37- INGATAN YANG TAK DIHARAPKAN

59 3 0
                                    

Haii semuanyaa
Sudah 2 bulan lebih kita nggak ketemu ya? Hehehehe.
Maaf banget ya, soalnya lagi sibuk buat adaptasi dulu sama lingkungan sekolah yang baru, jadwal-jadwal keseharian juga harus di atur ulang supaya tetep bisa punya waktu untuk nulis.
Dannn maaf juga karena HAZEL baru bisa update hari ini, kebetulan juga hari ini aku free nggak ada tugas maupun kegiatan, jadinya bisa digunain buat lanjut nulis cerita deh.
So, I'm really sorry for this!

*****

Malam yang seharusnya tenang kini tak bisa dirasakan oleh seorang gadis cantik yang sedang berusaha melarikan diri dari kejaran sekelompok orang di belakangnya. Suara kencang laju mobil yang beradu dengan aspal seolah bersaing dengan kerasnya deruman beberapa motor yang sedari tadi mengejarnya.

Gadis tersebut tetap melajukan mobilnya secepat yang ia bisa, walaupun air matanya sudah mengalir membasahi pipi saking takut yang ia rasa. Sesekali dia melirik kaca spion, berharap orang-orang itu sudah berhenti mengejarnya, tapi harapan itu terasa tak mungkin terkabul untuk sekarang.

Ketika mata gadis itu kembali mengarah ke depan, ia sontak menginjak rem yang membuat suara decitan nyaring terdengar. Sial! Rupanya komplotan mereka menyegatnya. Sedikit beruntung karena belum terlalu dekat, ia memundurkan mobilnya lalu belok ke arah kanan yang ia sendiri tak tahu itu arahnya kemana, tak ada jalan lain.

Sembari melajukan mobilnya kencang dan sesekali melirik kaca spion, ia merogoh ponselnya untuk meminta pertolongan.

"Ayo, Shel! Lo pasti selamat!" ujarnya menyemangati diri sendiri.

Shela yang tadinya berniat keluar untuk mengambil sebuah buku miliknya yang dipinjam oleh Ratna seketika mengurungkan niat itu kala menyadari bahwa dirinya sedang dikejar oleh sekelompok orang yang dari tampangnya bisa dikatakan bahwa mereka adalah orang-orang jahat.

"Van, angkat telfon gue, please!" ia mencoba menghubungi Vano, masih dalam perasaan yang campur aduk.

Tak henti-hentinya ia merapalkan do'a sembari melirik spion yang masih saja memantulkan beberapa orang yang sedari tadi mengejarnya.

"Halo." Vano mengangkat telfonnya.

"Van, tolongin gue!" suaranya gemetar diselingi suara tangis yang tak bisa lagi diredam.

"Lo kenapa? Ada dimana?" suara Vano terdengar khawatir disana.

"Gue-- gue nggak tahu ada dimana sekarang, ada yang ngejar-- aaaa!!" Shela berteriak ketika merasakan ban mobilnya betus, hampir saja oleng dengan kecepatan diatas rata-rata, beruntung ia sigap menginjak rem dan akhirnya mobil tersebut berhenti secara mendadak yang membuat keningnya terbentur setir.

"Shel! Shela?!" teriak risau Vano terdengar jelas.

Shela mendesis ngilu, kepalanya sedikit merasakan pusing, ia mengarahkan pandangan kembali ke depan. Sungguh sangat nahas Shela sekarang, ia terlantar di jalanan yang sepi, gelap, ban mobil betus, sekitar 4 orang menyegatnya dan tak lupa di belakang masih ada orang-orang yang mengejarnya.

"Shel! Shela, jawab gue, Shel!"

"Van, gue dijebak! Tolongin gue!" isak tangisnya kembali terdengar, telapak tangannya dingin dan kepalanya menunduk.

"Tenang, lo nggak akan kenapa-napa, percaya sama gue. Gue cari lo sekarang."

Tutt

HAZEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang