Siang ini, Arkan dan Riznan sudah mulai membereskan sekitaran masjid yang terlihat kotor dan niatnya akan mereka gunakan untuk tempat anak-anak mengaji nanti. Arkan sedang membereskan Al-Quran dan Iqra di lemari khusunya, dan Riznan sedang mengepel lantai sambil memegang pinggang.
"Kalo diliat-liat antum udah kayak aki-aki, deh," ledek Arkan terkekeh dengan tangan sibuk menyimpan Al-Qur'an dengan rapih dan sesekali melirik Riznan yang sudah terlihat wajah kesalnya.
"Yeeee bantuin, nih! Antum tinggal beresin ke lemari doang itu mah gampang. Lah, ana ngepel, udah lama juga gak beres-beres di pondok jadi begini gampang pegel jadinya," jelas Riznan.
"Itu, sih, faktor u bukan karena gak pernah beres-beres lagi di pondok," ledek Arkan lagi dan lagi sambil terkekeh.
Riznan memercikan air di ember ke Arkan saking kesalnya karena diejek. "Ada setan di badan kau, harus ku jampe!"
"Enak aja! Jangan di ciprat-ciprat gini dong nanti kotor lagi gimana, sih, nanti ana bantuin udah rapih ini santai aja, Pak."
"Nah itu baru namanya temen," ujar Riznan namun malah dibalas dengan bibir bawah yang Arkan majukan seraya meledek pria berhoodie itu.
Beberapa jam kemudian mereka telah selesai membereskan tempat yang akan mereka pakai untuk anak-anak mengaji nanti. Arkan dan Riznan keluar dari mesjid lalu mereka disuguhkan oleh pemandangan beberapa anak kecil yang sudah bersembunyi di balik pagar masjid, mereka mengintip dan saling dorong-mendorong untuk memasuki masjid.
"Kayaknya itu anak-anak yang mau ngaji, deh," ujar Riznan meyakinkan.
"Alhamdulillah. Hei, kesini! Kenapa ngumpet?" pekik Arkan.
Beberapa anak kecil itu dengan perlahan menghampiri Arkan dan Riznan, cara berjalan mereka seperti seseorang yang sedang menghampiri kekasihnya. Anak-anak yang menghampiri Arkan dan Riznan itu perempuan semua, termasuk disana ada Aqila yang sering dipanggil Qila. Dia bernama Qila tapi dia tomboy.
"MasyaAllah cantik-cantik ya kalau pake gamis kayak gini," puji Arkan sampai-sampai membuat semua anak kecil itu terlihat salah tingkah, namun berbeda dengan Qila. Dia malah mengangkat gamisnya ke atas untung saja anak itu memakai celana panjang didalamnya.
"Hei kamu, jangan diangkat-angkat dong gamisnya," protes Riznan, namun dengan lemah lembut tidak seperti biasanya.
"Gerah, ah!" pekik si anak kecil berwajah tirus itu.
"Biasakan pakai rok, Kakak liat kamu gak nyaman pakai rok ya?"
"IYAAA BENER! Kan dia mah cowok bukan cewek," sindir si anak gendut bernama Bombom itu yang tiba-tiba datang dengan makanan yang dia bawa. Makanan itu sangat banyak dipelukan Bombom sampai-sampai Riznan tepuk jidat melihat kelakuan anak gendut itu.
"Dateng-dateng ngajak gelut!" pekik Qila.
"Gak salah itu bawa makanan sebanyak itu mana gak pake keresek lagi, mau ngaji atau mau nyemil?" sindir Riznan.
Bombom memalingkan pandangan Riznan. "Siapa juga yang mau ngaji, mending main game aja!"
Anak kecil yang berambut ikal bernama Naufal itu menyenggol Bombom hingga makanan yang berada dipelukan Bombom jatuh semua.
"NAUFALLL!!!!"
"Katanya mau ngaji! Nanti kalo Mama kamu marah-marah jangan bawa bawa aku! Kak, tadi juga sepanjang jalan si Bombom bilang kalo Kakak itu mukanya jutek banget jadi serem," adu Naufal ke Arkan dan Riznan. Naufal menunjuk Riznan karena lelaki yang dia maksud adalah Riznan.
Dengan sigap Bombom menoyor kepala Naufal. "JANGAN NGADU!!!"
"Kalo ini anak kecilnya si Arkan udah gue sikat," batin Riznan sambil beristighfar terus-menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUNOIA
Teen Fiction(n.) beautiful thinking ; a well mind. Seperti makna dari kata 'eunoia' yang bermakna niat baik. Pertemuan tak sengaja mengundang perasaan. Menumbuhkan niat baik dari dua pemuda paham agama yang atas dasar ingin membimbing wanita yang mereka temui...