24

69 18 7
                                    

"Dor!"

Jiyoon yang asyik memandangi foto Cha Junho yang dia jadikan wallpaper ponselnya, terlonjak kaget gara-gara Ningning mengejutkannya. Sementara si pelaku hanya terkekeh puas.

"Ngelamun aja, Neng. Liatin apa, sih?" tanya Ningning. Tangannya bergerak mengambil keripik kentang milik Soeun yang tertinggal di atas meja. Pemiliknya pergi entah ke mana.

Jiyoon memasukkan ponselnya ke saku roknya. "Kepo amat, Ning. Monday mana? Biasanya kamu sama dia."

"Si hari senin mah ke ruang Rohis."

"??? Ngapain?"

"Katanya sih mau nemenin degems nya."

"Siapa?"

"Itu si Zoa. Zoa juga degems nya si Chowon tuh. Kalo Hina juga punya degems, itu si Juhyeon. Walau Juhyeon lebih pantes jadi kakaknya Hina."

Jiyoon tertawa kecil.

Ningning meletakkan bungkus keripik kentang yang isinya sudah kosong kembali ke tempatnya semula. "Tapi aku curiga si senin ke ruang Rohis cuma mau ngeliatin Minseo!"

"Hah? Minseo?"

"Jimin kan suka Minseo!"

"Aigu! Yang bener?"

"Astatang! Kamu ketinggalan info, ya? Jangan bilang kalo kamu nggak tau si Hina masuk Rohis karena ada D-"

"Oh, tau kok. Keliatan sih. Eh udah kamu balik ke bangkumu sana sebelum Soeun balik."

"Iya deh iya. Btw, cowok yang jadi wallpaper hp mu ganteng banget. Si Cha Junho itu kan? Batal jadian sama sepupumu, kan? Gebet gih."

Jiyoon hampir menggeplak kepala Ningning, tapi Ningning sudah keburu kembali ke bangkunya sendiri. Beberapa saat kemudian, Soeun kembali ke kelas, dan gadis itu langsung marah-marah begitu tahu keripik kentangnya sudah habis. Yang dituduh menghabiskan? Oh tentu saja Jiyoon.

"Daripada nuduh, mending nanti ikut aku jenguk Alin!" ucap Jiyoon dengan nada sedikit kesal. Kan yang menghabiskan itu Ningning, bukan dia.

**

"Hai Alin. Udah mendingan?"

Alin mengangguk pelan. Gadis itu masih belum bisa berbicara.

Jiyoon mengusap-usap lembut tangan Alin. "Maaf ya Lin, kami belum bisa nemuin siapa pemilik gelang itu. Tapi kami janji akan segera menemukannya."

Alin membuat isyarat, menanyakan soal Soeun. Dan Jiyoon paham.

"Ngapain nanya soal Soeun? Dia mah pasti ke kantin. Nggak di sini, nggak di rumah sakit sebelah, dia tujuannya selalu ke kantin."

Alin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

Jujur, Jiyoon merasakan ada firasat buruk, apalagi tadi Minseo berkata kalau dia mendapat mimpi buruk lagi. Tapi karena setelah itu kedua orangtua Alin datang, Jiyoon sedikit lega. Begitu juga dengan keluarga Heeseung, Minjeong, Yerim dan Daehwi yang baru datang.

Jiyoon berharap, semua baik-baik saja hari ini.

**

Langkah kaki terdengar di lorong rumah sakit yang sepi. Seorang gadis berpakaian serba hitam dengan muka yang hampir tak terlihat, tampak memasuki ruangan tempat Alin dirawat. Senyum tipis terukir di bibir gadis itu ketika melihat Alin sedang tertidur. Dilihatnya juga kedua orangtua Alin tertidur pulas, akibat obat tidur yang tadi berhasil dimasukkan ke minuman mereka.

Gadis asing itu kembali berjalan mendekati ranjang Alin. Tangannya bergerak hendak memutus selang infus Alin, tapi tiba-tiba Alin membuka matanya. Alin, yang bisa mengenali gadis asing di hadapannya, tampak sangat terkejut. Tangan Alin bersiap memencet tombol nurse call, tapi gadis asing itu berhasil menyingkirkannya lebih dulu. Alin terlihat ketakutan. Dia ingin berteriak, tapi tidak bisa.

Gadis asing itu lalu merebut bantal Alin, yang kemudian digunakan untuk membekap Alin. Alin megap-megap.

"Selamat tinggal, sahabatku. Maaf, kamu hanya bisa bertahan sampai saat ini. Aku bersyukur anak itu mendorongmu dari tangga. Kalau tidak, bukan tak mungkin kamu akan menyelidiki tentangku lagi dan memberitahukan semuanya. Lagipula kau memang menjadi salah 1 targetku. Jangan khawatir, setelah ini, giliran Jimin, Yizhuo, Hina, dan anak-anak yang terlibat waktu kejadian itu. Mereka akan segera kukirim menemanimu."

Alin mulai kehabisan nafas. Dengan sisa tenaganya, Alin sempat menarik gelang milik gadis asing itu tanpa disadari olehnya. Beberapa saat kemudian, Alin menghembuskan nafas terakhirnya.

Setelah memastikan Alin benar-benar meninggal, si gadis asing tersenyum puas.

"Selamat tinggal, Kim Minjeong- ah maksudku, Kim Alin."

**

Keesokan harinya, ketika matahari pagi mulai menampakkan sinarnya, kedua orangtua Alin bangun. Mama Alin berjalan menghampiri Alin yang tampak tidur dalam damai. Sang Mama tak tahu, putri tunggalnya itu sudah tiada. Baru ketika sang Mama membangunkan Alin, dan menyadari ada yang aneh dengan putrinya, sang Mama langsung memanggil suaminya, juga dokter yang bertugas. Dan setelah dokter datang, barulah mereka mengetahui kalau Alin sudah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.

Sang Mama langsung menjerit histeris.

"Kim Alin!!!"


#####

Huwaaa author senang banget hari ini. Weeekly dapat award, trus Fromis_9 juga dapat 1st win 😭😭 Author mau nangis liat Jiheon nangis 😭😭

Black NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang