Minjeong duduk termenung, teringat dengan ucapan Pak Chen kemarin.
"Kepala Yayasan dengan berat hati harus mencabut beasiswamu mulai akhir bulan ini. Dengan sisa beberapa bulan lagi masa belajarmu di sekolah ini, semoga hal ini tidak terlalu menjadi masalah besar untukmu."
Minjeong menghela nafas. Keluarganya bukan keluarga mampu. Oleh karena itulah Minjeong sangat bergantung kepada beasiswa dari yayasan, ditambah Minjeong ada kerja kerja part time di sebuah kafe dekat rumahnya. Baru-baru ini Minjeong diberhentikan dari kafe tempatnya bekerja, dan sekarang dia harus kehilangan beasiswa.
Padahal tinggal beberapa bulan lagi.
Lagi, Minjeong menghela nafas.
Sieun yang duduk di sebelah Minjeong menyadari kalau teman sebangkunya itu sedang gundah gulana. Sieun pun berusaha menghibur Minjeong.
"Jeong? Ngantin yuk?"
Minjeong menggeleng pelan. "Aku nggak lapar."
Kruyuk...
Itu suara perut Minjeong.
Sieun tertawa kecil. "Nggak lapar?"
Minjeong tersenyum kecut.
"Aku traktir deh..."
"Ih jangan! Nanti uangmu--"
"Nggak masalah kalo soal uang aku mah. Kamu mau siomay?"
"Eum,,, boleh sih. Tapi aku lagi males jalan..."
"Yo wis aku aja yang pergi. Punyamu nggak pake saos kan?"
Minjeong mengangguk pelan. "You know me so well."
"Dih, aku dengernya bernada."
Minjeong tertawa. "Udah sana pergi."
"Iya iya..."
Sieun pun pergi menuju kantin. Dia sempat berpapasan dengan Yerim dan Daehwi di pintu masuk kelas.
"Yo! Choi Yerim kembali!"
Yerim langsung duduk di bangkunya yang berada di depan bangku Minjeong. Yerim sempat melihat ekspresi sedih Minjeong. Yerim juga sudah tahu soal masalah yang menimpa Minjeong.
"Hei, jangan sedih terus. Jangan khawatir, nanti kita cari solusinya!" ucap Yerim mencoba memberi semangat.
Minjeong hanya tersenyum tipis.
"Oh ya Jeong, nanti kita ada kerja kelompok kan? Ngerjainnya di rumah siapa?"
Minjeong menjentikkan jarinya. "Oh iya, sampe lupa. Siapa aja ya tadi anggota kelompok kita? Aku, kamu, Sieun, Hyunsuk, Daehwi sama,,, oh, Asahi!"
"Kerja kelompok di rumahmu udah pernah, Sieun juga pernah malah kita sempat nyasar, Hyunsuk juga pernah, Daehwi juga udah, rumahku juga udah, berarti kita coba ke rumah Asahi aja?"
"Oh iya. Kita belum pernah tau rumah Asahi kan?"
Yerim langsung menengok ke arah Asahi yang duduk di bangku depan guru.
"Asahi!"
Asahi menoleh. "Ya?"
"Nanti kerja kelompok di rumahmu, boleh? Giliran cuy, anggota yang lain udah pernah di rumah mereka."
Asahi tampak sedikit panik. "O-oh? Nanti mau ke rumahku?"
"Iya... Gimana? Boleh ya?"
"Eum,,, anu,,, rumahku lumayan jauh lho."
"Ya nggak apa-apa. Rumah Sieun juga jauh, tapi kita tetap ke sana kan dulu? Yang kita semua nyasar itu lho... Terus untungnya kamu bisa jadi penunjuk jalan dadakan. Sekarang giliran ke rumahmu. Gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Notes
FanfictionDi SMA Kubus yang disangka akan adem-ayem, ternyata juga menyimpan misteri. Sebuah catatan aneh tertinggal, dan 1 per 1 siswa-siswi mengalami kejadian misterius hingga ada yang mengancam nyawa. Mampukah Han Chowon dkk mengungkap misteri yang ada? No...