15. Dira Salah Sasaran

21 9 0
                                    

Sudah tiga hari sejak pengajian sore untuk anak-anak di masjid Baiturrahman di buka. Sejak saat itu juga lah keaadan masjid menjadi selalu ramai ketika sore tiba. Hampir semua anak-anak yang komplek ikut mengaji, dari anak yang baru berusia empat tahun hingga anak yang sudah duduk di bangku kelas enam sekolah dasar.

Dan karena itu pula lah Arkan dan Riznan harus lebih bersabar lagi menghadapi anak-anak dengan rupa-rupa karakter serta sifat. Seperti yang dapat dilihat sekarang ini, Riznan yang kewalahan menghadapi Kenzie dan Naufal yang tak berhenti berlarian mengelilingi masjid. Dan yang lebih menjengkelkan adalah, dua bocah itu dengan sengaja mengganggu anak-anak lain sehingga konsentrasi mereka buyar.

"Kenzie, Naufal, udah dong jangan lari-lari," tegur Riznan berusaha selembut mungkin.

Kedua bocah itu menurut lalu duduk kembali di tempat duduknya masing-masing. Ya walaupun masih sambil saling menyenggol bahu satu sama lain. Setidaknya mereka tidak membuyarkan fokus anak-anak lain yang ingin belajar.

Arkan tersenyum lalu melanjutkan penjelasannya mengenai huruf-huruf hijaiyah yang tadi sempat tertunda. Suara serak namun terkesan sopa itu dengan perlahan menggambarkan huruf-huruf hijaiyah sehingga anak-anak dapat memahaminya dengan mudah.

"Ini namanya huruf ba' bentuknya mirip perahu terus titiknya satu di bawah. Kalo yang ada titik dua di atas namanya ta' kalo yang titiknya tiga namanya tsa'. Gampang, kan?" 

"GAMPAAAANG!" jawab anak-anak dengan kompak dan tentunya semangat.

Arkan melirik ke arah Riznan, lalu keduanya tersenyum bangga. Karena pada akhirnya mereka bisa merealisasikan keinginan untuk meramaikan mesjid ini. Walaupun dengan melewati beberapa perjuangan yang cukup melelahkan.

"Kak kalo yang bentuknya kayak bebek itu namanya apa?" tanya Qila sambil menunjuk huruf hijaiyah yang dia maksud.

Arkan mengikuti arah telunjuk Qila yang mengarah langsung pada whiteboard berukuran sedang yang dipenuhi oleh tulisan tangan indah Riznan.

"Namanya ya'. Nah, sekarang Qila coba duduknya dirapikan, anak perempuan gak bagus duduk kayak gitu." Arkan menegur dengan lembut sambil tersenyum manis, menunjukan dua cacat di pipinya. 

"Coba duduknya kayak Restha, tuh kan cantik," ujar Riznan sambil melirik anak perempuan anggun yang duduk tak jauh dari posisi Qila saat ini.

"Tau, tuh, si Qila kalo duduk tuh yang bener! Masa cewek duduknya kayak preman," ujar Bombom sambil menunjuk Qila yang sedang berusaha membetulkan posisi duduknya.

"Iya, Qila, gak boleh kayak gitu. Ayah aku aja suka marah kalo Kak Dira duduk kayak gitu. Katanya kayak preman makan di warteg," sambung Kenzie dengan sinis. Kalu urusan menghujat orang lain, Kenzie dan Dira memang tidak perlu diragukan lagi.

"Dia tuh bukan cewek, tapi cewok alias cewek setengah cowok," lanjut Naufal sambil terkekeh mengejek.

"APA, SIH? SINI KALIAN BERDUA, KITA BERANTEM AJA!" Qila yang merasa marah langsung beridiri dari duduknya lalu berlari mengejar Bombom, Kenzie dan Naufal yang sudah lebih dulu kabur. 

"AAAA MAMA TOLONGIN BOMBOM!"

"KAK DIRAAAA, TOLONGIN KEN!" 

"QILAA AKU CUMA BECANDAAA!"

"SINI WOY, DIKIRA AKU TAKUT SAMA KALIAN BERTIGA?! BAYWAN SINI!"

Tiga bocah nakal itu berlarian mengelilingi teman-temannya yang sudah tertawa keras, menertawakan wajah ketakutan Bombom, Naufal dan Kenzie serta wajah songong khas Qila.

Arkan dan Riznan saling melempar tatap, keduanya kompak menghela nafas sebelum bersiap menangkap tiga bocah nakal tersebut. Riznan dengan cekatan menangkap Bombom dan Kenzie, lalu menahan keduanya agar tidak lagi berlarian. Sedangkan Arkan menangkap Naufal yang sudah lebih dulu mencari perlindungan dari tubuh besar Arkan.

