41 (END)

47 11 0
                                    

"Breaking News: Seorang tahanan lapas bernama Jung Sungchan tewas tersambar petir ketika mencoba kabur."

Chowon mematikan televisinya. Gadis itu menghela nafas panjang. Dia tidak tahu persis kejadiannya. Ketika Chowon dan anak-anak yang lain keluar, mereka melihat tubuh Sungchan sudah terkapar di atas tanah.

Ponsel Chowon bergetar, ada pesan masuk dari Woonggi.

Woonggi Waketos
Bu Ketos, nanti jadi ziarah ke makam Kak Sungchan nggak?


Chowon tersenyum tipis, kemudian dibalasnya pesan Woonggi itu.

Chowon
Iya jadi
Jemput aku dong

Woonggi Waketos
Maaf Bu, saya nggak mau digebukin pawang anda
Ngeri


Chowon tertawa kecil membaca pesan Woonggi itu. Kemudian Chowon ganti mengirim pesan ke Dawit.

Chowon
Mas, itu mobilnya masih muat kan?
Bareng dong
Sayang banget dipake berdua sama Hina doang

**

Yah, akhirnya Chowon jadi berangkat dijemput Dawit. Dawit bilang dia terpaksa mau karena Hina yang menyuruh. Ada juga Jiyoon yang ternyata minta dijemput juga.

Tim FIX sudah tiba di pemakaman. Sepertinya rombongan keluarga Sungchan sudah membubarkan diri.

"Ternyata Kak Sungchan itu masih ada hubungan keluarga dengan Dahyun," bisik Zoa kepada Juhyeon.

"Dahyun siapa?" tanya Juhyeon.

"Dahyun itu lho Ju, yang ke SMA Asiansoul. Teman SMP kita."

"Oalah adiknya Kak Chaeyeon?"

"Iya Dahyun yang itu. Tuh makamnya sebelah sana, jejeran sama makam Kak Chaeyeon."

Jiyoon yang tak sengaja mendengar obrolan dua adik kelasnya itu lalu merenung. Dia sedikit tahu tentang Jung Dahyun, karena anak itulah yang ikut membuat keributan di SMA Asiansoul dan membuat sepupu Jiyoon terluka.

"Masih keluarganya ya? Hmm tak heran kalau begitu," gumam Jiyoon.

Tim FIX lalu berdo'a yang dipimpin oleh Yoon Hyunsuk. Saat berdo'a itu, ujung mata Jiyoon tak sengaja menangkap sebuah nama di batu nisan yang menarik perhatiannya.

**

"Yoon, bareng aku sama Sunghoon atau sama Dawit?" tanya Soeun.

Jiyoon balik bertanya, "Emang si Mas bawa apa tadi?"

"Motor yang biasanya lah..."

"Ah enggak deh. Mending naik mobil Dawit. Adem. Asyik ngeliatin Dawit sama Hina pacaran."

"Waduh kasihan ya pacarnya beda sekolah."

"Berisik ya kau Park Soeun!"

Soeun tertawa-tawa. "Duluan, Yoon..."

"Ya..."

"Jiyoon ayo pulang!" teriak Hina.

Jiyoon menoleh. "Oh, sebentar Na. Aku mau ke makam seseorang dulu."

Jiyoon lalu berjalan ke makam yang tadi menarik perhatiannya. Chowon mengikutinya.

"Makam siapa sih, Yoon?" tanya Chowon.

Jiyoon mengusap pelan batu nisan bertuliskan nama 'Hamada Asahi' itu.

"Kamu inget nggak sama Kak Asahi ini, Won?"

"Kak Asahi? Yang mana ya?"

"Kakak kelas kita. Temannya Kak Heeseung, Kak Hyunsuk juga. Kamu nggak ingat?"

"Tunggu. Kak Asahi itu,,, dia sekolah di sekolah kita?"

"Iya. Dia kan ikut juga pas camp malam di sekolah itu."

"Tapi Yoon, nggak pernah ada murid dengan nama Hamada Asahi di berkas sekolah kita. Cuma seingatku, bukannya dia adalah salah 1 korban di sekolah cowok kita itu?"

Jiyoon terdiam. Ah, sepertinya ingatan tentang Asahi sudah terhapuskan di pikiran seluruh murid SMA Kubus selain dirinya, seiring dengan benar-benar menghilangnya sosok yang pernah membantunya tapi juga pernah mencoba mencelakakannya itu. Jiyoon meraba pelan kepalanya. Ah, bekas benturan itu terasa sangat nyata, dan sampai sekarang masih sedikit sakit.

Setelah merapalkan do'a, kedua gadis itu pun berjalan pergi. Bertiga dengan Hina, mereka pun masuk ke dalam mobil Dawit. Dawit sendiri sudah menunggu di dalam mobil.

"Apakah dengan ini kasus sudah benar-benar selesai?" tanya Hina.

"Sepertinya begitu. Kak Olivia, Kak Sungchan dan anak dengan luka bakar itu sudah dipastikan meninggal. Hyejun dan Jay juga sudah ditahan. Monday juga udah balik ke kita dan ingatannya juga udah kembali. Jadi kurasa kasus memang sudah selesai," jawab Chowon.

Dawit berdehem. "Kalau ada yang berani macam-macam lagi, tim FIX siap menggagalkan rencana jahat mereka. Dan kalau ada yang berani nyakitin Hina, aku akan maju duluan."

"Huuuuu" sorak Chowon dan Jiyoon. Suasana mobil jadi heboh.

"Diam atau kalian kuturunkan di sini!" ancam Dawit.

"Eh iya ampun. Jangan dong..." Jiyoon berpura-pura memohon kepada Dawit. Hina hanya tertawa-tawa.

"Kalian lapar nggak?" tanya Dawit dengan muka sedikit serius.

"Aduh, laper banget nih Mas. Tadi belum sempat sarapan," jawab Chowon sambil memasang muka memelas.

"Ya udah kita mampir makan dulu di kafe kenalanku.

"Yeayyy!!!"

Mobil Dawit lalu terus melaju menyusuri jalanan yang sedikit basah. Ketika mereka keluar dari area pemakaman tadi memang sempat gerimis sebentar. Kemudian sekarang matahari kembali muncul menyinari bumi. Samar-samar, muncullah pelangi. Seolah menegaskan kalau perjuangan tim FIX sekarang sudah berakhir manis.








Terima kasih kepada semua pembaca yang setia menemani author menulis book ini. Author mohon maaf kalau book ini kurang memuaskan bagi kalian. Author akan meningkatkan kualitas menulis author dan kembali dengan karya baru.

Salam cinta dari Author.

-The End-

Black NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang