"Eh denger-denger semalam Sunghoon dihajar di tempat futsal."
"Iya weh, kasian. Katanya lampunya dimatiin sebelum dihajar, makanya dia nggak tau siapa pelakunya."
"Katanya juga, dia ditinggalin kertas warnanya hitam gitu. Nggak tau sih maksudnya apaan."
"Eh sssttt pawangnya lewat."
Begitulah suara gosipan pagi ini yang didengar Soeun ketika dia melewati koridor sekolah. Langkahnya terhenti di depan kelas 11-B. Di depan pintu, dia bertemu dengan Natty, salah 1 temannya yang menghuni kelas 11-B.
"Eh Soeun, hari ini Sunghoon nggak masuk sekolah. Dia istirahat di rumah. Dia cuma nitip kertas berwarna hitam ini, minta tolong diusut," ucap Natty sambil menyerahkan secarik kertas berwarna hitam yang terdapat logo tengkorak dan huruf 'D'.
"Oke, nanti aku kasih ke Chowon, ya?" balas Soeun.
"Oke. Tapi saranku hati-hati, ya? Kayaknya bukan cuma Sunghoon yang diincar."
"Iya, aku tau. Kamu juga jaga diri, Nat."
"Siap!"
**
"Jadi, ada sekitar 4 orang yang dapat kertas ini? Dan semuanya kena apes terus?" ucap Chowon, memulai sesi rapat OSIS hari ini.
Semua anggota rapat mengangguk.
Ningning mengipas-ngipasi tubuhnya dengan kipas portabel mini miliknya, karena kipas angin ruang OSIS sedang rusak. "Astaga, kenapa aku harus terjebak di antara para tiang? Chowon, Jimin, Soeun, Alin, trus siapa namamu? Oh, Juhyeon? Ah, auk dah. Trus yang cowok ada Jake, Jeff, sama--"
Ningning melirik sekilas Hueningkai yang duduk di sebelah kirinya. "Hening..."
Hueningkai menoleh. "Apa?"
"Nggak, nggak apa-apa."
Natty yang duduk di sebelah kanan Ningning pun menyenggol lengan Ningning. "Hei, aku, kamu sama Jiyoon senasib tau!"
Ningning menepuk jidatnya pelan. "Oh iya aku lupa kalo masih punya tiny besties."
Chowon berdehem. "Semua harap fokus!"
Pintu ruang OSIS diketuk. Tiga orang masuk ke ruangan.
"Halo, kami mau bergabung memecahkan misteri. Apa boleh?" tanya salah 1 murid dengan nametag Yoon Hyunsuk.
"Oh, silakan. Kami seneng banget kalau banyak yang mau bantu," balas Chowon ramah.
Hyunsuk diikuti Daehwi dan Yerim, duduk di kursi kosong tersisa. Terdengar Daehwi ngedumel pelan.
"Aku pergi dari Asiansoul karena menghindari kasus. Eh di sini malah disuruh bantu mecahin kasus!"
Yerim mencubit lengan Daehwi pelan. "Udahlah, bantu aja kenapa sih? Dapat pahala, lho. Demi aku juga ini..."
"Iya deh iya..."
Pintu kembali diketuk. Kali ini Dawit, Minseo dan Hina yang muncul.
"Kami juga mau membantu," ucap Dawit.
"Iya, silakan. Kami welcome banget..." balas Chowon.
Baru saja Chowon akan memulai rapat lagi, tiba-tiba terdengar teriakan dari arah luar ruangan.
"Zoa, mana uang jajanku? Kata Bunda, kamu yang bawa!"
"Aku sita uang jajanmu hari ini ya Cho Minwoo, buat gantiin siomay ku yang kemarin kamu habisin!"
"Yaelah iya entar aku ganti! Tapi kasih dulu dong duitnya! Uang jajanku masih lebih banyak dari harga siomay!"
"Nggak! Kamu juga harus ganti rugi boba yang semalam diam-diam kamu ambil juga!"
"Astaga, Jo Hyewon! Kasih dulu lah duitnya, nanti aku gantiin!"
Seluruh penghuni ruangan OSIS saat itu bisa melihat jelas perdebatan antara dua anak laki-laki dan perempuan di depan ruang OSIS itu. Mereka bisa melihat bagaimana si anak laki-laki menarik-narik choker milik si anak perempuan sampai hampir tercekik.
"Cho Minwoo, sakit!"
"Makanya kasih duitnya, Jo Hyewon!"
Dawit menghela nafas, kemudian keluar dari ruang OSIS dan menemui dua anak muda yang mengaku bersepupu itu.
"Kalian udahan dong... Kami mau rapat nih... Oh, atau daripada kalian ribut, mending bantuin kami sekalian deh mengungkap misteri di sekolah ini."
Zoa dan Amin, begitulah nama dua anak muda itu, menoleh.
Zoa membetulkan seragamnya yang sedikit berantakan gara-gara ulah Amin. "Wah, boleh deh Kak. Aku mau."
Amin berdehem, menjaga citra diri. "Eh Kak Dawit. Aku mau deh Kak."
"Bagus. Nah, ayo kalian masuk."
Ketika melihat Dawit masuk diikuti Zoa, Ningning menghela nafas.
"Tiang lagi..."
Setelah semua berkumpul, Woonggi mengangkat tangannya, mencoba memberi sedikit saran.
"Bagaimana kalau kita bikin nama dulu? Kan keren tuh kalo kita punya nama tim."
Chowon nampak berpikir. "Hmm, kedengarannya menyenangkan. Kayak Asiansoul gitu ya, punya ICY One. Oke, kalian ada usul nama?"
Ningning mengangkat tangannya. "Black Mamba. Kan kertasnya warna hitam tuh." Kemudian Ningning malah menyanyikan secuil lirik lagu Black Mamba.
Chowon tampak tak tertarik. "Next."
"Next Level, lah!" kembali Ningning bersuara dan kembali bernyanyi.
Giliran Woonggi bersuara, "Son Of Beast!"
Minseo berdehem. "Tapi di sini ada anak perempuan juga, Nggi. Jadi nggak cocok kalo pake Son."
"Oh, iya juga ya?"
Kemudian Monday mengangkat tangannya. "After School Club bagus tuh."
Chowon memijit-mijit kepalanya pelan. "Bisakah kalian sedikit serius?"
Alin mengangkat tangannya. "Nature. Alam. Bagus kan?"
Yerim tak mau kalah. "Eye Circle."
Chowon tampak sedikit tertekan. "Jadi, fix nya gimana ini?"
Hyunsuk menjentikkan jarinya. "Aha! Aku tau! Nama tim kita tuh, FIX!"
Chowon menoleh ke arah Hyunsuk, sedikit tak berminat. "FIX?"
"Iya. Daripada ribut terus soal nama, yaudah namanya FIX aja."
Chowon menghela nafas. "Baiklah. Namanya FIX ya, teman-teman..."
Semua bertepuk tangan memyambut nama tim mereka.
Tapi tidak demikian dengan Ningning, yang masih ingin nama pemberiannya yang dipakai.
"Padahal Black Mamba sama Next Level tuh nama yang cakep," gumam Ningning.
"Kamu lebih cakep dari 2 nama itu," balas Hueningkai, nyaris tak terdengar suaranya.
Ningning menoleh cepat. "Ha? Apa?"
"Enggak... Nggak ada apa-apa..."
Ningning mendecih, kemudian menghela nafas. "Tuhan, kapan aku bisa tinggi?"
"Kalau kamu aku gendong, kamu bisa tinggi," ucap Hueningkai lagi, dan lagi-lagi nyaris tak terdengar suaranya.
Ningning menoleh lagi. "Ngomong apa sih?"
"Nggak ngomong apa-apa kok. Tuh, fokus aja sama Chowon."
Ningning memutar kedua bola matanya malas, kemudian kembali fokus kepada Chowon.
"Baiklah rekan-rekan tim FIX, karena sebentar lagi jam istirahat akan habis, rapat kita sudahi sampai di sini dulu. Kita sambung besok lagi. Sekian, terima kasih atas waktunya, dan selamat menikmati istirahat!"
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Notes
FanfictionDi SMA Kubus yang disangka akan adem-ayem, ternyata juga menyimpan misteri. Sebuah catatan aneh tertinggal, dan 1 per 1 siswa-siswi mengalami kejadian misterius hingga ada yang mengancam nyawa. Mampukah Han Chowon dkk mengungkap misteri yang ada? No...