena kau adalah saudara kembarku.”
Mendengar kata saudara kembar, entah kenapa hati Jimin terasa sakit. Mereka memang saudara kembar, dan harusnya mereka saling berbagi rasa sakit. Tapi hingga detik ini, Jimin sama sekali tidak mampu untuk membagi rasa sakitnya pada Jihyun. Jimin terus mengubur dalam-dalam rasa sakitnya sendiri. Tanpa saudara kembarnya sadari hingga saat ini.
“Kalau begitu, aku ingin bertanya padamu. Kemana saja kau hari ini ?” Jimin akhirnya menanyakan hal yang memang mengganggu pikirannya hari ini
“Aku pergi mengunjungi rumah baru Minho. Dia bilang baru saja pindah ke rumah barunya. Jadi aku ikut pergi kesana bersama yang lain. Aku benar-benar menyesal karena tidak memberitahumu semuanya dari awal.” Jihyun menundukkan kepalanya seraya memainkan jari jemarinya
“Kau pergi kesana karena tidak mau pergi ke perusahaan Appa kan ? Kau bukan tipe orang yang langsung menerima ajakan orang lain begitu saja Jihyun-ah.”
Jihyun yang semula menundukkan kepalanya langsung membulatkan matanya mendengar pertanyaan yang menjadi skakmat baginya.
“Ahh.. Begitu rupanya. Kau tidak perlu menjawabnya. Aku sudah tahu jawabanmu.” ujar Jimin yang mengerti akan perubahan ekspresi saudaranya itu
“Kau tau sendiri aku tidak suka pergi ke tempat itu Jimin-ah. Aku sudah bilang jika aku tidak mau pergi lagi ke perusahaan Appa. Apalagi jika itu hanya sendiri. Bagaimana ini Jim ? Appa pasti marah besar padaku saat ini.” Jihyun tiba-tiba merasa takut
Jimin tau, dia sangatlah tau. Tapi dia juga benar-benar tidak bisa berpihak pada Jihyun saat ini. Walau bagaimana pun, dia ingin segera menepati janjinya pada sang ayah. Dan mungkin apa yang dilakukan ayahnya itu memang yang terbaik untuk masa depan Jihyun kelak.
“Tapi setidaknya kau harus tetap memberitahu Appa jika kau tidak ingin datang Hyun-ah. Appa benar-benar mengkhawatirkanmu karena kau tidak datang. Aku yakin Appa menyuruhmu melakukan semua itu demi kebaikanmu juga. Jadi, aku harap setelah ini kau mau menjelaskan semuanya pada Appa dan minta maaf padanya. Arraseo!” titah Jimin seraya menggenggam tangan Jihyun untuk memberinya pengertian
“Nde, arraseo.” jawab Jihyun pelan
Jimin mengelus pelan kepala Jihyun dan mengulas senyumnya. Dia merasa sedikit lega saat ini. Tidak apa, jika ayahnya memarahinya atau bahkan menyakitinya. Tapi dia tidak akan pernah membiarkan itu terjadi pada saudara kembarnya.
“Kalau begitu, lebih baik kau minta maaf pada Appa sekarang. Dia biasanya ada di ruang kerjanya saat ini. Aku yakin Appa akan mengerti jika kau menjelaskan semuanya baik-baik.” titah Jimin lagi
