17

67 21 0
                                    

Yang mau join group chat Whatsapp bisa klik link yang di bio author ya? Sharing-sharing boleh, kasih saran boleh, apa aja ~

Ramein kolom komentar juga yuk ~





Minjeong dan Olivia ditugaskan membawa peralatan olahraga yang baru kelas mereka pakai ke gudang. Tidak terlalu sulit, karena tidak banyak juga yang harus mereka bawa.

"Eh Jeong, tiba-tiba aku kebelet nih. Aku duluan, boleh?" ucap Olivia setelah mereka meletakkan peralatan-peralatan itu.

"Oh iya boleh kok. Daripada ditahan nanti malah keluar di sini, kasihan petugas kebersihannya," balas Minjeong.

Kemudian Olivia langsung melesat kabur ke toilet.

Minjeong bersiap menutup pintu gudang, tapi tiba-tiba atensinya tertuju pada tongkat baseball yang bergerak sendiri.

"Aku dengar sekolah ini emang agak serem. Katanya ada hantunya," gumam Minjeong.

Minjeong sedikit takut, makanya dia bersiap untuk lari. Tapi tiba-tiba tongkat baseball itu melayang ke arahnya. Dan bukan hanya 1, melainkan 3 tongkat yang melayang, bersiap 'menyerang' nya.

Minjeong mundur perlahan.

"Maaf, aku nggak ada niatan buat ganggu. Tolong biarkan aku pergi."

Bug.

Sebuah tongkat berhasil memukul kepala Minjeong. Minjeong mengaduh sambil memegang kepalanya yang mulai memerah.

Bug.

Kembali kepala Minjeong diserang. Kali ini darah mulai menetes dari kepala Minjeong.

"Tolong... Tolong..."

Minjeong melihat celah untuk lari, tapi sebuah tongkat menghantam kakinya dan membuatnya terjatuh. Dan pada saat itu, lemari kayu tua di sebelah Minjeong roboh.

"Aaaaaaaa..."

Brugh.

Minjeong tak sadarkan diri.

Pada saat itu Hyunsuk, Asahi dan Daehwi berlari-lari ke arah gudang. Mereka diberi tahu Minseo kalau dia mendapat firasat buruk. Setiba di gudang, tiga anak itu terkejut ketika melihat Minjeong pingsan dengan tubuhnya tertimpa lemari kayu.

"Kim Minjeong!" teriak Hyunsuk.

"Dew, Sahi, bantu aku angkat lemari ini, cepat!"

Daehwi dan Asahi mengangguk, kemudian mereka bertiga mengangkat lemari kayu itu. Tubuh Minjeong yang pingsan pun digotong oleh Hyunsuk.

Daehwi memungut kertas berwarna hitam yang lagi-lagi muncul.

"Kertas ini lagi..." desis Daehwi.

"Sahi, ayo kita pergi. Kalau kita lama-lama di sini, bisa-bisa kita juga celaka."

Asahi mengangguk, kemudian mengikuti langkah Daehwi pergi. Tapi sebuah bayangan menarik atensi Asahi. Asahi baru saja akan melihat bayangan itu, tapi Daehwi memanggilnya, membuat Asahi mengurungkan niatnya.

**

Ningning geram ketika mendengar kabar Minjeong, salah 1 kakak kelas idolanya, mengalami kecelakaan. Apalagi menurut penuturan Daehwi, dia menemukan kertas catatan hitam itu lagi di lantai dekat Minjeong pingsan.

"Aku harus menemukan siapa pelakunya," gumam Ningning.

Ningning pergi seorang diri ke gudang sekolah. Tidak ada seorangpun temannya yang diajak.

Dengan hati-hati, Ningning melangkah memasuki gudang. Ketika akan memungut tongkat baseball yang tergeletak di lantai, ujung mata Ningning melihat bola basket yang ada di sudut ruangan bergerak sendiri. Ningning jadi sedikit merasa takut. Apalagi tiba-tiba tongkat baseball itu juga bergerak.

Ningning mundur perlahan. Dan gadis itu terkejut ketika ada yang menepuk bahunya.

Ningning langsung menoleh. "Oh, Zoa? Kamu ngapain di sini?"

Zoa tersenyum tipis. "Kakak yang ngapain di sini? Sendirian lagi. Kakak nggak tau Kak Minjeong sekarang dibawa ke rumah sakit?"

"Aku tau. Makanya aku mau cari petunjuk di gudang ini."

"Ya tapi kenapa sendirian? Kan bisa ngajak temen. Kakak mau jadi pahlawan? Kalo kakak celaka, yang ada kakak malah keliatan konyol! Aku tadi liat kakak jalan ke sini, makanya aku susulin soalnya takut kakak kenapa-kenapa juga."

Ningning terdiam. Benar juga, sih.

"Ayo kita pergi. Kalo kita ada di sini lama-lama, kita juga bisa celaka. Ayo, mending kita ke kantin aja. Kakak mau bakso? Aku traktir deh."

"Eum,,, gimana kalo gini? Kamu yang bayarin bakso, aku yang bayarin minumannya. Gimana?"

"Sounds nice. Let's go!"

Ketika kedua anak itu akan pergi, sesosok bayangan hitam muncul dari balik lemari.

**

"Yoon, ini gimana? Jatuh korban lagi, walau Kak Minjeong cuma luka-luka aja," ucap Chowon. Wajahnya menyiratkan kepanikan.

"Kalem, Won. Kalau terlalu panik, kita nggak bisa berpikir jernih," balas Jiyoon. Dia berusaha tetap tenang, meski tak bisa dipungkiri kalau dia juga sedikit panik.

"Besok aku mau jenguk Eunsoo lagi, Won."

"Besok? Pulang sekolah?"

"Nggak, pagi."

"Lah? Bukannya besok sekolah?"

Jiyoon nyengir. "Bolos, sesekali. Hehe."

"Astaga... Iya deh... Sendirian aja?"

"Nggak, sama Soeun. Dia juga mau bolos besok."

"Astaga kalian ini... Sebangku, sekomplek, 1 blok, partner in crime juga ternyata ya?"

"Yaudah kamu ajak Hina bolos juga sana."

"Sorry. Reputasiku sebagai ketua OSIS terlalu bagus buat bolos sekolah."


#####

Black NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang