Shela baru saja sampai di depan rumahnya, setelah menaruh mobilnya di garasi, ia langsung berjalan menuju pintu utama rumah tersebut.
Shela membuka pintu lalu mengucapkan salam. "Assalamualaikum, artist papan atas se rumah ini come back." terlihat Papa dan Mama Shela sedang duduk di sofa ruangan depan rumah mereka.
"Waalaikumsalam, Shela jangan teriak-teriak bisa, nggak? Ini rumah, ya! Bukan hutan." sahut Papa Shela, Reno.
"Waalaikumsalam, Nak. Kebiasaan kamu susah dihilangkan, ya? Teriak-teriak terus," omel Mama Shela, Siska.
Shela tak membalas melainkan nyengir lalu menyalimi tangan kedua orang tua tercintanya itu. "Ma, Pa, Adik Shela yang ngeselin itu udah pulang?"
Kedua bola mata Reno dan Siska membola seketika, sudah biasa Shela maupun adiknya seperti ini. Sangat tidak patut untuk di tiru.
"Adik kamu itu, Shel," Siska memijat pelipisnya karena putri sulungnya ini. "Coba kamu bilangnya gini. 'Ma, Pa, Adik tercinta Shela udah pulang?' coba kayak gitu, Nak." Siska tersenyum paksa.
Shela terkekeh membalas dengan anggukan, "Ma, Pa, Adik tercinta Shela udah pulang?" ucapnya ulang disertai kemalasan saat mengucapkan kata 'tercinta'.
Belum sempat Reno maupun Siska menjawab, ada suara menggema dari arah ruang tengah rumah itu.
"Najwa tercantik adiknya Shela terjelek sudah pulang dari tadi, kenapa? Lo kangen, Shel?" ujarnya heboh berjalan santai menghampiri kedua orang tuanya.
Reno dan Siska mengusap wajahnya gusar melihat tingkah absurd para putrinya ini. Reno kini membuka suara, "Bisa, nggak, kalian akur sehari aja?" pintanya.
"Bisa kok, Pa!" jawab mereka kompak.
"Terapin, bisa?" tanya-nya lagi.
"Tidak siap, tidak bisa, Pa!" jawab mereka kompak lagi.
Reno dan Siska menghela nafas sabar menghadapi kedua putrinya yang sudah seperti kucing dengan tikus saja, tidak pernah akur. Sekalinya akur, mereka tak bisa di pisahkan.
Walaupun kriteria mereka sudah terbiasa seperti itu, tentulah kasih sayang diantara keduanya tak pernah terhapuskan.
"Ingin rasanya Papa tenggelamkan kamu berdua ke rawa-rawa, Nak," gumam Reno pelan hanya bisa di dengar olehnya dan Siska disampingnya saja.
Siska terkekeh mendengar suaminya bergumam, lantas ia berkata, "Shel, ganti baju dulu sana."
"Siap, My Mother yang super cantik," balasnya berjalan menuju kamarnya tak menghiraukan Najwa sang adik yang menatapnya dengan pandangan aneh.
Najwa, satu-satunya adik yang paling Shela sayangi walaupun sifatnya absurd tak jauh beda dari dirinya sendiri.
"Kenapa dia, Ma, Pa?" tanya Najwa heran hanya dibalas gedikkan bahu tak tahu dari kedua orang tuanya.
Najwa pun kembali ke kamarnya, belum sempat ia memasuki kamarnya yang terletak bersebelahan dengan kamar Shela, terdapat teriakan dari kamar sang kakak membuatnya ia menutup telinga rapat-rapat.
"NAJWAA KAMAR GUE KAYAK KAPAL PECAH GARA-GARA LO, NIH, PASTI!" teriaknya terdengar sampai satu rumah.
"AMPUN, SHEL," teriak Najwa tak kalah keras lalu memasuki kamarnya dan tak lupa menutup pintu keras.
Reno dan Siska semakin menggerutuki dua anak itu, antara geram dan juga heran bercampur aduk menjadi satu. Heran kenapa mereka jarang akur walaupun kakak adik.
"Ma, kalo nanti kita punya anak lagi semoga nggak kayak mereka berdua, ya?" Reno menggelengkan kepalanya, disetujui oleh Siska.
Shela menggerutu kesal melihat kamarnya hampir sama seperti ruangan yang sudah tak di urus.

KAMU SEDANG MEMBACA
HAZEL
Genç KurguAlvano Hazel Rasendra, seorang cowok berparas tampan membuat siapa saja terpanah dengan ketampanannya. Dia menjabat sebagai ketua geng yang bernama Lirex. Semboyan prinsip yang mereka pegang "Tak akan pernah melawan sebelum ditantang untuk melawan"...