Qila juga menghentikan langkahnya saat Arkan dan Riznan tersenyum sangat tampan ke arahnya. Gadis cilik itu kembali duduk dengan pipi yang merona akibat menahan malu. Siapa juga yang tidak terpesona dengan senyuman kedua pria tampan itu.

"Bombom, Kenzie, Naufal, kalian di hukum!" tegas Arkan yang langsung dibalas protesan tak terima dari tiga bocah itu.

"Gak ada penolakan, kalian harus tulis 'Saya tidak akan nakal lagi' sebanyak dua halaman."


- - -

"KAK DIRAAAAA, TANGAN KEN SAKIT."

"Astaghfirullah! Ken jangan teriak-teriak dong! malu ini di rumah orang," tegur Dira sambil memeluk adiknya saat bocah itu merentangkan kedua tangan sambil mengerucutkan bibir.

"Percaya seribu persen, deh, gue kalo Ken beneran Adek lo," celetuk Adin sambil memandang wajah menyedihkan Ken yang kentara sekali jika itu dibuat-buat.

"Ngapa emang?" tanya Dira penasaran.

"Mirip banget sama lo, sama-sama tukang drama." Adin meringis ngeri saat ia mendapatkan tatapan sinis dari Dira dan Kenzie secara bersamaan.

"E-eh emang Ken kenapa? Uhh sayang kasian banget anak lucu ini." Adin mencoba mengalihkan pembicaraan sambil mengelus pipi tembam Ken yang memerah.

"Tadi Ken dihukum sama Kak Riznan," adu Ken.

"APA?! Kenapa bisa adek Kak Dira yang imut ini dihukum sama si manusia julid!" Dira yang terkejut langsung bertolak pinggang sambil memasang wajah garang.

"Adek lo nakal kali," ujar Adin mencoba memberi opsi.

"Enggak iihh, Ken itu anak baik! Iya kan, Kak?" 

Dira dengan cepat mengangguk lalu kembali memeluk Adiknya penuh drama. Sedangkan Adin hanya bisa menghela nafas pelan. Kepalanya mendadak pening melihat aksi pasangan adik kakak ini.

"Ayo, Din, si Riznan harus kita kasih pelajaran. Tega banget dia ngehukum adek gue."

Tanpa menunggu jawaban Adin, Dira sudah lebih dulu menggeret Adin menuju masjid. Sedangkan Kenzie bersorak senang sambil berlari menuju masjid terlebih dahulu. 

"Assalamualaikum! Heh! Lo kok tega sih ngehukum adek gue sampe tangannya kesakitan!"

"Waalaikumussalam," jawab Arkan dan Riznan bersamaan. Dua pria tampan itu nampak terkejut saat mendapati Adin dan Dira beserta Kenzie mendatangi masjid. Apalagi Dira dengan wajah songong dan nada ketusnya berteriak marah sambil menunjuk Riznan.

"Kamu ngomong sama saya?" tanya Riznan sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ya iyalah, emang siapa lagi orang yang tega ngehukum anak kecil seimut Adek gue!" balas Dira ketus.

Arkan dan Riznan sontak menggelengkan kepalanya sambil menahan tawa. Sedangkan Adin sejak tadi sudah merengek pelan meminta Dira untuk berhenti dan pulang.

"Saya memang menghukum Kenzie, tapi bukan tanpa alasan. Adik kamu yang imut itu mengganggu ketenangan anak-anak yang lain, berlarian kesana-kesini," jelas Riznan lugas. 

Dira melayangkan tatapan tajamnya pada Kenzie yang sudah siap berlari. Anak itu tak mau kena marah, jadi demi kepentingan bersama Kenzie pun memutuskan untuk melarikan diri.

"KENZIE ANANDRA FAUZAN!" teriak Dira murka.

"Sumpah, Ra, lo yang marah-marah tapi gue yang malu," cicit Adin sambil mencubiti pinggang sahabatnya. Lagian kenapa bisa sih dia bersahabat dengan manusia sejenis Dira. 

"E-em sorry ya hehe. Lagian tadi adek gue ngadunya gak bener," ujar Dira sambil memainkan tangan Adin yang sejak tadi tak berhenti mencubiti pinggangnya.

Riznan dan Arkan yang sejak tadi menunduk hanya bisa terkekeh kecil melihat bagaimana Dira dan Adin yang menahan malu. 

"Iya gapapa, lain kali kamu harus cari tau lagi sebelum marah-marah kayak gini." 

Tanpa mengatakan apapun, Adin langsung menggeret Dira untuk meninggalkan teras masjid. 

- tbc -

written by nymsafrl lindaazhr

jangan lupa pencet bintangnya temen-temen, makasi <3

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang