35

40 10 0
                                    

Dawit melongok ke arah luar ruangan, karena dirasanya suasana sepi.

"Gimana, Wit? Kita harus cari anak-anak juga," tanya Chowon sambil berbisik.

Dawit menoleh. "Aman."

Perlahan Dawit, Chowon dan Woonggi melangkah keluar. Suasana benar-benar sepi. Suara pecut yang tadi sesekali terdengar juga sudah tidak ada.

Tapi ketika akan masuk ke sebuah ruangan untuk mengecek apakah ada orang, tiba-tiba sesosok bayangan berpakaian serba hitam muncul. Dawit buru-buru menyuruh Chowon dan Woonggi untuk berlindung di belakangnya.

"Kau siapa?" teriak Dawit.

Terdengar tawa kecil. Kemudian sosok itu membuka tudung yang menutupi wajahnya.

"Ini aku."

Ketiga anak itu terkejut.

"Kau? Woo Hyejun? Kau masih hidup?"

Hyejun kembali tertawa. "Ya, ini aku. Kenapa? Kaget ya?"

Dawit melangkah mendekat, mencoba menyentuh makhluk yang ada di hadapannya ini, memastikan dia benar-benar Woo Hyejun.

Hyejun menepis tangan Dawit ketika anak itu mencoba menyentuh wajahnya.

"Jangan sentuh aku."

"Hyejun..."

"Kwak Dawit, aku memberimu kesempatan untuk pergi. Kau boleh pergi, tapi Han Chowon dan Cha Woonggi tidak."

Dawit menoleh sejenak ke arah Chowon dan Woonggi, kemudian kembali menatap Hyejun.

"Aku tidak akan meninggalkan mereka. Mereka temanku. Aku akan menjaga mereka."

Hyejun tertawa sinis. "Padahal sudah kuberi kesempatan, tapi kau malah memilih tetap di sini. Maka jangan salahkan aku kalau aku menyakitimu."

Hyejun lalu mengeluarkan belati dari balik jubah yang dipakainya.

"Kalian harus mati!!!"

Hyejun lalu menyerang ketiga anak di hadapannya. Beruntung Dawit, Chowon dan Woonggi cukup gesit untuk menghindar. Tapi Hyejun juga tak kalah gesit ketika Dawit dan Woonggi mencoba menangkapnya.

Dalam sebuah kesempatan, Hyejun berhasil melukai Woonggi yang sudah tampak lelah. Apalagi tangan Woonggi juga belum sepenuhnya sembuh.

Woonggi terjatuh.

"Woonggi!!!" teriak Chowon.

Woonggi memegangi lukanya. "Pergilah kalian berdua."

"Tapi--"

"Aku akan menahannya di sini. Pergi, dan cari teman-teman kita. Selamatkan yang lain."

Dawit lalu mengajak Chowon pergi. Sebenarnya dia tak tega membiarkan Woonggi sendirian, tapi--

"Chowon, ayo!!!"

"Tapi, Wit..."

Dawit terus menyeret Chowon. Sesekali dia menoleh ke arah Woonggi. Masih bisa dilihatnya Woonggi mencoba menahan Hyejun yang berusaha mengejar mereka.

Hyejun mendecih ketika gagal mengejar Dawit dan Chowon.

"Kau itu tidak usah sok berani. Kau rela mengorbankan dirimu demi mereka?"

Woonggi tersenyum tipis. "Setidaknya mereka bisa pergi. Aku tak takut padamu."

"Kurang ajar!!!"

Hyejun mengayunkan kakinya dan mendarat mulus di wajah Woonggi. Darah pun mengalir dari sudut bibir Woonggi.

Black NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang