Chowon duduk termenung di bangkunya. Hatinya masih terguncang gara-gara informasi yang didapatnya kemarin. Hasil laporan kesehatan Hyejun yang berhasil 'dicuri' Minhee, Zoa dan Amin kemarin membuatnya langsung tidak bisa tidur semalaman.
Tidak ada yang tahu soal itu, selain Zoa dan Amin yang memang ditugaskan untuk 'mencuri' nya, serta Jiyoon yang sempat dicurhati oleh Chowon semalam.
Jiyoon diam-diam memperhatikan Chowon yang terus terdiam di tempat duduknya. Jiyoon menebak kalau Chowon pastilah belum sarapan juga. Jiyoon langsung menyodorkan roti yang tadi dibawanya dari rumah.
"Nih Won, makan dulu."
Chowon menoleh sekilas, lalu langsung memakan roti pemberian Jiyoon itu.
"Makasih, Yoon."
Jiyoon duduk di bangku sebelah Chowon, yang biasanya diduduki Hina.
"Kamu pasti kaget banget ya, Won? Aku juga kaget sih waktu kamu kabarin."
Chowon mengangguk pelan. "Kaget pake banget, Yoon. Aku nggak nyangka selama ini kita bisa ditipu oleh Hyejun. Ternyata lukanya nggak separah itu, dan seharusnya dia udah sembuh total dari lama. Tapi selama ini dia terus berpura-pura sakit. Gunanya apa?"
"Mungkin,,, dia mau membuat anak-anak yang terlibat di kejadian itu jadi merasa bersalah?"
"Tapi kenapa harus kayak gini? Dia membohongi semua orang. Kalau dia mau marah ke anak-anak, marah aja sih, nggak perlu kayak gini juga. Kalo udah ketahuan bohong gini, bukannya jadi merasa bersalah, aku malah kesal!"
"Ya udah lah, mau gimana lagi? Orangnya juga udah mening-- oh tunggu!"
Jiyoon dan Chowon saling pandang. Satu pemikiran yang sama muncul di otak mereka.
Kalau Hyejun bisa membohongi mereka soal sakitnya, apakah mungkin Hyejun juga bisa berbohong soal kematiannya?
Kedua anak itu tak menyadari, ada anak laki-laki yang mengintip mereka dari balik jendela kelas dan menguping pembicaraan mereka.
**
Hari ini Yerim, Minjeong dan Daehwi sudah diizinkan untuk pulang. Mereka dijemput keluarga masing-masing. Hyunsuk juga datang untuk mengantar, sekalian menjenguk Heeseung.
"Jujur nih, aku udah bosen pake banget sama bubur rumah sakit!" ucap Yerim begitu keluar dari rumah sakit. Tubuhnya bersandar di mobil keluarganya.
"Aku juga bosen liat kamu di sebelahku, Yer," sahut Minjeong, dengan nada bercanda tentunya.
Yerim memukul pelan kepala Minjeong. "Dasar! Biasanya juga minta ditemenin ke toilet kalo lagi gak ada orang!"
Minjeong nyengir. "Jangan buka kartu, dong..."
Hyunsuk langsung melerai. "Udah, jangan berantem... Mending kalian pulang, trus istirahat. Nggak usah masuk sekolah dulu nggak apa-apa. Lagi rusuh juga tuh sekolah. Katanya juga mau diliburin beberapa hari."
"Oh ya Suk, si Sieun mana?" tanya Yerim.
"Sieun nggak bisa ikut. Kalian tau rumah dia di pelosok. Selain itu juga dia masih tertekan sejak kematian Olivia. Catatan dia aja kadang diisi kadang enggak. Nanti kalian kalau mau pinjam catatan, punyaku aja. Lebih lengkap."
"Ah, iya ya? Olivia... Masih nggak nyangka banget. Iya nanti aku pinjam catatanmu, Suk."
Setelah mobil yang membawa Daehwi, Minjeong dan Yerim meninggalkan rumah sakit, Hyunsuk berbalik menuju ruangan tempat Heeseung dirawat. Ketika akan naik lift, tak sengaja Hyunsuk menubruk seseorang.
"Eh maaf Mas, nggak sengaja..."
Sosok yang ditubruk Hyunsuk itu hanya mengangguk-angguk, kemudian berlalu pergi.
Hyunsuk merasa sedikit familiar dengan sosok yang memakai hoodie hitam, bertopi dan bermasker itu.
"Kayak kenal, tapi siapa, ya?"
Bayangan Heeseung membuat Hyunsuk mengabaikan sosok tadi dan kembali ke tujuan semula.
**
Minseo baru pulang dari rumah Dawit, ada kerja kelompok tadi.
Setelah membersihkan diri dan makan, Minseo merebahkan diri di atas kasurnya. Hari ini cukup melelahkan baginya. Angin dari kipas angin membuat kedua mata Minseo sedikit memberat. Tak lama, Minseo pun tertidur.
Dalam tidurnya, Minseo kembali mendapat mimpi rasa petunjuk. Dalam mimpinya, Minseo merasa dia ada di tepi jurang tempat Monday terjatuh beberapa waktu lalu. Entah mendapat dorongan dari mana, tahu-tahu Minseo sudah berada di dasar jurang. Minseo berjalan perlahan, sampai Minseo tiba di sebuah jalan setengah menanjak. Minseo terus mengikuti jalan itu, sampai tiba di sebuah gubuk setengah reot. Tangan Minseo mengetuk pintu gubuk itu, dan beberapa detik kemudian seorang gadis yang sangat Minseo kenali, membuka pintu itu.
Baru saja Minseo akan menggenggam tangan gadis yang membuka pintu itu, Minseo terbangun dari tidurnya. Nafasnya sedikit memburu gara-gara mimpinya.
"Kim Jimin, nggak mungkin..."
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Notes
FanfictionDi SMA Kubus yang disangka akan adem-ayem, ternyata juga menyimpan misteri. Sebuah catatan aneh tertinggal, dan 1 per 1 siswa-siswi mengalami kejadian misterius hingga ada yang mengancam nyawa. Mampukah Han Chowon dkk mengungkap misteri yang ada? No...