33

63 15 4
                                    

SMA Kubus diliburkan selama beberapa hari. Hal ini dimanfaatkan oleh Minseo untuk pergi ke tempat yang ada di mimpinya. Dia tidak sendirian, melainkan pergi bersama Dawit. Dawit tak banyak bertanya kenapa diajak Minseo ke tempat itu, karena dia yakin Minseo punya alasan kuat.

"Permisi..." seru Minseo ketika sudah tiba di gubuk tua seperti yang terlihat di mimpinya.

Seorang wanita yang kira-kira berusia lebih dari setengah abad, membukakan pintu. Minseo tertegun. Wanita ini persis yang muncul di mimpinya.

"Mencari siapa ya, Nak?" tanya wanita itu.

Minseo mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan foto Monday kepada wanita itu.

"Saya mencari teman saya, yang ada di foto ini. Apakah Ibu melihatnya?"

Wanita itu tanpak terkejut. "Ah, iya! Saya tahu! Anak ini yang selama ini tinggal di sini. Suami saya menemukan anak ini terjatuh di dasar jurang. Saya ingin mencari keluarganya, tapi anak ini bahkan tidak ingat siapa namanya."

Minseo dan Dawit saling pandang. Kim Jimin benar masih hidup.

"Kalau begitu, apakah kami bisa bertemu dengannya? Kami teman sekolahnya."

"Ya, bisa. Dia ada di dapur, tadi sedang membantu saya memasak. Mari, silakan masuk."

"Wah, terimakasih, Bu."

"Tapi tolong diingat, dia masih belum sepenuhnya ingat kejadian sebelum dia jatuh ke jurang, bahkan namanya sendiri dia tidak ingat. Tolong pelan-pelan saja, jangan terlalu dipaksakan."

"Kami mengerti, Bu."

Minseo dan Dawit pun mengikuti langkah wanita pemilik rumah itu. Begitu tiba di dapur, mereka melihat sesosok gadis tinggi semampai sedang sibuk memasak. Dari belakang saja Minseo sudah tahu itu adalah gadis yang dia cari.

"Jimin?"

Gadis yang dipanggilnya menoleh. Benar, dia adalah Kim Jimin alias Monday.

"Kamu,,, siapa?"

**

Amin dan Zoa sedang asyik membaca buku di teras rumah mereka ketika sebuah motor tiba-tiba berhenti di halaman. Baru saja Zoa sebagai anak pemilik rumah berdiri untuk melihat siapa yang datang, si pengendara motor turun dari motor, lalu mengambil tongkat baseball beserta bolanya dari dalam tas. Kemudian sosok misterius itu memukul bola itu dan mengarahkannya ke arah Zoa yang masih berdiri di tempatnya.

Amin yang cukup mahir juga bermain baseball dengan sigap berhasil menghalau bola itu menggunakan buku yang dia pegang. Sementara Zoa cukup syok juga dan tetap berdiri mematung.

Amin berniat mengejar, tapi sosok misterius itu sudah buru-buru kembali menggeber motornya pergi. Tapi Amin sempat melihat motor lain terlihat mengejar sosok tadi.

"Motor Jeff? Ah, semoga dia bisa mengejar orang itu," gumam Amin. Pemuda itu langsung kembali ke tempat Zoa. Gadis itu sudah duduk dengan tatapan kosong.

**

Chowon sedang asyik menyirami tanaman di taman kecil samping rumahnya ketika kurir ekspedisi berteriak memanggil namanya. Ada paket untuknya.

Chowon sedikit heran, karena dia tidak merasa memesan apapun. Tapi tetap diterimanya juga paket itu.

Dengan hati-hati, Chowon membuka paket dari pengirim yang tidak jelas identitasnya. Hanya ada inisial WHJ. Tapi Chowon bisa menerka siapa pengirimnya.

"Hyejun..."

Dan begitu paket itu dibuka, hanya ada kotak kecil berisi kerikil dan bangkai kecoa, disertai sebuah surat.

"Halo, Han Chowon. Pasti kamu sudah tahu ya aku siapa? Kamu juga sudah tahu ya semua rahasiaku? Hehe. Baiklah. Datanglah hari jum'at tanggal 13 di gedung, yang alamatnya ada di balik surat ini. Hanya FIX team yang boleh datang. Tidak boleh ada polisi atau petugas lain. Ingat, hanya FIX team. Kalau kau melanggar, kau akan tahu akibatnya. Kutunggu. WHJ."

Chowon membalik surat itu. Ada alamat beserta denah tempat gedung yang harus dia datangi.

Chowon menghela nafas. Hari Jum'at tanggal 13. Besok lusa.

"Aku harus kabari anak-anak," gumam Chowon. Buru-buru gadis itu mengambil ponselnya. Ketika dinyalakan, terlihat ada beberapa missed call dari Jiyoon. Dan tepat saat itu, kembali ada panggilan masuk dari Jiyoon. Langsung saja Chowon mengangkatnya.

"Halo?"

"Nah, akhirnya diangkat. Begini Chowon, aku baru dapat kabar kalau Monday ditemukan. Minseo sama Dawit yang nemuin dia. Tapi dia masih kehilangan ingatannya gara-gara jatuh waktu itu. Ini merka mau on the way ke rumahku. Ada Soeun juga nih di sini. Oh ya, aku ada kabar juga. Tadi si kembar diserang."

"Si kembar?"

"Itu, Amin sama Zoa. Tadi ada orang aneh tiba-tiba datang ke rumah mereka, terus mereka diserang pake bola baseball. Amin dah mau ngejar, tapi orangnya berhasil kabur. Jeff juga udah ngejar tapi gagal."

"Kebetulan banget ya kamu nelpon aku. Ini aku baru dapet surat, dari Hyejun."

"Hyejun?"

"Iya, jadi sepertinya perkiraan kita benar kalau dia memalsukan kematiannya. Isi suratnya bilang, kita harus datang ke gedung tua, nanti aku share location di grup. Dan katanya, hanya tim FIX yang boleh datang. Nggak boleh ada polisi dan sebagainya. Hanya ada kita."

"Apa ini surat perang?"

"Ya, bisa dibilang seperti itu."

"Aduh, lukaku aja belum sembuh total, udah ngajak perang lagi aja. Tapi baiklah. Aku sih yes. Nggak tau kalo Mas Anang."

#####

Black NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang