“Aku pulang!” seru Jimin yang baru saja tiba di rumahnya
“Darimana saja kau ? Appa sengaja mempercepat rapat di Perusahaan supaya bisa merayakan kelulusanmu dan Jihyun. Tapi kau, malah seenaknya pulang terlambat dan membuat kami menunggu.” omel Tuan Park yang ternyata sudang bergabung dengan yang lainnya di meja makan
“M-mianhae Appa.” Jimin menundukan kepalanya karena merasa bersalah
“Sudahlah Appa, tadi Jimin bilang sedang menemui temannya. Lagipula ini hari kelulusannya dan wajar saja jika dia ingin bertemu temannya sebelum mereka sulit bertemu lagi nanti.” bela Yoongi
“Benar kata Yoongi hyung, aku juga melakukan hal yang sama dengan Jimin hari ini.” tambah Jihyun lalu menarik tangan Jimin dan mendudukkannya di kursi
Mendengar pembelaan kedua putranya, Tuan Park malah membuang muka karena tidak mampu membalas mereka.
“Sudah..sudah.. Hari ini adalah hari yang spesial, jadi kita harus merayakannya dengan bahagia. Eomma sudah bekerja keras menyiapkan semua makanan kesukaan kalian hari ini.” Nyonya Park akhirnya membuka suara
Mereka akhirnya menikmati makanan yang sudah dibuat Nyonya Park dan sesekali bercanda tawa satu sama yang lain. Jimin bahagia. Terlepas dari semua sakit hati yang di terimanya, bisa berkumpul dan melihat keluarganya tertawa sudah cukup untuk membuatnya bahagia.
“Jihyun-ah!”
“Nde Appa ?” tanya Jihyun
“Besok, bisa kau datang ke ruangan kerja Appa sebentar ? Ada yang ingin Appa sampaikan padamu.” ujar Tuan Park yang sukses membuat Jimin tersedak karenanya
“Uhuk..uhuk..” Jimin tersedak saar mendengar ucapan sang ayah
“Makan pelan-pelan Jimin-ah! Ini minumlah dulu!” Nyonya Park menyodorkan segelas air
“Apa ini berarti saatnya sudah tiba.” Jimin membatin
“Nde Appa, besok aku akan ke ruangan Appa.” jawab Jihyun dengan santainya
.
.
.
.
.
.
Di sebuah ruangan, terlihat dua orang yang sedang berhadapan. Salah satu dari mereka yang sudah paruh baya sedang duduk manis di kursi kebanggaannya. Sedangkan yang muda sedang berdiri di hadapannya.
“Jadi, Apa yang ingin Appa sampaikan ?” tanya Jihyun to the point
Bukannya menjawab, Tuan Park malah menyodorkan sebuah amplop coklat pada Jihyun.
“Bukalah!” titahnya
Jihyun pun membuka amplop itu dan membaca isinya dengan seksama.
“A-apa maksud ini semua Appa ?” Jihyun menatap sang ayah penuh tanya
“Appa sudah mendaftarkanmu di kampus pilihan Appa. Dan Appa juga sudah memilihkan jurusan yang cocok untukmu.” jawab Tuan Park santai
“Kenapa ? Siapa bilang Appa boleh melakukan itu seenaknya ? Seharusnya Appa meminta izin padaku sebelumnya.” protes Jihyun tidak terima
“Ini sudah keputusan Appa, jadi Appa tidak mau menerima penolakan apapun darimu.” tegas Tuan Park
“Appa tau sendiri bukan, aku ingin menjadi fotografer handal. Jadi aku ingin mengambil fakultas seni. Aku sudah memikirkan ini sangat lama. Dan hanya itu jurusan yang cocok untukku.”
