Chapter 17

2K 223 24
                                    

Aneh. Itulah yang saat ini Sungjae rasakan. Sejak berteman dengan Jimin, ini adalah kali pertama dia melihat raut cemas Jimin yang sangat kentara. Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dia terus terlihat gusar.

"Jimin-ah, tenanglah! Aku yakin Jihyun akan baik-baik saja." Sungjae mencoba menenangkan

"Bagaimana aku bisa tenang ? Jika Jihyun sampai kenapa-napa, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri. J-jika Jihyun pergi, bagaimana caraku melanjutkan hidupku..hiks..hiks.." Jimin menutupi wajahnya yang sudah tidak bisa menahan air matanya

"JIMIN-AH!" teriak Sungjae setelah mendengar kalimat terakhir Jimin

"Maaf, aku tidak bermaksud membentak mu, tapi daripada seperti ini lebih baik kita berdoa agar dia tidak apa-apa. Itu yang paling dia butuhkan saat ini." nasihat Sungjae

Jimin takut. Dia terlalu takut untuk kehilangan Jihyun. Selama ini, dia adalah salah satu penopang hidupnya. Jika dia pergi, bagaimana bisa Jimin melanjutkan hidup tanpanya.

.

.

,

.

Di sepanjang koridor rumah sakit, Jimin dan Sungjae berlarian mencari tempat Jihyun. Tapi tidak disangka tempat Jihyun berada sekarang adalah salah satu tempat yang paling Jimin tidak inginkan. Ruang Operasi.

"Jimin-ah, kau sudah datang." Ucap seorang pria yang sedang duduk di depan ruang operasi

"Ahjussi! J-jihyun.. Dia akan baik-baik saja kan ? Dia tidak akan kenapa-napa kan ?" Tanya Jimin seraya memegang bahu sekertaris ayahnya itu dengan tangan gemetar

"Tenang saja Jimin-ah. Dia pasti baik-baik saja. Dokter bilang kaki kirinya patah jadi dia harus melakukan operasi untuk memasang pen di kaki nya. Tapi ahjussi yakin, dia pasti bisa melewati operasinya dengan sukses. Karena dia adalah anak yang kuat." Junhyuk meraih tubuh Jimin lalu memeluknya. Hanya dengan melihatnya saja dia bisa tau betapa kacau nya keadaan Jimin saat ini.

Melihat semua yang terjadi di depannya, hati Sungjae berdenyut sakit. Padahal saat Jimin menceritakan tentang dirinya beberapa waktu, dia masih bisa bertingkah sok kuat. Tapi hanya karena seseorang yang dia sebut adiknya. Dia berubah menjadi selemah ini.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya pintu ruang operasi terbuka dan menunjukkan dokter yang baru saja keluar dari dalamnya. Dan saat melihat itu, Jimin yang sedang duduk termenung langsung bangkit dan mendekati dokter itu.

"Dokter bagaimana keadaan Jihyun ? Operasi nya berhasil kan ? Dia baik-baik saja kan ?" Tanya Jimin bertubi-tubi

"J-jimin ? Kenapa kau ada disini ? Apa kau mengenal pasien ?" tanya balik sang dokter

Tanpa di duga, dokter itu adalah sosok yang Jimin kenal. Dan dia tidak lain adalah Kim Seokjin.

"J-jin hyung ?"

"Dia keluarganya dok. Jadi, bagaimana operasi nya ? Apakah berhasil ?" Tanya Junhyuk yang berada di samping Jimin

"Kalian tidak perlu khawatir. Operasinya berjalan sukses. Dan pasien sudah melewati masa kritis nya. Sebentar lagi dia akan di pindahkan ke ruang biasa. Kita hanya perlu menunggu nya siuman. " Ujar Seokjin seraya tersenyum hangat

Brukk..

Tubuh Jimin tiba-tiba luruh ke lantai. Dan membuat semua orang disana panik.

"Syukurlah.. Syukurlah..hiks..hiks.." Racau Jimin di tengah tangisnya

Mereka yang melihat itu akhirnya bernafas lega karena tidak ada hal buruk yang terjadi pada Jimin.

Junhyuk lalu berjongkok lalu mengelus kepala Jimin.

I'm Not Me Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang