10- MENYATAKAN PERASAAN

128 64 38
                                    

Salam toleransi 6 Agama!
Hai semuanya, HAZEL nunggu notif vote dan komen kalian, nih...
Yu, semangat bacanya
Ada yang mau menyatakan perasaan di part ini.
Siapa, yaa?
Vano? Atau... Shela?
Markica! Mari kita baca!🧡
.
.

Pagi-pagi sekali Vano dan Kakaknya, Dion, melakukan workout di halaman samping rumah mereka. Jam masih menunjukan pukul 05.45 pagi.

Hari ini hari minggu, hari yang ditunggu-tunggu oleh sebagian pelajar pada umumnya tapi hanya sementara, karena keesokkan harinya kembali lagi pada hari yang melelahkan dan juga bermanfaat sebagai penambah ilmu.

Mereka melakukan workout dari satu setengah jam yang lalu, Vano beristirahat sejenak sedangkan Dion masih terus berlanjut.

"Yon, nggak capek lo?" tanya Vano duduk di atas rumput halaman samping rumah melihat Dion masih saja melanjutkan aktivitasnya.

"Gue laki, nggak lemah." sahut Dion tentu membuat Vano serasa di rendahkan, ia kembali bangun lalu berlatih workout lagi.

"Baperan banget lo," Vano diam tak mengubris.

Setengah jam kemudian keduanya sudah selesai dan langsung masuk ke dalam rumahnya untuk membersihkan diri.

Mita, Mama Vano dan Dion, sedang menyiapkan sarapan di dapur, sambil menunggu tiga pria tampan kesayangannya mandi.

Varo, Papa Vano dan Dion, baru saja keluar dari kamar dengan anduk di kepalanya untuk mengeringkan rambut.

Ia berjalan ke dapur menghampiri istri tercintanya yang sedang memasak menu sarapan pagi ini. "Istriku, cantikku, lagi masak apa?" Varo duduk di kursi yang ada pada depan meja makan.

"Lagi masak ayam kecap kesukaan kamu sama anak-anak." balas Mita masih tetap fokus pada masakannya.

Vano datang dengan pakaian santainya, kaus hitam dan celana jeans hitam, serasi dengan kulitnya yang bersih. Berpakaian seperti ini saja tidak membuat kadar ketampanan Vano menurun.

"Good morning, Ma, Pa." Vano duduk di hadapan Varo.

"Make bahasa inggris kamu? Tumben," bukannya menjawab sapaan Vano, Mita malah mengomentarinya.

"Salah terus," ia menyugar rambutnya kebelakang lalu menoleh pada Varo yang tengah menatapnya.

"Kenapa, Pa? Vano ganteng, ya?" Vano menaik turunkan alisnya, sedangkan Papanya itu menaikkan sebelah alisnya lalu berkata, "Gantengan Papa." ucapnya santai, pede tingkat kakap.

"Ma, Vano sama Papa gantengan siapa?" tanya Vano berharap pembelaan dari sang Mama.

"Gantengan Papa," jawab Mita membuat Vano mendengus kesal dan Varo terkekeh melihat ekspresi kesal putra bungsunya ini.

"Halo, halo, halo. Dion terganteng datang," Varo melirik ke putra sulungnya itu, Vano dengan Dion sama saja, sama-sama terlalu pede di depannya.

"Ganteng-ganteng tapi belum ada pacar, kan?" tanya Varo membuat kedua anaknya menghela nafas sabar, sangat sabar apalagi Vano yang statusnya di putusi mantan karena perselingkuhan.

"Udah, ah. Ini makan," Mita mengambil nasi pada piring suami dan kedua anaknya.

"Ma?" panggil Varo sambil tersenyum ketika Mita mengambilkan lauk untuknya.

HAZEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang