"Permisi, apa ada orang?"
Dawit mencubit lengan Hina pelan.
"Hei, di sekolah ini siapa lagi yang ada selain tim kita?"
Hina manyun. "Kan ada makhluk yang tak kasat mata, Dawit... Eh btw, Minseo mana?"
Dawit menoleh. Baru disadarinya kalau Minseo tak ada. "Lah, iya. Kak Olivia juga nggak ada."
"Mereka ke mana, ya? Aku coba telpon deh ya?"
Hina pun mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Minseo. Tapi tak bisa.
"Eh, kok nggak ada sinyal? Punyamu gimana, Wit?"
Dawit juga mengecek ponselnya. Hasilnya sama. "Iya, nggak ada sinyal."
"Kok bisa, ya? Biasanya lancar, lho. Anak-anak yang lain gimana, ya?"
Tiba-tiba semua meja yang ada di ruangan yang dimasuki Hina dan Dawit bergerak sendiri. Hina langsung berlindung di belakang Dawit.
"Wit, kok mejanya pada gerak semua?"
"Kayaknya ada yang nggak beres, Na. Kamu tetap di belakangku, ya?"
Hina mengangguk. Sesekali kepalanya menoleh ke kanan-kiri, mengecek apakah Minseo atau teman-teman yang lain datang.
Dawit mencoba melindungi Hina dari benda-benda yang beterbangan. Kebetulan badannya jauh lebih tinggi.
Tampak kilatan pisau dari arah pojok ruangan dan bergerak ke arah mereka. Hina yang melihatnya, tanpa pikir panjang langsung mendorong tubuh tinggi-besar Dawit.
"Kwak Dawit, awas!"
Jleb.
Dawit membulatkan kedua matanya tak percaya melihat Hina yang justru menerima serangan itu. Darah mulai menetes dari bahu kanan Hina. Tubuh Hina pun oleng, untung dengan sigap Dawit menahannya.
"Hina! Hina! Bertahanlah!"
Tubuh Hina sedikit menggigil. "D-Dawit... Aku takut..."
"Jangan takut, Hina. Bertahanlah. Aku akan membawamu pergi dari sini. Kumohon bertahanlah."
"Dawit, apa aku akan menyusul Alin dan Hyejun?"
"Tidak, Hina. Tidak akan ada yang pergi lagi. Kamu bertahan, ya? Tahan sedikit lagi."
Dawit bersiap membopong tubuh Hina. Pada saat itu benda-benda sudah berhenti beterbangan.
"Dawit,,,"
"Iya? Ada apa, Na?"
"Kalau waktuku habis hari ini, aku mau bilang sesuatu ke kamu."
"Kamu akan bertahan, Na. Jangan ngomong gitu."
"Jangan potong ucapanku..."
"O-oke. Kamu mau ngomong apa?"
"Dawit, kalau aku nggak bisa bertahan, aku cuma mau bilang, a-aku suka sama kamu, Wit... Udah dari lama, sejak kita ketemu di MOS SMP."
Dawit tertegun. Dia tak menyangka ucapan itu akan keluar dari mulut Hina.
"Na, kamu akan bertahan... Aku akan pastikan kamu akan selamat..."
"Dawit, berikan aku jawaban, supaya kalau aku nggak selamat, aku nggak mati penasaran..."
"Na, jangan pikirin itu dulu, ya? Kamu akan selamat. Kamu akan selamat, Na..."
Pada saat itu muncullah Minseo. Sesekali anak itu memegangi kepala belakangnya. Minseo terkejut melihat Dawit membopong tubuh Hina yang sekarang sudah tak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Notes
FanfictionDi SMA Kubus yang disangka akan adem-ayem, ternyata juga menyimpan misteri. Sebuah catatan aneh tertinggal, dan 1 per 1 siswa-siswi mengalami kejadian misterius hingga ada yang mengancam nyawa. Mampukah Han Chowon dkk mengungkap misteri yang ada? No...