Bel pulang sudah berbunyi, semua siswa dan siswi berlarian layaknya harimau yang mengejar mangsanya. Semua sudah lelah dengan pelajaran hari ini. Apalagi Adin dan Dira yang bertemu dengan pelajaran matematika di jam terakhir.
Sepanjang perjalanan pulang mereka membahas begitu penatnya belajar matematika, terutama Dira yang disuruh ke depan untuk mengerjakan soal yang diberikan.
"Demi Allah gue pengen demo ke menteri pendidikan, hapus pelajaran matematika bisa gak, sih?" kesal Dira sambil menyetir motor dan di belakangnya terdapat Adin yang selalu nebeng pulang ke Dira.
"Kalo bisa gue dukung, Ra! Tapi kalo bisa ini, mah. Kalo gak bisa juga tetep dukung aja, sih, soalnya gue juga benci matematika. Kayak ibaratin kebencian gue sama mas mantan gitu, anjir," ujar Adin dengan tangan yang sibuk membenarkan rambut-rambutnya yang keluar karena angin.
"Ah, bacot lo. Mantan mulu gedek gue, move on napa!"
"Kan butuh proses goblok, kalo segala sesuatu tanpa proses ya mana bisa berjalan dengan benar bestie."
"Sut, banyak bacot. Mau beli yang seger-seger gak?"
"HAAAAHHH????" teriak Adin karena suara Dira tidak terlalu jelas terdengar, biasa kalau sedang naik motor pasti budek seketika.
"MAU BELI YANG SEGER-SEGER GAK?!"
"MAAAUUUU!!" jawab Adin tepat di depan kuping Dira hingga kuping gadis yang sedang menyetir motor itu berdegung.
"BANGSAT KUPING GUE!" Tidak ada rasa bersalah dalam wajah dan hati Adin, dia hanya tersenyum menunjukkan deretan giginya.
"Beli boba depan komplek lo aja ya, Din," ajak Dira, dibalas anggukkan oleh Adin. "Gas, kuy!!"
- - -
"Kok berhenti disini, sih?! Se-ngeng lagi, anjir, ke depan tukang boba nya," protes Adin karena Dira memarkirkan motornya agak jauh dari tukang boba tersebut.
Dira memastikan motornya terkunci dengan aman, dia melirik Adin yang menatap kebingungan. "Manja bener, jalan aja, dah, bensin gue mau abis."
"YA ALLAH SE-NGENG DOANG, DIRA."
"Cot, diam."
Karena tidak mau adu mulut dengan temannya ini, Adin terpaksa menyusul Dira jalan kaki ke tempat boba yang agak jauh dari tempat Dira memarkirkan motornya.
Saat jalan kaki, Adin sengaja memaikan ponselnya membuka aplikasi instagram dan langsung terpampang foto gebetannya.
"BUSET CAKEP BENER CALON LAKI!"
Dira yang sudah tidak aneh dengan kelakuan Adin yang begitu jelas sering menjadi budak cinta hanya melirik sedikit lalu mengangkat bibirnya sebelah kiri.
"Sama yang onoh aja belom move on, sekarang ada lagi, nih, ngaku-ngaku calon laki. Udah koslet otak lo, aturan selesain dulu sama masa lalu, kampang, gimana si."
"Abisnya cakep bener, Ra. Liat, deh!" Adin menunjukkan fotonya ke Dira, karena sedikit penasaran gadis berwatak jutek itu melihat dengan sama-sama menundukkan kepala tanpa melihat ke depan yang sudah jelas-jelas mereka sedang berjalan.
"Masih gantengan babeh gue kemana-mana," ucap Dira.
"IH CAKEPAN INI TA-"
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
Teen Fiction(n.) beautiful thinking ; a well mind. Seperti makna dari kata 'eunoia' yang bermakna niat baik. Pertemuan tak sengaja mengundang perasaan. Menumbuhkan niat baik dari dua pemuda paham agama yang atas dasar ingin membimbing wanita yang mereka temui...