29- PERAHU KECIL

32 4 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, para siswa SMA LIGA BANGSA sudah berhambur keluar dari ruang kelasnya masing-masing.

Tak berbeda hal nya dengan kelas XII IPA 3, penghuni kelas tersebut sudah keluar dari ruangan, hanya tersisa Eki dan Noval saja yang diberi lembar soal ulangan harian tambahan dari guru mata pelajaran Fisika.

"Lo berisik banget, Ki! Udah tau gue selalu ngasal ngadepin soal beginian," gerutu Noval sambil memegang pelipisnya, merasa pusing menghadap tiga soal di depannya yang belum diselesaikan.

"Lo nya aja yang kaga tau kode. Ngasih tau jawaban kek teriak kemalingan, kenceng bener. Pantes tuh guru nengok," balas Eki tak mau di salahkan.

"Make nyalahin gue, enak bener lo tinggal minta jawaban,"

"Kaga yakin juga kalo jawaban dari lo bakal bener, Val."

Mereka berceloteh saling menyalahkan. Hal ini tak akan terjadi apabila Eki tidak sibuk meminta jawaban pada Noval saat ulangan harian sedang berlangsung. Maka kepergoklah oleh guru bahwa mereka berdua sedang berbagi jawaban. Dan kini, hukuman yang diberikan adalah dengan cara menambah soal-soal yang memusingkan bagi dua remaja tersebut.

Eki melongokkan kepalanya untuk melihat lembar jawaban di meja Noval, "Lama bener lo ngerjainnya. Nih, salin, cepet." Eki menyerahkan lembar jawaban miliknya pada Noval.

Noval membaca jawaban Eki tanpa minat, ia mendelikkan matanya sinis. "Ogah. Nyalin punya lo mah sama aja dapet nilai nol."

Eki beranjak dari duduknya, "Ya udah kalo nggak mau nyalin, gue kumpulin duluan. Asal lo tau, gue dapet nih jawaban dari Sandi," ia memamerkan ponselnya yang tertera roomchat nya dengan Sandi, terlihat ada beberapa foto jawaban yang di kirim oleh wakil ketua Lirex itu.

Mengakui bahwa Sandi lumayan pintar, Noval dengan cepat merebut lembar jawaban dari tangan Eki untuk ia salin.

"Halah, sok-sok an nggak mau nyalin," Noval tak menanggapi. Tangannya dengan cepat menulis di kertas lembar jawaban miliknya.

Terhitung sekitar 4 menit Noval bisa membereskan acara menyalinnya. Tak ingin berlama-lama di dalam kelas, mereka berdua meninggalkan ruang kelas tersebut dan berjalan menuju ruang guru untuk menggumpulkan apa yang sudah mereka kerjakan.

Tanpa mereka sadari, ternyata ada seorang laki-laki yang duduk diatas motor besarnya sembari memata-matai keadaan sekitar. Tak hanya itu, laki-laki tersebut terlihat sedang melaporkan sesuatu pada seseorang melalui telfon, "Cuma ada dua temennya Vano, Bos. Shela nggak ada di sini."

"Cari cewek itu, bawa ke markas. Kita jadikan dia sebagai tawanan,"

"Baik, Bos!" mendengar perintah dari si 'Bos' membuat laki-laki itu melenggang pergi dari posisi awal. Sesuai suruhan atasannya, ia bergerak untuk mencari Shela.

*****

Dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya, Shela tetap asyik mengelilingi sudut kota bersama Vano. Menikmati suasana sore dengan berkeliling tanpa arah tujuan. 

Shela menumpukan dagunya pada pundak Vano, ia melirik Vano yang sedang mengendarai motor lewat kaca spion. Cowok itu membalas tatapan Shela lalu menaik turunkan satu alisnya.

"Dih, dih, genit." Shela tertawa ringan.

Vano mengulas senyumannya saat melihat Shela tertawa walau melalui perantara kaca spion, ia suka masa-masa seperti ini.

"Mau kemana nih, Shel?" tanya Vano, matanya kembali menatap jalan.

"Hah?" mungkin Shela kurang mendengarnya karena jalanan terbilang cukup ramai.

HAZEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang