28. Kerandoman Arkan

23 5 0
                                    

Hari berlalu begitu cepat, pernikahan Adin dan Arkan akan dilaksanakan sebentar lagi. Mereka sudah mulai menyiapkan beberapa hal untuk acara akad nanti, terlebih saat ini mereka tengah menyiapkan cincin untuk kedua mempelai.

Tidak hanya berdua, mereka ditemani ibu mereka masing-masing. Karena memang sebelum halal tidak boleh bepergian berdua, kalau sampai mereka pergi berdua bisa bisa Ustadz Shaka marah. Karena keluarga mereka sangat mewanti-wanti kepada Arkan untuk membatasi interaksi dengan lawan jenis.

Gadis cantik bertubuh pendek itu sedang memilah dan memilih cincin mana yang akan ia gunakan nanti dibantu oleh Yasmin dan Fatimah. Arkan dimana? Jangan tanya dia.

Sejak tadi lelaki berlesung pipi itu sibuk sendiri sambil melihat-lihat cincin yang menurut ia bagus. Katanya sih ingin ikut membantu Adin, uminya dan calon mertuanya.

"Ini cocok gak buat calon saya? Lucu gak, Mbak?" tanya Arkan kepada Mbak Mbak yang melayani di toko perhiasan tersebut.

"Bukannya ini untuk acara pernikahan ya? Sebaiknya jangan yang itu, Mas," saran Mbak pelayan.

Arkan memasang raut wajah berpikir lalu berkata, "tapi lucu, Mbak," balas Arkan.

"Coba liat yang itu, Mbak! Ujung kanan," pinta Arkan.

Pelayan itu terkekeh lalu mengambil cincin pilihan Arkan.

"Tapi bagusan ini kayaknya. Cocok gak, sih, Mbak?" tanya Arkan lagi dan lagi.

"Kan tadi sudah saya saranin lebih baik jangan yang itu, Mas. Soalnya ini untuk acara pernikahan, kan?" usul pelayan.

"Ya gimana... Lucu abisnya hehe..." sanggah Arkan.

"Kalo mau buat hadiah aja, Mas. Hadiah pernikahan buat calon istrinya, biar romantis gitu," saran pelayan.

"Kalo gitu saya liatin dulu ya ke mereka, kalo cocok buat cincin nikah aja," ujar Arkan.

Pelayan tersebut mengernyitkan dahi, menurutnya Arkan ini keras kepala, untung saja dia tampan.

Arkan berjalan ke arah Adin, Yasmin dan Fatimah sambil membawa cincin yang telah ia pilihkan untuk Adin beserta cincin yang ia gunakan sekarang yang akan ia rekomendasikan untuk cincin akadnya nanti.

"Gimana udah pas belum?" tanya Fatimah.

Adin menekuk wajahnya. "Belum, Umi... masih longgar."

"Dasar ya emang jari kamu kerempeng banget, sih, jadi susah!" desis Yasmin sang ibunda.

"Umi, ini bagus, kan?" tanya Arkan yang sudah berada di samping Fatimah sambil menyodorkan 2 cincin yang sudah ia pilih untuk Adin, lalu memperlihatkan cincin yang ia gunakan.

"Ini buat Adin, pilih aja mau yang mutiaranya bintang atau love? Kalo ini buat Kakak, bagus kan, Mi?" ungkap Arkan memperlihatkan cincin batu akik yang ia gunakan dengan raut wajah yang terlihat penuh harapan.

Seketika Adin, Yasmin dan Fatimah tertawa. Mereka geleng-geleng kepala melihat tingkah Arkan. Sedangkan pria itu malah terdiam kebingungan.

"Kenapa, sih? Kok ketawa?" tanya Arkan.

Fatimah berusaha menghentikan tawanya menepuk-nepuk bahu Arkan. "Ya Allah Ya Rabb Arkananta, kamu ini gimana, sih? Kok milih yang kayak gini? Kamu mau pilihin buat akad atau iseng itu?"

"Ya buat akad lah, Mi," jawabnya.

"Kamu ini ya bikin Umi ngakak aja! Masa cincin pernikahan batu akik, sih? Terus ini yang buat Adin masa mutiaranya bintang sama love? Itu bukan tipe cincin pernikahan sayangggg," tegur Fatimah.

EUNOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang