29 Zirga or Rafael? ❀

170 144 55
                                    

haiii baik gak kabarnyaa?

they called me boon, thats what i like-☆

silahkan tinggalkan sebanyak-banyaknya komen di chapter ini, beri vote juga share cerita ini dengan temen-temenmu. salam sayang dari boon-♡

🎶play song Aku Yang Salah-Mahalini & Nuca🎶

okeyy selamat membacaaa

~~~
"Suka itu mudah, tapi mencari orang yang tulus itu yang susah."
~~~

Gisella menutup ponselnya, sudah dua hari ia tidak menggunakan sosmet bertujuan untuk melupakan Zirga dari hidupnya. Gisella pindah ke Bandung namun hanya dia sendiri yang pindah, mamanya masih di Jakarta. Gisella tinggal di rumah Neneknya yang memang juga tinggal di Bandung.

Selama dua hari juga ia terus ditelfon Zeline yang isinya hanya menanyakan kabar, namun untuk hari ini mungkin dia tidak akan bisa menelfon lagi, karena Gisella sudah mencabut kartu SIM nya, dan juga selalu mematikan data hpnya.

Dirumah Nenek Gisella sama saja seperti runahnya di Jakarta, sama-sama besar dan nyeman namun bedanya adalah suasana, suasana kota yang banyak polusi, dan suasana kampung yang tidak heran ada rumah sebesar itu juga.

Gisella membuka balkon kamarnya, pemandangan langsung mengarahkan ke arah sawah, diatas ada bulan cantik dan juga angin sepoy-sepoy yang memasuki tubuh gadis itu, suasana malam yang sangat indah.

Namun suasana itu hilang karena angin telah membawa awan hitam dan menutupi bulan yang terang, tanda-tanda sebentar lagi langit akan menurunkan hujan. Gisella melihat bulan dengan mata sayu karena ia kembali teringat dengan mentannya. Etsss bukann Zirga tapi Rafael.

Disatu satu sisi ia memilih Zirga namun terhalang kerena ternyata Zirga telah membencinya, disisi lain ia memilih Rafael yang sayang dengannya namun sudah pergi jauh dari dirinya. Bingung harus memilih yang mana yang benar-benar menyayangi, bingung harus memilih atau mencari lagi, bingung untuk balik ke yang lama atau balik ke yang baru. Akhhh Gisella sekarang Hipotesis (50%50).

Sama seperti Gisella langit pun ikut bingung, ia harus menuruni hujan apa tidak. Sedari tadi langit yanga menurunkan rintik hujan kecil namun rintik air itu berhenti dan kembali jatuh lagi. Langit sekarang sepertinya sedang seperti Gisella.

Gisella mengibaratkan dirinya seperti langit malam hari ini, dan ia juga mendapat sesuatu pikiran yang mungkin harus ia jalani, dimana jika hujan ia akan memilih Rafael namun jika tidak ia akan kembali ke Zirga lagi. Semua itu Gisella yang mengibaratkannya, Hujan yang turun dari langit ke tanah sama seperti Gisella saat bertemu Rafael, dari mata ke hati. Dan cuaca cerah seperti Zirga yang ia sukai saat pagi hari yang cerah, saat melihat Zirga bermain basket.

Dan ternyata hujan turun begitu lebatnya, seperti pikiran Gisella tadi, ia akan menunggu Rafael dan kembali kepadanya, tapi itu baru 75% belum sepenuhnya di memilih. "Memilih itu memang sulit namun tidak untuk orang yang benar-bener berniat untuk memilih,"  itu kata Rafael dulu, saat ia bingung harus memilih Friska atau Gisella, dan saat ia bungun harus memilih pergi atau putus.

"Akhhh, gue harus milih Rafael? Tapi gue sama dia udah jauh," ucap Gisella untuk dirinya sendiri.

"Okey lo bisa, pilihan itu tuhan yang milih Gisella," ujarnya lagi.

IKATAN KOVALEN -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang