10

82 22 7
                                    

"Panggilan kepada siswi yang bernama Kim Minjeong, diharapkan menuju ruang TU sekarang juga. Terima kasih."

Yerim menoleh ke arah Minjeong yang duduk di belakangnya. "Kamu dipanggil tuh."

Minjeong mengangguk pelan. "Aku pergi dulu."

Sieun yang duduk di sebelah Minjeong menawarkan diri untuk menemani Minjeong. "Aku ikut..."

"Yaudah ayo."

Sementara itu di kelas 11 A, Alin yang setengah mengantuk juga mendengar panggilan itu. Merasa namanya disebut, Alin langsung berpamitan kepada guru yang mengajar di kelasnya, kemudian pergi diiringi tatapan heran teman-teman sekelas.

Alin berlari-lari kecil menuju ruang TU. Sedikit heran, kenapa namanya dipanggil. Perasaan dia tidak punya urusan dengan TU?

Setibanya di ruang TU, Alin langsung mengambil kursi dan duduk di sebelah Minjeong dan Sieun yang sudah terlebih dahulu datang.

"Hadiroh, Bapak Chen!" seru Alin mantap.

Pak Chen mengangkat sebelah alisnya heran. Minjeong dan Sieun juga tampak heran dengan kehadiran Alin.

"Maaf, ada urusan apa kamu ke sini?" tanya Pak Chen.

"Lho? Bukannya tadi Bapak memanggil saya?" balas Alin.

"Memanggilmu? Seingat saya, saya memanggil Kim Minjeong. Da dia sudah hadir di ruangan ini."

"Iya, saya Kim Min-- oh astaga ya Allah!!!"

Alin refleks menepuk jidatnya. Bisa-bisanya dia lupa!

"Kenapa?" tanya Minjeong heran.

Alin cengar-cengir. "Anu, aku udah ganti nama ding, Kak. Namaku Kim Alin sekarang. Hehehe..."

Pak Chen dan Minjeong hanya bisa geleng-geleng kepala, sementara Sieun susah-payah menahan tawanya.

Sambil menahan malu, Alin pun berpamitan kembali ke kelasnya.

Di dalam kelas sendiri, semua siswa sudah menahan tawa yang siap jebol. Dan begitu Alin masuk ke dalam kelas, tawa yang dari tadi ditahan pun lepas. Untung guru sedang keluar.

Hyejun menepuk-nepuk pundak Alin begitu gadis itu duduk di bangkunya.

"Bisa-bisanya kamu lupa. Hahaha..." seru Hyejun.

Alin tertunduk menahan malu. "Gila Jun, malu banget sumpah! Kayaknya tadi aku dighibahin deh sama Kak Minjeong sama Kak Sieun."

"Kasian, masih muda udah pikunan!" seru Ningning heboh. Monday yang duduk di sebelah Ningning juga tertawa tak kalah heboh.

"Alin butuh aqua?" seru Hueningkai dari sudut lain kelas.

"Bukan aqua, tapi butuh dibawa ke KUA. Hahahaha..." balas Soeun.

Tawa kembali meledak. Dan langsung berubah hening beberapa detik kemudian ketika guru kembali ke dalam kelas.

**

"Han Chowon, boleh Ibu minta waktunya sebentar?"

Chowon yang sedang merapikan beberapa berkas di ruang OSIS itu menoleh ke arah sumber suara.

"Oh, Bu Victoria. Iya, silakan, Bu."

"Begini, Chowon. Sekitar dua minggu lagi, seperti biasa, akan diadakan olimpiade mata pelajaran IPS. Sekolah kita akan menjadi tuan rumah. Ibu mau kamu kembali maju menjadi wakil SMA Kubus. Untuk 1 nama, Ibu mengusulkan agar Natty dari kelas 11-B yang maju menggantikan posisi Woo Hyejun tahun lalu. Yang 1 lagi, silakan kamu pilih anak laki-laki yang menurut kamu berpotensi membawa nama baik sekolah kita."

Chowon mengangguk mantap. "Siap 48, Bu!"

"Bagus. Persiapkan diri kalian sebaik mungkin, ya? Oh ya, harap diingat, jangan lagi mencantumkan nama Woo Hyejun di tim ini."

Chowon kembali mengangguk. Setelah Bu Victoria pergi, Chowon menghela nafas panjang.

"Cowok? Siapa ya?"

Jeff yang kebetulan juga ada di ruang OSIS, memberanikan diri mendekati Chowon.

"Kak?"

Chowon yang tidak menyadari keberadaan Jeff, terlonjak kaget. "Ayam ayam ay- eh Jeff!"

Jeff tertawa kecil. "Kakak latahan juga. Lucu deh. Oh ya, tadi kudengar kakak butuh anak yang bisa didaftarkan ke olimpiade. Begini Kak, aku memang nggak begitu oke dalam nilai akademik. Makanya aku ikut OSIS buat bantu mendongkrak nilaiku. Tapi kakak jangan khawatir. Aku lumayan ahli untuk mata pelajaran IPS. Bahkan di kelasku, nilaiku yang terbaik di mata pelajaran IPS. Jadi, kalau Kak Chowon nggak keberatan, aku mau mengajukan diri untuk mendaftar."

Chowon tersenyum tipis. "Aku pikirkan lagi ya, Jeff? Nanti aku kabari hasilnya."

"Kuharap kakak menerima permintaanku. Aku benar-benar butuh tambahan nilai supaya rankingku juga ikut terdongkrak."

"Tunggu hasilnya besok atau lusa, ya? Terima kasih sudah menawarkan diri."

**

"Nggi, nih pesananmu." Jiyoon menyodorkan kertas berisi sketsa Alin yang merupakan request Woonggi.

Woonggi tampak senang dengan hasil gambaran Jiyoon. Benar-benar 99% mirip aslinya. Wonggi pun menyodorkan siomay untuk Jiyoon.

"Ini juga hadiahnya. Makasih..."

"Eh Nggi, kamu ada utang cerita ke aku soal Alin."

Woonggi celingak-celinguk. Aman. Di dalam kelas hanya ada dia, Jiyoon, Hyejun, serta Minseo yang seperti biasa tidur.

"Eum,,, sebenarnya dulu Alin kan namanya Kim Minjeong. Cuma, karena waktu umur 5 tahun, dia sakit parah dan harus masuk rumah sakit. Akhirnya namanya coba diganti jadi Kim Alin. Habis ganti nama, ajaibnya dia langsung sembuh dan nggak pernah sakit yang parah lagi sampe sekarang. Aku sendiri kasih julukan Sunshine ke dia soalnya waktu dia pulang dari rumah sakit, matahari bersinar dengan cerahnya. Auranya juga kayak cahaya matahari gitu. Silau meeeeennn."

Jiyoon mengangguk-angguk mengerti. Untung tadi dia menambahkan tulisan 'Sunshine' di gambaran itu.

Pandangan Jiyoon teralih kepada Minseo yang masih tidur.

"Itu Minseo emang hobinya tidur?"

"Hooh. Tapi biar begitu, dia jago banget di mapel Fisika. Tiduran mulu juga nilainya tetep bagus. Nggak kayak aku. Hahaha..."

Hyejun menjentikkan jarinya. "Bicara soal olimpiade, bentar lagi olimpiade IPS kan? Tahun lalu aku ikut bareng Chowon, kali ini gimana ya?"

Pada saat itu Chowon muncul. Hyejun langsung memanggil gadis itu.

"Won, tim olimpiade udah diputuskan? Aku ikut lagi kan?"

Chowon nampak menggigit bibirnya, sedikit ragu-ragu.

"Maaf Jun, tadi aku dapat pesan dari Bu Victoria kalo slot 1 cewek lagi bakalan diisi Natty. Yang 1 lagi cowok, aku belum tau mau nyantumin siapa."

Raut muka kecewa terluhat di wajah Hyejun. Tapi gadis dengan postur tubuh lumayan tinggi itu berusaha tetap tersenyum.

"Ya kalo Bu Victoria maunya gitu, apa boleh buat. Soal slot anak cowok, kalo boleh kasih saran, aku saranin aja siapa sih itu anak OSIS temennya Zoa sama Amin? Hmm,,, Jaeho? Jeff?"

"Aku juga setuju aja kalo si Jeff ikutan. Kayaknya dia oke juga. Kalo kurang yakin, coba tanya Dawit atau Hyuka," sahut Woonggi.

Chowon tampak berpikir. "Hmm,,, Jeff ya? Coba aku pertimbangkan deh."


#####

Black NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang