Adin rebahan dikasur miliknya, memikirkan ucapan Ustadz saat ceramah dipengajian tadi. Kali ini Adin benar-benar ingin memperbaiki dirinya menjadi lebih baik terutama soal shalat dan aurat. Gadis itu mengambil sesuatu dari bawah bantalnya, dia mengambil benda yang paling tidak bisa dia tinggalkan sehari saja, handphone.
Dibuka kontaknya dan langsung mencari nama Dira, dia ingin mengobrolkan soal niat baik dari Adin. Dipencetnya tombol video call, dia menunggu Dira mengangkat beberapa saat.
"APA COOYYYYY," sapa Dira di video call, gadis itu sedang memakai masker ternyata.
Adin mengernyitkan dahi. "Lagi maskeran juga teriak-teriak, retak dong, tuh."
"Gak! Ada apa? Tumben langsung VC," ujar Dira penasaran sambil memegangi wajahnya yang sudah dipenuhi masker.
Adin mengepalkan tangan kirinya, dia gugup untuk mengatakan hal ini. Sebenarnya Adin tidak mau mengatakannya kepada siapapun atas keinginannya untuk memperbaiki diri. Namun, Adin terlalu takut, takut akan omongan-omongan jelek kepada dirinya saat mulai berhijrah.
Gadis bertubuh pendek itu tahu bagaimana perjuangan jika berhijrah, karena saat ini fyp tiktoknya penuh dengan dakwah dan segala macam mengenai agama. Dan dia meyakini bahwa ini adalah hidayah dari Allah, hidayah itu telah datang diberbagai macam tempat dan orang.
Gadis itu tidak menjawab apapun membuat Dira semakin penasaran. "Din, kenapa, sih? Ada apaan?"
Adin terperanjat, dia tersadar dari lamunannya. "Hah? A-anu, Ra."
"Apaan???"
"Gue pengen hijrah," ujar Adin cepat.
Dira membulatkan matanya, terkejut dengan apa yang sahabatnya ucapkan. "Hijrah? Lo serius? Jangan-jangan karena lo kesemsem sama salah satu cowok suci itu, Din?"
"Nggak, lah! Mereka emang ganteng, ya gimana gak kesemsem juga gue. Tapi, gue bener-bener pengen hijrah bukan karena gue kesemsem sama mereka, tapi karena Allah," jelas Adin.
Butuh keberanian yang ekstra saat mengatakan ini, karena jarang-jarang Adin dan Dira membahas hal-hal seperti ini. Mungkin Dira saat ini sedang heran dengan sikap Adin saat ini, bahkan bukan heran lagi, ini bukan seperti Adin menurut pemikiran Dira.
"Sumpah, ini bukan lo. Serius mau hijrah?"
Adin mengangguk. "Gue nyadar, sih, gue banyak dosa. Makanya pengen hijrah gitu, tapi gue takut."
"Takut apaan?" tanya Dira penasaran.
"Takut dihujat," jawab Adin
- - -
Pagi ini Adin sudah menekatkan dirinya berpenampilan sopan ke sekolah. Memakai ciput, kerudung tidak dilipat ke belakang, memakai kaus kaki panjang, lengan baju seragamnya tidak dilipat, rok tidak ngatung.
Sejak selesai shalat subuh Adin benar-benar dibuat resah, hatinya tidak tenang karena belum apa-apa sudah memikirkan ucapan orang lain. Disisi lain, mama dan papanya memberi semangat dan ingin anaknya istiqomah berpenampilan tertutup.
Akhirnya tiba, Adin sudah tiba disekolah. Saat gadis itu memasuki kelasnya, dia disambut oleh Dira yang langsung menyebut nama Adin dengan keras sampai semuanya tertuju kepada Adin.
"ADIIIIINNNN! MasyaAllah banget, anjir, beneran hijrah lo?!" rusuh Dira menghampiri Adin memegang bahu gadis itu sambil memperhatikan dari bawah sampai atas, dari depan sampai belakang.
Adin sudah tidak enak hati, pasti yang dia takutkan akan tiba sebentar lagi. Dan ternyata... iya.
"Ada angin apa si Adin jadi ukhti kek gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
Teen Fiction(n.) beautiful thinking ; a well mind. Seperti makna dari kata 'eunoia' yang bermakna niat baik. Pertemuan tak sengaja mengundang perasaan. Menumbuhkan niat baik dari dua pemuda paham agama yang atas dasar ingin membimbing wanita yang mereka temui...