22

58 18 2
                                    

"Jadi, gimana keadaanmu, Jeong?"

Minjeong menghela nafas. "Ya gini deh, Rim. Kepalaku sakit banget gara-gara kena pukul. Badanku juga ngilu gara-gara ketimpa lemari itu. Tapi udah lebih baik sih. Kamu sendiri gimana?"

Yerim mengangkat kedua bahunya. "Ya sama, gini-gini aja."

"Masih diantar-jemput sama Daehwi?"

"Iya, masih. Papa sama Mama udah larang aku buat naik motor sendirian. Kebetulan rumah si Daehwi kan 1 blok sama aku, trus Daehwi juga nggak keberatan. Btw, kan kamar sebelah tuh kamarnya Heeseung. Nah, dia jengukin kamu nggak?"

"Iya, dong. Tadi dia habis jenguk aku, trus orangtuanya datang, dia balik lagi ke kamarnya."

"Enak ya sebelahan ruangannya sama pacar?"

Minjeong tertawa kecil. "Nggak juga, ah. Kami pengen cepet-cepet keluar dari rumah sakit. Pengen bisa cepet nemuin pelaku yang bikin catatan aneh itu juga."

"Iya, ya? Kemaren-kemaren aja adik kelas yang namanya mirip kamu itu juga dijatuhin dari tangga. Ruangannya di ujung lorong ini tuh. Katanya dia tau pelakunya, tapi entah kenapa dia nggak bisa ingat. Tapi dia sempat amanin barang bukti gelang. Kata Woonggi sama Minseo yang ngambil gelang itu di rumah si Alin, inisialnya SHJ."

Minjeong tampak berpikir. "Emang ada ya anak angkatan kita yang inisialnya SHJ? Perasaan nggak ada?"

"Iya, seingatku nggak ada. Aku CYR. Kamu KMJ. Daehwi LDH. Heeseung LHS. Hyunsuk YHS. Asahi HA. Sieun PSE. Sungchan JSC. Olivia-- ah bukan deh..."

"Olivia seingatku Olivia Hye deh. Berarti OH. Bukan ah..."

"Iya, bukan. Ah udahlah, dipikirin nanti lagi aja. Kamu udah makan, Rim?"

"Habis ini cari makan sama Daehwi. Oh ya, nanti aku mau mampir ke rumah Olivia, minjem catatan. Nitip sesuatu?"

"Nitip catatan juga deh. Sama salam buat Olivia."

"Oke sip. Yaudah Jeong, aku pulang dulu, ya? Kayaknya anak-anak yang lain juga udah selesai."

"Iya. Hati-hati, Rim."

"Siap, Bos!"

**

"Kenyang banget nih, Dew. Pinter kamu cari tempat makan. Enak, harga terjangkau pula."

Daehwi terkekeh. "Lee Daehwi gitu, lho... Eh, ini jadi mampir ke rumah Oliv?"

"Jadi, lah..."

"Nih, kebetulan udah hampir sampai. Pegangan erat dong, Rim..."

"Udah pegangan dari tadi, Daehwi..."

"Yang erat..."

"Iya..."

Beberapa saat kemudian, motor Daehwi berhenti di depan rumah Olivia. Olivia tinggal seorang diri karena kedua orangtuanya sudah meninggal. Gadis itu menolak ajakan keluarganya yang lain untuk tinggal bersama mereka.

Saat memasuki pekarangan rumah Olivia, ujung mata Yerim sempat menangkap tirai kamar di lantai 2 tersibak, dan terlihat seperti ada orang di sana.

"Apa itu Olivia, ya? Tapi bayangannya kok kayak cowok?" gumam Yerim.

Daehwi menepuk bahu Yerim pelan. "Rim? Kok bengong? Ayo pencet bel!"

Black NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang