30- KEDUA KALINYA

37 5 0
                                    

Pasar malam pada malam Minggu terasa sangat ramai dari hari-hari sebelumnya. Beragam jenis wahana hiburan serta jajanan berderet beraturan di satu petak lokasi.

Keempat gadis cantik memilih untuk keluar rumah dan memburu berbagai jenis jajanan di lokasi pasar malan ini. Tak mungkin bahwa mereka hanya jajan saja, wahana hiburan berupa bianglala pun mereka sudah menaikinya.

"Wah, ada dimsum, seblak, martabak, cilok, sosis bakar, sate ayam, es cappucino, banyak banget gue belinya!" seru Alya mengabsen satu-satu isi plastik di genggaman tangannya.

"Duit gue abis kalo jalan sama kalian," Ratna mengangkat sekilas tangannya yang sudah tergantung banyak sekali plastik belanjaan disana. Ia tak banyak membeli jajanan, melainkan hiasan-hiasan cantik untuk di taruh di dalam kamar.

"Emang tuh makanan buat siapa aja? Banyak banget kalian belinya," kata Shela ikut menimpali. Di antara ketiga temannya, Shela lah yang beli jajanan paling sedikit. Ia hanya membeli dimsum, martabak telor, dan sosis bakar saja.

"Gue sih pasti barengan sama Mama. Setiap gue balik kalo abis jalan-jalan tuh pasti ditanyain 'Oleh-oleh nya mana?' gitu." Naila menendang kerikil kecil yang tak sengaja ia injak.

"Tim yang kalo pulang ke rumah terus makanannya langsung diserbu keluarga, check!" pantas saja Alya belanja banyak, ini toh alasannya.

Drtt drtt

Ponsel Ratna berdering, ternyata ada yang menelfon. Gadis itu sedikit menjauh dari tempatnya berdiri tadi.

Tak membutuhkan waktu lama, ia kembali mendekati teman-temannya. "Duh, gue lupa kalo malam ini ada acara keluarga!" panik Ratna.

"Loh, terus gimana?" sahut Alya.

"Gue harus pulang sekarang, lo mau ikut sama gue, nggak?" tanya Ratna. Memang, Alya bisa datang ke pasar malam ini karena dijemput oleh Ratna menggunakan mobil Abang nya. Jadilah pulangnya pun mereka rencanakan akan pulang bareng.

"Nanti lo nya kelamaan kalo nganter gue dulu," balas Alya.

"Nggak apa-apa, ayo! Daripada pulangnya bingung mau naik apa, rumah lo kan jauh dari sini." kata Ratna.

"Ya udah deh, duluan ya!" Alya pamitan sebelum akhirnya ikut pulang.

Tinggal lah Shela dan Naila di lokasi. Karena merasa sepi jika hanya berdua, mereka juga memutuskan untuk pulang bersama menggunakan taksi online.

Mereka berjalan keluar dari area pasar malam, duduk di halte yang lumayan dekat dari lokasi. Tak lama kemudian ada taksi yang berhenti di depannya. Mobil itulah yang Shela pesan untuk mengantar ia dan Naila pulang.

Lima menit perjalanan di dalam taksi itu terasa sedikit membuat kecurigaan. Pasalnya, sedari tadi si pengemudi sering melirik dari kaca spion. Shela dan Naila bisa merasakan hal itu, mereka berusaha berfikir positif namun arah yang dituju bukanlah arah yang sesuai dengan yang ditujukan.

"Loh, loh! Pak! Kok belok kiri sih! Bapak jangan macem-macem ya!" Naila berujar sensi sebelum sang driver membuka maskernya lantas tersenyum smirk. Ia memakai masker dengan alasan sedang sedikit pilek, tapi nyatanya tidak.

"Hai, cantik. Ketemu lagi kita, ya? Masih inget gue, nggak?" kata orang itu dengan wajah senangnya. Sialan! Ini bukan driver taksi yang telah dipesan, melainkan seorang laki-laki bajingan yang pernah menyekap mereka atas suruhan Leon.

"Wah, bajingan lo! Turunin gue!" Shela menarik rambut cowok itu dari belakang. Tak tahan lama karena tangannya keburu di cengkram kuat hingga memerah dan tentu terasa sakit.

"A-akh!" Shela menarik paksa tangannya yang sudah terasa perih.

"Bangsat lo! Turunin kita!" kini Naila yang menyerang cowok itu bertubi-tubi hingga mobil yang ditumpanginya sedikit oleng.

HAZEL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang