09- TERIMA KASIH

109 69 59
                                    

Halo readers👋
Apa kabar? Sehat selalu yaa,
Baca gratis nih, imbalannya vote+komen dong boleh lahh yaa.
.
.
Happy reading!!
ENJOY GUYSS
.
.

Shela datang ke sekolah agak siang hari ini, ia masih tak percaya dengan apa yang ia lihat kemarin sore.

Seluruh orang tahu bahwa Vano adalah ketua Geng. Tapi untuk masalah bela diri, Shela belum pernah melihatnya secara jelas di depan mata.

Lirex, Geng yang selalu damai. Jarang sekali bermasalah dengan suatu Geng manapun sebelum ia di tantang untuk menyerang.

Shela berjalan menyusuri koridor kelasnya sembari memainkan tali tas miliknya. Ketika sampai di kelas, ia semakin gugup apalagi ketika melihat Vano memperhatikan dirinya berjalan menuju tempat duduknya di belakang.

"Kenapa, tuh?" Sandi bertanya sendiri lalu menyenggol lengan Vano di sebelahnya.

Vano menoleh dan mengedikkan bahunya tak tahu, ia juga merasa ada sesuatu yang sedikit berbeda dari biasanya. Namun, ia tak peduli. Tak penting juga baginya.

Siswa-siswi kelas tersebut terfokus pada kegiatannya masing-masing. Tapi tidak untuk Sandi, Eki dan Noval, mereka masih setia memperhatikan tempat duduk paling belakang yang di tempati oleh Shela dan ketiga temannya.

Shela pun tahu bahwa ia sedang di perhatikan intens oleh ketiga cowok itu, tapi sebisa mungkin ia bersikap biasa saja.

"Tumben lo dateng siang, Shel." kata Ratna pada Shela membuat gadis itu menyengir sekilas tanpa menjawab.

"Tante Siska udah pulang?" kini Naila bertanya, saat itu juga Ratna dan Alya memfokuskan pandangan mata mereka pada Shela.

"Udah, cuma kecapekan." jawab Shela apa adanya.

Shela melirik Vano dan tepat pada saat ia melirik, Vano pun sedang menatapnya alhasil ia dan Vano kontak mata walaupun hanya sebentar.

"Kenapa lo?" tanya Alya.

"Oh? Nggak apa-apa," Shela semakin gugup karena teman-temannya pun menatap dirinya dengan pandangan aneh.

Shela bisa saja pura-pura tak melihat kejadian kemarin sore jika yang menolong Papanya bukan Vano dan temannya, Sandi.

Entahlah apa yang ada di jantungnya ketika berada di dekat Vano, selalu saja berdebar lebih cepat. Bukan hanya Shela, melainkan Vano juga.

Walaupun begitu, Shela tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya tapi Vano sangat ahli dalam menyembunyikannya hingga tak ada seorang pun yang menyadari hal itu selain dirinya sendiri.

"Waduh, waduh. Ada apa, Shel?" Naila menggoda Shela dengan menaik turunkan alisnya agar temannya itu membuka suara.

Shela menggeleng kikuk, dan untungnya guru yang jadwal mengajar di jam ini baru saja tiba. Shela bernafas lega karena tak jadi di intograsi teman-temannya yang super kepo itu.

Guru sedang mengajar dan murid pun memperhatikannya dengan seksama kecuali Shela dkk, apalagi Shela yang fikirannya entah kemana.

"Itu yang di belakang! Jangan ngobrol!" sentak sang guru bertubuh besar yang sedang menerangkan materi di depan kelas.

Naila, Alya dan Ratna buru-buru mengubah posisi mereka menjadi mendadak tertib. Shela masih saja melamun dengan fikirannya sendiri.

HAZEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang