Weekend day yang seharusnya adalah waktu bersantai kini berubah menjadi hari penuh fikiran bagi orang terdekat Vano.
Alvano Hazel Rasendra, cowok itu belum sadar sampai saat ini. Sudah tiga hari Vano tertidur tak berdaya di brankar rumah sakit.
Shela sedari tadi uring-uringan di kamarnya, makan pun ia tak selera. Biasanya jika ada opor ayam di meja makan, Shela yang paling banyak makan tapi tidak untuk kali, keluar kamar pun tidak.
"SHELAA! WOI! KELUAR NGGAK LO!! DI KAMAR MULU LO! GUE DOBRAK JUGA NIH PINTU."
Shela menghela nafas sabar menghadapi adiknya yang selalu saja mengganggunya, Najwa. "Mau apa lo? Ribut? Nggak dulu, deh."
"PAPA GUE MAU NGOMONG SAMA LO!" teriak Najwa dari balik pintu kamar Shela.
"PAPA LO PAPA GUE JUGA!! NGESELIN LO, AH!!"
Shela terpaksa bangun dari tempat tidurnya lalu membuka pintu menampakkan wajah Najwa yang tersenyum menjengkelkan mengundang rasa ingin ia cakar."Minggir lo." Shela nampak tak bersemangat, rambut acak-acakan, mandi pagi pun belum, dan masih memakai baju tidur padahal ini sudah jam 12 siang.
Reno melihat putri sulungnya baru saja keluar dari kamar dengan penampilan sangat berbeda dengan biasanya lantas bertanya, "Kenapa kamu?" menanyakan tanpa basa-basi.
Shela berjalan malas menghampiri Reno dan Siska di ruang keluarga, kamudian duduk di sofa samping Mamanya.
Najwa tiba-tiba mendaratkan bokongnya di sofa samping Reno membuat Papanya itu mengucap istighfar karena kelakuan Najwa.
"Jadi gini, Shel-"
"Gue yang di tanya. Bukan lo!" sentak Shela karena mempunyai feeling bahwa Najwa akan menjawab pertanyaan dari Reno.
"Shel, kamu kenapa? Tumben banget, putus cinta, ya?" tanya Siska menyenggol lengan Shela.
Shela berdecak malas mengacak rambutnya yang memang sudah acak-acakan lalu memeluk Siska secara tiba-tiba.
"Ma, pernah muda, kan? Gimana rasanya suka sama orang yang ngeselinnya minta ampun tapi pas dia lagi sakit malah Shela yang kangen." Shela mendongak menatap Siska dengan bibir mengerucut.
"Dia udah tau belum kalo kamu suka sama dia?" tanya Siska lembut merapihkan surai hitam Shela, sedangkan Najwa dan Reno saat ini bagaikan penonton dadakan tanpa berkomentar.
Shela menggeleng dibalas kekehan dari Siska, "Nyatain perasaan kamu kalo emang kamu suka, sebelum terlambat."
"Sebelum terlambat?" Shela berfikir.
"Sebelum terlambat, sebelum dia ada yang punya atau sebelum dia kembali ke tuhannya."
Shela melotot ketika mendengar itu, satu detik kemudian ia berdiri dan berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya, entahlah apa yang ia rasa. Ada takut, sedih, kangen, dan satu lagi, serba salah.
"Eitss! Mau kemana kamu? Masuk kamar lagi? Bertapa kamu disana? Atau, ngelakuin pesugihan?" sudah! Shela depresi dengan pertanyaan Reno.
Shela membalikkan badannya menatap Reno, "Paa ...," rengeknya.
Reno terkekeh, "Bercanda, serius amat kamu. Temen yang mana? Bukannya beberapa hari lalu mereka ke sini malem-malem sambil main truth or dare di teras kalo nggak salah." Shela mengangguk membenarkan.
"KELAMAAN LO, SHEL!" sentak Najwa.
"Jadi gini, yang sakit itu bukan temen ceweknya Shela. Tapi, VANO! KETUA LIREX! YANG NOLONGIN PAPA DARI PREMAN WAKTU SEHABIS PULANG DARI RUMAH SAKIT. INGET?" beginilah jadinya jika Najwa Anatta Shirennyla menjelaskan. Tak ada kata tidak heboh pada kamus Najwa.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAZEL
Teen FictionAlvano Hazel Rasendra, seorang cowok berparas tampan membuat siapa saja terpanah dengan ketampanannya. Dia menjabat sebagai ketua geng yang bernama Lirex. Semboyan prinsip yang mereka pegang "Tak akan pernah melawan sebelum ditantang untuk melawan"...